Dapat Cacian Usai 'Kampus Menggugat', Prof Koentjoro UGM: Saya Tidak Takut!

Dapat Cacian Usai 'Kampus Menggugat', Prof Koentjoro UGM: Saya Tidak Takut!

Tim detikJogja - detikJogja
Senin, 18 Mar 2024 17:21 WIB
Ketua Dewan Guru Besar UGM, Prof Koentjoro
Foto: Prof Koentjoro UGM (dok.detikcom)
Jogja - Guru Besar Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Profesor Drs. Koentjoro, MBSc., Ph.D., Psikolog mengaku tidak takut dengan serangkaian pesan caci maki yang dialamatkan kepadanya. Pesan itu dia dapat usai terlibat dalam aksi civitas akademika yang mendorong soal penyelamatan demokrasi Indonesia.

Koentjoro merupakan salah satu akademisi UGM yang terlibat dalam seruan kampus untuk menyelamatkan demokrasi sejak munculnya 'Petisi Bulaksumur' pada Januari 2024. Kemudian disusul 'Kampus Menggugat' pada Selasa pekan lalu (12/3/2024).

Koentjoro mengungkap pesan berisi caci maki itu terakhir dia dapatkan pada Sabtu (16/3).

"Kemarin pagi via WA jam 06.45 WIB. Intinya 'orang tua nggak tahu diri, curang, curang, curang'. Saya dianggap Pro 03. (Dibilang) Mau cari jabatan, 'ingat janggutmu sudah tua'," kata Koentjoro saat dihubungi wartawan, Minggu (17/3/2024).

Meski mendapat intimidasi seperti itu, Prof Koentjoro menegaskan dirinya tidak takut dengan segala bentuk gangguan yang ia terima.

"Langkah saya malah saya gunakan objek belajar. Santai, saya sama sekali tidak takut," pungkasnya.

Pengirim WA Terlacak di Batam

Koentjoro menyebut saat ditelusuri nomor pihak yang mengirimkannya hinaan itu terdeteksi berada dari Batam.

"Hanya satu dan lonewolf bukan buzzer, soalnya saya ancam balik dia diam. Yang bersangkutan mem-bully saya di atas nomer HP nya ada logo (menyebut salah satu instansi) karena jelas nggak ada kaitannya (dengan instansi tersebut), maka saya ancam balik saya laporkan dia diam. Saya dibantu teman dari Polda, terlacak dari Batam," ungkapnya.

Pernah Didatangi 2 Kali-Pelaku Ngaku dari Kalimantan

Bukan kali ini dia menerima intimidasi. Koentjoro bercerita dia sempat menerima gangguan usai terlibat dalam seruan kampus 'Petisi Bulaksumur'.

"Itu lebih banyak. Pelakunya buzzer kalau itu, bicaranya juga nggak sopan. Bahkan kata Satpam Fakultas Psikologi, saya di kantor ada yang mendatangi 2 kali, ngakunya dari Kalimantan," ucap dia.

Seperti diketahui, sebelumnya civitas akademika UGM membuat gerakan 'Petisi Bulaksumur', kemudian dilanjut dengan gerakan 'Kampus Menggugat'. Mereka mengkritik kondisi demokrasi saat ini dan mengajak untuk mengembalikan etika dan konstitusi yang terkoyak selama lima tahun terakhir.

Pernyataan sikap 'Kampus Menggugat' di Balairung UGM pada Selasa (12/3) itu dihadiri sejumlah guru besar UGM seperti Prof Koentjoro, Prof Wahyudi Kumorotomo, Prof Budi Setiadi Daryono, Prof Sigit Riyanto. Ada juga dosen yakni Zaenal Arifin Mochtar, lalu hadir Wakil Rektor UGM Arie Sujito.

Hadir pula rektor kampus UII Prof Fathul Wahid dan rektor Universitas Widya Mataram, Prof Edy Suandy. Ketua PP Muhammadiyah Bidang Hukum dan HAM Busyro Muqoddas, sejumlah seniman dan budayawan, Ketua BEM KM UGM dan para mahasiswa juga hadir.

Dalam pernyataan sikap yang dibacakan oleh Prof Budi Setiadi Daryono, disebutkan bahwa universitas adalah benteng etika dan akademisi adalah insan ilmu pengetahuan yang bertanggungjawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, menjaga keadaban (civility), dan mewujudkan keadilan dan kesejahteraan.

"Inilah momentum kita sebagai warga negara melakukan refleksi dan evaluasi terhadap memburuknya kualitas kelembagaan di Indonesia dan dampaknya terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara," ucap Prof Budi saat membacakan pernyataan sikap di Balairung UGM, Selasa (12/3/2024).


(apu/ams)

Hide Ads