- Ciri-ciri Orang Haus Validasi 1. Sulit Mengambil Keputusan 2. Mengubah Pendapat Hanya Karena Orang Lain Tampak Tidak Setuju 3. Mengatakan Setuju Ketika Tidak Setuju 4. Sensitif terhadap Masukan 5. Membandingkan Diri dengan Orang Lain 6. Mencari Validasi Tanpa Henti 7. Aktif Bergosip
- Penyebab Haus Validasi 1. Harga Diri yang Rendah 2. Pengalaman Masa Kecil yang Buruk 3. Emosi Diabaikan Saat Tumbuh Dewasa
- Cara Mengatasi Haus Validasi 1. Percaya Diri Sendiri 2. Sadar dalam Berbuat 3. Stop Membandingkan Diri dengan Orang Lain 4. Cintai Diri Sendiri
Pernah dengar istilah haus validasi? Ternyata, orang yang haus validasi mudah dikenali berdasarkan ciri-cirinya, lho! Yuk, cari tahu ciri-ciri orang haus validasi, lengkap dengan penyebab dan cara mengatasinya berikut ini!
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, validasi artinya pengesahan atau pengujian kebenaran atas sesuatu. Lebih lanjut, dirujuk dari Psych Central, terdapat dua jenis validasi, yakni internal dan eksternal.
Validasi internal adalah kemampuan diri untuk menghargai pencapaian ataupun emosi yang dialami. Sebaliknya, validasi eksternal adalah pengakuan atas diri seseorang yang didapat dari orang lain, baik untuk pencapaian atau masalah lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam konteks haus validasi artikel ini, yang dimaksud adalah validasi secara eksternal dari orang lain. Lalu, seperti apa ciri-ciri orang yang haus validasi? Di bawah ini detikJogja siapkan pembahasan lengkapnya, dari ciri-ciri hingga cara mengatasi.
Ciri-ciri Orang Haus Validasi
Ciri-ciri orang haus validasi berikut ini dikutip dari laman Psych Central, Live Your True Story, dan ImPossible Psychological Services. Uraian ringkasnya adalah sebagai berikut:
1. Sulit Mengambil Keputusan
Ciri pertama orang haus validasi adalah sulit membuat atau mengambil keputusan. Tatkala dihadapkan pilihan, orang haus validasi akan meminta persetujuan dari rekan atau orang terdekatnya dahulu. Tanpa hal tersebut, ia khawatir keputusannya tidak sah akibat tidak adanya validasi eksternal.
2. Mengubah Pendapat Hanya Karena Orang Lain Tampak Tidak Setuju
Ketika orang yang haus validasi berpendapat, ia akan merasa ragu tatkala ada orang lain yang mengajukan sudut pandang berlawanan. Paling buruknya, ia akan mundur dan mengabaikan idenya begitu saja.
Padahal, dalam hidup, sangat jarang semua orang menyetujui ide atau pikiran kita secara bulat. Tentunya, akan ada saja orang yang menentang, tidak setuju, atau bahkan menganjurkan pendapatmu untuk dibuang.
3. Mengatakan Setuju Ketika Tidak Setuju
Contohnya, ketika seorang karyawan sedang rapat, ia merasa tidak setuju dengan pendapat yang dilontarkan koleganya. Namun, alih-alih menyatakan tidak setuju dengan sopan, ia justru memaksa dirinya untuk setuju, baik secara verbal maupun tidak.
Perilaku ini adalah satu dari sekian banyak ciri orang haus validasi. Ia takut untuk dengan tegar berdiri pada pendapatnya sendiri. Hal ini mungkin saja dilakukannya karena takut dihakimi atau ditinggalkan.
4. Sensitif terhadap Masukan
Seseorang yang haus validasi akan bereaksi keras terhadap segala bentuk kritik, saran, atau masukan yang membangun. Alih-alih menganggapnya sebagai hal baik untuk meningkatkan kualitas diri, orang haus validasi justru menganggap hal ini sebagai ancaman bagi harga diri mereka.
5. Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Ciri lainnya yang mudah terdeteksi dari orang haus validasi adalah tabiat membandingkan diri dengan orang lain. Perbandingan yang dilakukannya pun bervariasi, bisa dari segi prestasi, penampilan, atau kesuksesan.
6. Mencari Validasi Tanpa Henti
Kebiasaan terus mencari persetujuan atau validasi ini adalah usaha agar dapat meyakinkan diri sendiri. Caranya pun bermacam-macam. Contoh, seorang istri/suami dapat terus berulang-kali menanyakan hal yang sama kepada istri/suaminya, "Apakah kamu masih mencintaiku?".
