Sebanyak 53 warga Kapanewon Patuk, Gunungkidul mengundurkan diri sebagai peserta Program Keluarga Harapan (PKH). Mereka disebut malu menerima bantuan pemerintah.
Dikatakan Panewu Patuk Imam Santoso, puluhan warga ini memutuskan mundur karena menganggap mereka sudah mampu secara finansial.
"Karena mereka merasa budaya malu yang berada pada dirinya, dia menerima (bantuan PKH) sementara ada masyarakat lain yang membutuhkan," jelas Imam kepada wartawan saat ditemui di kantor Kalurahan Patuk, Kamis (21/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ke-53 warga yang awalnya peserta PKH tersebut kemudian membuat surat pernyataan pengunduran diri sebagai penerima bantuan. Imam menegaskan, mundurnya mereka bukan karena paksaan dari pihak lain.
"Itu murni kesadaran mereka sendiri," ungkapnya.
Imam melanjutkan, bantuan itu diharapkan bisa tersalurkan ke warga lain yang memang berhak sebagai penerima. "Intinya supaya bantuan tersebut bisa tepat sasaran," katanya.
Dia menerangkan, terdapat lebih dari dua ribu warga di wilayahnya yang terdaftar sebagai peserta PKH. Imam berkata, dia berharap 53 warga yang mundur tersebut bisa menjadi contoh warga yang memang tidak berhak menerima untuk melakukan hal serupa.
"Seperti ada ibu di Kalurahan Nglegi yang sebetulnya sudah tidak pantas (menerima PKH). Mau keluar (sebagai penerima bantuan PKH) juga bingung," katanya.
"Pas kerja bakti itu kerja bakti sendiri (tak dibantu tetangga). Saat jagong manten itu tidak bisa pakai massa (tidak ada warga yang membantu). Setelah tanda tangan pengunduran diri itu semua massa datang membantu saat ada hajatan," lanjutnya.
Bupati Apresiasi
Dimintai konfirmasi terpisah, Bupati Gunungkidul Sunaryanta mengapresiasi langkah 53 warga yang mengundurkan diri sebagai penerima PKH. Dia mengharapkan sikap serupa juga muncul bagi warga lainnya di seluruh kapanewon.
"Mudah-mudahan ini menular kepada masyarakat lainnya yang menyadari dirinya sudah mampu. Ini bagian dari contoh untuk masyarakat," pungkasnya.
Salah satu warga yang sudah melepas bantuannya, Winarni (54), mengaku sudah terdata sebagai peserta PKH sejak 2018. Dia mundur agar warga lainnya yang membutuhkan bisa ikut merasakan manfaatnya.
"Agar bantuan bisa merata. Biar bisa gantian aja," ungkap Winarni.
Winarni menuturkan selama ini, dia menggunakan bantuan PKH tersebut untuk membiayai sekolah anaknya. Dia menerima bantuan Rp 750 ribu per tiga bulan sekali.
(apu/ahr)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan