Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Drs. Koentjoro, MBSc., Ph.D., Psikolog, mengaku menerima sejumlah pesan berisi caci maki lewat WhatsApp. Pesan itu diterima Koentjoro setelah dia ikut dalam aksi civitas akademika yang mendorong soal penyelamatan demokrasi Indonesia.
Diketahui, Koentjoro merupakan salah satu akademisi UGM yang terlibat dalam gerakan penyelamatan demokrasi lewat seruan kampus sejak munculnya 'Petisi Bulaksumur' pada akhir Januari 2024. Kemudian disusul aksi selanjutnya yakni 'Kampus Menggugat'.
Koentjoro mengatakan pesan berisi hinaan dan cacian itu terakhir kali diterimanya kemarin pagi.
![]() |
"Kemarin pagi via WA jam 06.45 WIB. Intinya 'orang tua nggak tahu diri, curang, curang, curang'. Saya dianggap Pro 03. (Dibilang) Mau cari jabatan, 'ingat janggutmu sudah tua'," kata Koentjoro saat dihubungi wartawan, Minggu (17/3/2024).
Menurut Koentjoro, pesan yang dikirim ke dirinya bukan dari buzzer. Setelah ditelusuri, nomor yang mengirim pesan itu berasal dari Batam.
"Hanya satu dan lonewolf bukan buzzer, soalnya saya ancam balik dia diam. Yang bersangkutan mem-bully saya di atas nomer HP nya ada logo (menyebut salah satu instansi) karena jelas nggak ada kaitannya (dengan instansi tersebut), maka saya ancam balik saya laporkan dia diam. Saya dibantu teman dari Polda, terlacak dari Batam," ungkapnya.
Koentjoro menambahkan, dirinya menerima sejumlah intimidasi setelah terlibat dalam pernyataan di 'Petisi Bulaksumur'.
"Itu lebih banyak. Pelakunya buzzer kalau itu, bicaranya juga nggak sopan. Bahkan kata Satpam Fakultas Psikologi, saya di kantor ada yang mendatangi 2 kali, ngakunya dari Kalimantan," ucap dia.
Meski demikian, Koentjoro mengaku tidak takut dengan segala bentuk gangguan itu.
"Langkah saya malah saya gunakan objek belajar. Santai, saya sama sekali tidak takut," pungkasnya.
Civitas Akademika UGM Bikin Gerakan 'Kampus Menggugat'
Seperti diketahui, sebelumnya civitas akademika UGM membuat gerakan 'Petisi Bulaksumur', kemudian dilanjut dengan gerakan 'Kampus Menggugat'. Mereka mengkritik kondisi demokrasi saat ini dan mengajak untuk mengembalikan etika dan konstitusi yang terkoyak selama lima tahun terakhir.
Pernyataan sikap 'Kampus Menggugat' di Balairung UGM pada Selasa (12/3) itu dihadiri sejumlah guru besar UGM seperti Prof Koentjoro, Prof Wahyudi Kumorotomo, Prof Budi Setiadi Daryono, Prof Sigit Riyanto. Ada juga dosen yakni Zaenal Arifin Mochtar, lalu hadir Wakil Rektor UGM Arie Sujito.
Hadir pula rektor kampus UII Prof Fathul Wahid dan rektor Universitas Widya Mataram, Prof Edy Suandy. Ketua PP Muhammadiyah Bidang Hukum dan HAM Busyro Muqoddas, sejumlah seniman dan budayawan, Ketua BEM KM UGM dan para mahasiswa juga hadir.
Dalam pernyataan sikap yang dibacakan oleh Prof Budi Setiadi Daryono, disebutkan bahwa universitas adalah benteng etika dan akademisi adalah insan ilmu pengetahuan yang bertanggungjawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, menjaga keadaban (civility), dan mewujudkan keadilan dan kesejahteraan.
"Inilah momentum kita sebagai warga negara melakukan refleksi dan evaluasi terhadap memburuknya kualitas kelembagaan di Indonesia dan dampaknya terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara," ucap Prof Budi saat membacakan pernyataan sikap di Balairung UGM, Selasa (12/3/2024).
(dil/dil)
Komentar Terbanyak
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa
Catut Nama Bupati Gunungkidul untuk Tipu-tipu, Intel Gadungan Jadi Tersangka