Ketua OSIS SMAN 1 Cawas, Klaten, berinisial FN (18) tewas kesetrum usai diceburkan ke kolam sekolah oleh teman-temannya saat ulang tahun. Menurut Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujito, harus ada mitigasi dari kasus ini.
Saat dihubungi detikJogja, Arie Sujito mengatakan harus ada mitigasi risiko dan edukasi kepada anak-anak agar aktivitas yang awalnya untuk kesenangan tidak dilakukan secara berlebihan.
"Gejala prank seperti itu harus menjadi perhatian serius. Nggak apa-apa nge-prank, tapi harus ada mitigasi risiko. Jangan sampai upaya untuk menyenangkan justru berisiko kepada orang lain dan dirinya sendiri," ujar dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM itu, Rabu (10/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Arie, mitigasi risiko terhadap anak-anak masih minim, terlebih di era percepatan teknologi seperti sekarang.
"Prank atau ngerjain orang itu sebenarnya dari dulu sudah ada, tapi seiring percepatan teknologi dan modernisasi kadang-kadang mitigasinya dan pencegahan risikonya tidak diperhitungkan. Kesadaran mitigasi itu masih rendah dan harus diatasi," kata dia.
"(Mitigasi di) Semua aspek, sekolah, lingkungan, keluarga. Ide tentang keadaban orang, sikap toleransi, sikap melindungi, toleransi, harus diedukasi kepada anak-anak. Karena kegagalan memanfaatkan teknologi itu harus ada pendekatan kultural yang sifatnya edukatif," sambungnya.
Ari menambahkan, mitigasi juga harus dilakukan oleh pihak penyedia fasilitas publik.
"Mereka (anak-anak) mungkin nggak bayangin di dalam kolam ada kabel yang keinjek. Fasilitas publik di mana banyak orang, sekolah, mal, pasar, dan lain-lain harus memperhatikan aspek-aspek potensi (risiko)," pungkasnya.
(dil/rih)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
Cerita Warga Jogja Korban TPPO di Kamboja, Dipaksa Tipu WNI Rp 300 Juta/Bulan
Direktur Mie Gacoan Bali Ditetapkan Tersangka, Begini Penjelasan Polisi