Atau, dalam kasus lain, seorang karyawan terus-menerus mencari pujian dari atasan atau rekan kerjanya atas pekerjaan yang telah diselesaikan. Mungkin saja ia akan bertanya, "Bagaimana hasil kerjaku? Bagus, bukan?".
7. Aktif Bergosip
Orang yang haus validasi kerap menyebarkan berita buruk dan gosip demi mendapat perhatian khalayak sekitar. Tentu saja, tujuan dari perilaku ini adalah mendapat pengakuan atau perhatian dari orang sekitar.
Sebagai contoh, si A sering bergosip di kelasnya mengenai kondisi kelas sebelah. Tujuannya tak lain tak bukan adalah ingin mendengar kata-kata validasi, seperti "Wah, kamu tahu banget informasi ini, deh," dan lain sebagainya yang senada.
Penyebab Haus Validasi
Diringkas dari laman Hack Spirit, terdapat tiga penyebab utama orang menjadi haus akan validasi. Penjelasan singkat ketiganya adalah sebagai berikut:
1. Harga Diri yang Rendah
Rendahnya harga diri seseorang bisa jadi merupakan alasan utama kebutuhan validasi yang tak kunjung usai. Saat seseorang berjuang melawan perasaan rendah diri, ia akan mencari validasi dari orang lain dalam rangka sejenak mengisi perasaan kosong tersebut.
Asal-mula harga diri yang rendah biasanya disebabkan peristiwa traumatis, pelecehan saat kecil, atau hambatan emosional lainnya. Pengalaman-pengalaman buruk ini membuat seseorang sulit mengembangkan harga diri yang sehat. Alhasil, ia jadi orang yang haus validasi.
2. Pengalaman Masa Kecil yang Buruk
Masa kanak-kanak adalah momen krusial dalam hidup seseorang. Sebab, saat kecil, setiap manusia akan membentuk keyakinan tentang dunia dan dirinya sendiri. Akibatnya, bila masa kecilnya dipenuhi rasa rendah diri, perasaan ini akan sulit hilang di masa depan.
Salah satu penyebab pengalaman buruk di masa kecil yang mudah dijumpai adalah bullying atau perundungan. Biasanya, korban bullying akan sering merasa rendah diri dan dengannya, mencoba secara konstan mencari validasi dari orang-orang lain.
3. Emosi Diabaikan Saat Tumbuh Dewasa
Seorang anak, ketika di masa kecilnya diabaikan secara emosional oleh orang tuanya, akan berjuang menghadapi masalah validasi ini saat dewasa. Sebaliknya, anak-anak yang terus-menerus divalidasi oleh pengasuhnya akan memiliki harga diri yang kuat.
Dengan harga diri yang kuat, ia dapat memanfaatkan validasi internal tanpa bergantung dengan validasi eksternal.
Cara Mengatasi Haus Validasi
Tabiat haus validasi ini dapat diatasi dengan beberapa cara. Berikut ini beberapa di antaranya dirangkum dari Health Shots:
1. Percaya Diri Sendiri
Setiap kali kamu merasa tidak percaya diri atau ragu, anggap masalah yang sedang dihadapi sebagai masalah temanmu. Kemudian, pikirkan saran apa yang akan kamu berikan padanya. Hal ini akan membantu meningkatkan rasa percaya diri.
2. Sadar dalam Berbuat
Baik keputusan yang kamu buat berjalan mulus atau tidak, ketahuilah bahwa setiap keputusan pasti memiliki pro dan kontranya sendiri. Dengan menyadari hal ini, kamu akan menjadi pribadi yang lebih kokoh dalam mengambil keputusan. Alias, tidak lagi bergantung pada persetujuan atau validasi orang lain.
3. Stop Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Cobalah untuk berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Karena, tidak ada seorang pun yang sempurna. Setiap orang mesti belajar dari kesalahan yang pernah diperbuatnya.
Di samping itu, teruslah bersyukur pada Tuhan atas apa yang Ia anugerahkan kepadamu alih-alih mengeluh dan membandingkan diri. Sebab, bila kebiasaan membandingkan diri ini tidak berhenti, maka kamu tidak akan pernah puas dari rasa haus validasi.
4. Cintai Diri Sendiri
Menerima kekurangan diri adalah cara terbaik untuk memperbaiki haus validasi. Kendati demikian, kamu juga harus mengasah hal tersebut untuk meningkatkan kemampuan. Lambat laun, rasa percaya dirimu akan tumbuh dan perasaan haus validasi hilang.
Demikian penjelasan lengkap mengenai ciri-ciri orang haus validasi berikut penyebab dan cara mengatasinya. Semoga artikel ini bermanfaat, ya!
(rih/apu)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM