Astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo menuturkan kilatan hijau yang melintas di langit Jogja, Sabtu (4/5) malam adalah meteor. Kilatan yang terlihat pukul 22.12 WIB itu digolongkan sebagai meteor terang atau fireball.
Marufin menyebut fenomena tersebut adalah wajar. Meski begitu, kilatan yang terlihat tersebut ternyata memiliki tingkat terang yang melebihi planet Venus.
Marufin yang juga menjabat Wakil Sekretaris Lembaga Falakiyah PBNU menuturkan setiap benda langit memiliki tingkat terangnya masing-masing. Skala penghitungan tingkat terang adalah magnitudo. Jika angkanya positif maka cahaya yang dihasilkan semakin redup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Makin besar nilai positifnya, makin redup. Kalau negatif, artinya terang. Makin kecil nilai negatifnya, maka makin terang. Batasnya adalah magnitudo 0, yang dimiliki bintang Sirius," jelasnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Minggu (5/5/2024).
Benda langit paling terang yang teramati dari bumi adalah matahari. Marufin menuturkan bintang raksasa ini tercatat dengan magnitudo -26,7. Sementara bulan purnama menjadi benda langit paling terang kedua, dengan magnitudo -12.
"Sementara Venus jadi benda langit paling terang ketiga, dengan magnitudo -4," katanya.
Terkait kilatan meteor yang terjadi Sabtu (4/5) malam, disebutnya memiliki tingkat terang yang tinggi. Ditambah lagi posisinya yang lebih dekat ke bumi daripada planet Venus.
"Kalau meteor terang ini punya magnitudo anggap saja -7. Maka jelas dia lebih terang dibanding Venus. Tingkat terangnya 15 kali lebih terang dibanding Venus," ujarnya.
Sementara untuk warna hijau pada ekor meteor, Marufin menuturkan adanya indikasi konsentrasi nikel yang tinggi. Senyawa ini menyebabkan munculnya warna hijau saat bergesekan dengan atmosfer bumi.
"Gerak meteor terang ini terkesan lambat dan warnanya dominan hijau terindikasi konsentrasi nikel yang tinggi. Keduanya konsisten meteoroid yang berasal dari pecahan asteroid, ukurannya mungkin di bawah 30 sentimeter. Saat memasuki atmosfer Bumi, meteoroid ini berubah menjadi meteor terang," katanya.
"Meteor semalam itu tidak ada sisanya dan ini normal terjadi rata-rata 200 jam sekali secara global. Dampak ke bumi tidak ada, karena bumi sudah biasa menerima hujan meteor rata-rata 44 ton per hari," ujarnya.
Terkait asal-usul meteor, Marufin mengakui bisa terlacak. Dengan syarat adanya rekaman lengkap melintasnya meteor dari berbagai arah. Setidaknya minimal ada dua rekaman yang memperlihatkan lintasan meteor.
"Bisa, asal ada minimal dua rekaman meteor terang ini. Sehingga profil lintasannya di atmosfer bisa direduksi. Selanjutnya prakiraan orbitnya saat mengelilingi Matahari bisa diturunkan, tentu saja melalui astrodinamika," katanya.
Diberitakan sebelumnya, postingan video bernarasi kilatan cahaya hijau di langit Jogja menjadi perbincangan di media sosial. Diduga kilatan misterius itu adalah meteor.
Kilatan hijau di langit Jogja itu disebut terjadi pada Sabtu (5/5) malam. Begini analisis astronom.
"Ketampakan ini adalah meteor terang atau fireball, dengan tingkat terang lebih besar dari Venus. Terekam bergerak dari selatan ke utara," kata astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo saat dihubungi melalui sambungan telepon, Minggu (5/5).
(aku/rih)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan