Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (Staklim BMKG) Yogyakarta mencatat sejumlah dinamika di atmosfer Laut Selatan Jawa. Imbasnya adalah perubahan cuaca secara mendadak dari pagi ke siang harinya, diawali cuaca cerah dan berubah drastis menjadi hujan dengan curah tinggi dalam sekejap.
Kepala Staklim BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menuturkan ada sejumlah catatan terpantau. Pertama adalah wilayah Indonesia Selatan Equator didominasi Angin Timuran. Ini mengindikasikan Monsun Asia mulai lemah.
Lalu analisis indeks El Nino Southern Oscillation (ENSO) dalam kategori El Nino lemah. Dipole Mode Indeks (DMI) dalam kategori positif. Staklim BMKG juga mencatat Madden Julian Oscillation (MJO) aktif di wilayah Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Analisis anomali suhu muka air laut di Perairan Selatan DIY berkisar antara 28 derajat celcius sampai 29 derajat celcius. Diprediksi pada tiga dasarian ke depan atau dasarian III April hingga dasarian II Mei 2024 curah hujan 0 hingga 150 mm dengan kriteria rendah hingga menengah," jelasnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Sabtu (20/4/2024).
Berdasarkan data yang sama, Staklim BMKG Yogyakarta turut menganalisis curah hujan dalam waktu tiga bulan ke depan. Curah hujan bulan Mei 2024 diprediksi berkisar 51 hingga 200 mm. Angka ini masuk dalam curah hujan kriteria menengah hingga tinggi.
"Dengan sifat hujan bervariasi antara Bawah Normal (BN) hingga Atas Normal (AN). Jadi masih ada potensi hujan curah tinggi," katanya.
Medio Juni 2024, Staklim BMKG Yogyakarta memprediksi berkisar 21 hingga 50 mm. Data ini dikategorikan sebagai curah hujan kriteria rendah. Sfat hujan bervariasi umumnya terjadi pada level bawah normal.
Lalu memasuki bulan ketiga atau Juli 2024, diprediksi berkisar 0 hingga 20 mm. Tergolong curah hujan dengan kriteria rendah. Sehingga curah hujan terjadi dengan kategori di bawah normal.
"BMKG mengimbau Pemerintah Daerah, pengambil keputusan dan masyarakat luas untuk lebih siap dan antisipatif terhadap dampak dari puncak musim kemarau atau awal musim kemarau pada Mei dasarian I hingga dasarian III," ujarnya.
Dalam kesempatan ini Reni juga terus berkomunikasi dengan Dinas Pertanian. Kaitannya adalah menyiapkan tanaman yang tepat menjelang dan memasuki musim kemarau. Sehingga tidak terjadi gagal tanam atau panen di kemudian harinya.
"Selain rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis juga waspada kebakaran hutan dan lahan serta berkurangnya ketersediaan air bersih," katanya.
(aku/aku)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM