Kreatif! Emak-emak di Gadingharjo Bantul Sulap Sampah Jadi Gaun Cantik

Kreatif! Emak-emak di Gadingharjo Bantul Sulap Sampah Jadi Gaun Cantik

Agnest Aprillia, Intan Bintang - detikJogja
Selasa, 28 Mei 2024 15:11 WIB
Gaun dari sampah buatan emak-emak Gadingharjo Bantul. Foto diambil Selasa (28/5/2024).
Gaun dari sampah buatan emak-emak Gadingharjo Bantul (Foto: dok. Intan Bintang)
Jogja -

Sampah menjadi salah satu isu serius yang dihadapi berbagai wilayah di Jogja. Namun di tangah emak-emak warga Gadingharjo, Kapanewon Sanden, Bantul, sampah plastik yang sulit terurai itu disulap menjadi gaun dan dipentaskan.

Para emak yang tergabung dalam Kelompok Ekonomi Produktif (KEP) Desa Prima Gadingharjo bersama Komunitas Pengelolaan Sampah Kalimundu (Kompak) mendaur ulang sampah yang sulit terurai. Ide awalnya ternyata muncul karena program Pemkab Bantul soal mewujudkan Bantul Bersih Sampah (Bantul Bersama) 2025.

"Selaras dengan anjuran dari program Bapak Bupati, kita mendirikan Kompak. Sebelumnya juga sudah ada pengelolaan sampah, namun saat itu belum terorganisir dengan bagus dan sifatnya masih kampung per kampung," ungkap Penanggung Jawab Kreatif Kompak, Udith Padmono, kepada detikJogja di sela acara Jogja Prima Fest, Bangsal Wiyata Praja Kompleks Kepatihan Jogja, Selasa (28/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Udith menjelaskan munculnya ide pemanfaatan sampah menjadi berbagai karya juga dilandasi rasa prihatin soal sampah yang meluber dan belum teratasi.

"Kita prihatin atas banyaknya sampah-sampah terutama sampah anorganik yang istilahnya itu kan pertama mengotori, kedua tidak bisa terurai dengan cepat. Jadi gimana caranya kita bisa manfaatkan kembali sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat," jelas Udith.

ADVERTISEMENT

Oleh karena itu, emak-emak Gadingharjo pun menyulap sampah plastik itu menjadi gaun untuk dipentaskan. Gaun-gaun itu biasanya berasal dari sampah kulit jagung plastik bekas laundry, bubble wrap, kresek, hingga bungkus makanan maupun minuman. Setelahnya gaun itu diolah lagi menjadi ecobrick.

Ketua Desainer sekaligus Tim Kreatif Kompak Bariyatun menjelaskan bahan-bahan tersebut diperoleh dari bank sampah milik Kompak. Dia menjelaskan proses pembuatan gaun itu pun melewati beberapa tahapan.

"Kita cuci dulu, kita bersihkan lalu kita pilah, baru kita jahit dan sesuaikan dengan modelnya," jelas Bariyatun.

Gaun dari sampah buatan emak-emak Gadingharjo Bantul. Foto diambil Selasa (28/5/2024).Momen para emak-emak berlenggak-lenggok dengan gaun sampah di acara Jogja Prima Fest Foto: dok. Intan Bintang

Inspirasi model gaun yang dibuat berasal dari berbagai sumber. Pembuatan gaun itu pun melalui trial dan error.

"Biasanya kita lihat seperti ini (desain baju) bagus di Google lalu coba kita kembangin, kayaknya kalau ini bahannya diganti sampah gitu, coba kita aplikasikan dengan kain perca atau bahan-bahan yang lain. Kadang trial dan error sangat perlu banget, dan kita istilahnya tidak takut, karena bahan-bahan yang kita pakai itu-itu saja bukan bahan yang mahal, misalnya pakai harga kain yang sekian gitu kan nggak. Jadi memang pakai yang ada di sekitar kita aja kebanyakan," ujar Udith menambahkan.

Dia menjelaskan gaun yang dibuat Kompak sudah dipamerkan dalam berbagai event karnaval maupun lomba. Salah satunya Jogja Prima Fest 2024 yang digelar di Kompleks Kantor Gubernur DIY. Total ada 10 gaun yang mereka pentaskan di acara tersebut.

Udith menjelaskan Kompak akan menampilkan kembali gaun yang sebelumnya pernah dibuat atau membuat gaun baru dengan menyesuaikan tema acara yang akan diikuti.

"Beberapa sudah dipamerkan kemarin, khusus untuk event ini ada empat gaun baru. Empat gaun itu selesai enggak nyampe seminggu, enam hari. Ya kita kejar buat event ini," ucap Udith.

Dia menerangkan gaun yang telah dibuat dan dipentaskan tak semuanya diolah menjadi ecobrick, tapi ada juga yang dipajang di Galeri Kompak. Gaun ini bisa dibeli maupun disewa.

Harga jual satu gaun berkisar sekitar Rp 200-400 ribu sesuai dengan tingkat kerumitan desainnya. Sedangkan untuk sewa dikenakan harga mulai dari Rp 100-200 ribu. Pelanggan juga dapat memesan baju berbahan sampah ini sesuai dengan desain yang diinginkan. Proses pembuatannya pun relatif cepat, yaitu sekitar empat hari.

"Biasanya baju-baju ini disewa untuk karnaval. Kemarin program P5 dari Dinas Pendidikan di sekolah-sekolah itu banyak sekali pake punya kita. Bahkan ada yang beberapa kali dipake akhrinya dibeli gitu," ungkap Udith.

Selain memanfaatkan sampah menjadi gaun-gaun cantik, Kompak juga mengolah sampah menjadi berbagai macam barang seperti kursi dari botol plastik, aneka souvenir, keset kain perca, sarung bantal dan masih banyak lainnya. Selain itu, Kompak juga rutin memberikan edukasi sampah kepada masyarakat setempat mulai dari cara pemilahan hingga pengelolaannya menjadi berbagai barang bermanfaat.

Artikel ini ditulis oleh Agnest Aprillia dan Intan Bintang, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(ams/ahr)

Hide Ads