Begini Isi WA Cacian yang Diterima Prof Koentjoro UGM Usai 'Kampus Menggugat'

Begini Isi WA Cacian yang Diterima Prof Koentjoro UGM Usai 'Kampus Menggugat'

Tim detikJogja - detikJogja
Senin, 18 Mar 2024 15:47 WIB
Guru Besar Psikologi UGM Prof Koentjoro
Foto: Guru Besar Psikologi UGM Prof Koentjoro (dok. detikcom)
Jogja - Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Koentjoro mendapat sejumlah pesan berisi caci maki lewat WhatsApp usai terlibat aksi menyuarakan penyelamatan demokrasi 'Kampus Menggugat'. Begini isi pesan tersebut.

Prof Koentjoro mengungkap pesan berisi hinaan dan cacian itu terakhir kali dia terima pada Sabtu (16/3) lalu.

"Kemarin pagi via WA jam 06.45 WIB. Intinya 'orang tua nggak tahu diri, curang, curang, curang'. Saya dianggap Pro 03. (Dibilang) Mau cari jabatan, 'ingat janggutmu sudah tua'," kata Koentjoro saat dihubungi wartawan, Minggu (17/3/2024).

Meski mendapat pesan berisi cacian dan hinaan, Koentjoro mengaku tak gentar. Dia pun menanggapinya dengan santai.

"Langkah saya malah saya gunakan objek belajar. Santai, saya sama sekali tidak takut," ujarnya.

Dia pun mengaku balik mengancam penerornya yang diketahui terlacak di Batam itu.

"Hanya satu dan lonewolf bukan buzzer, soalnya saya ancam balik dia diam. Yang bersangkutan mem-bully saya di atas nomer HP-nya ada logo (menyebut salah satu instansi) karena jelas nggak ada kaitannya (dengan instansi tersebut), maka saya ancam balik saya laporkan, dia diam," terang dia.

Pengirim Terlacak di Batam

Koentjoro mengungkapkan pengirim pesan itu terlacak di Batam.

"Saya dibantu teman dari Polda, terlacak dari Batam," kata Koentjoro.

Koentjoro merupakan salah satu dosen yang terlibat dalam gerakan penyelamatan demokrasi lewat seruan kampus sejak munculnya 'Petisi Bulaksumur' pada akhir Januari 2024 lalu dan aksi 'Kampus Menggugat'.

Dia mengungkap sempat menerima sejumlah intimidasi usai terlibat dalam 'Petisi Bulaksumur'.

"Itu lebih banyak. Pelakunya buzzer kalau itu, bicaranya juga nggak sopan. Bahkan kata satpam Fakultas Psikologi, saya di kantor ada yang mendatangi 2 kali, ngakunya dari Kalimantan," ucap dia.

Rektorat UGM Buka Suara

Pihak Rektorat UGM pun angkat bicara terkait Prof Koentjoro yang mendapat pesan berisi caci maki lewat WhatsApp itu.

"Ya kalau kami sepanjang itu mengganggu, kita akan melindungi," kata Sekretaris UGM Andi Sandi saat dihubungi wartawan, Senin (18/3).

Sandi melanjutkan, berdasarkan apa yang ia ketahui, pesan berisi cacian hanya diterima oleh Prof Koentjoro.

"Dari sisi teman-teman kelihatannya hanya Prof Koentjoro. Saya tanya ke beberapa guru besar, dosen yang hadir dalam 'Kampus Menggugat' itu nggak ada," jelasnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan kampus memiliki tanggung jawab untuk melindungi setiap civitas akademika. Baik itu mahasiswa, tendik, dan dosen, asalkan masih dalam konteks koridor akademik.

"Bagi kami kalau ada siapa pun ya, bagian dari civitas akademika dan tendik, UGM punya kewajiban untuk melindungi. Jadi sepanjang itu dalam konteks koridor akademik dan kerja-kerja pendidikan tinggi ya kita siap untuk melindungi teman-teman itu," ujarnya.

Gerakan 'Kampus Menggugat' dari UGM

Sebagai informasi, civitas akademika UGM sempat membuat gerakan 'Petisi Bulaksumur', kemudian dilanjut dengan gerakan 'Kampus Menggugat'. Mereka mengkritik kondisi demokrasi dan mengajak untuk mengembalikan etika dan konstitusi yang terkoyak selama lima tahun terakhir.

Pernyataan sikap 'Kampus Menggugat' di Balairung UGM pada Selasa (12/3) itu dihadiri sejumlah guru besar UGM seperti Prof Koentjoro, Prof Wahyudi Kumorotomo, Prof Budi Setiadi Daryono, Prof Sigit Riyanto. Ada juga dosen yakni Zaenal Arifin Mochtar, dan Wakil Rektor UGM Arie Sujito.

Hadir pula rektor kampus UII Prof Fathul Wahid dan rektor Universitas Widya Mataram, Prof Edy Suandy. Ketua PP Muhammadiyah Bidang Hukum dan HAM Busyro Muqoddas, sejumlah seniman dan budayawan, Ketua BEM KM UGM dan para mahasiswa juga hadir.

Dalam pernyataan sikap yang dibacakan oleh Prof Budi Setiadi Daryono, disebutkan bahwa universitas adalah benteng etika dan akademisi adalah insan ilmu pengetahuan yang bertanggungjawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, menjaga keadaban (civility), dan mewujudkan keadilan dan kesejahteraan.

"Inilah momentum kita sebagai warga negara melakukan refleksi dan evaluasi terhadap memburuknya kualitas kelembagaan di Indonesia dan dampaknya terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara," ucap Prof Budi saat membacakan pernyataan sikap di Balairung UGM, Selasa (12/3) lalu.


(rih/ams)

Hide Ads