Soal Perbedaan Awal Ramadan, PP Muhammadiyah: Lebaran Insyaallah Sama

Soal Perbedaan Awal Ramadan, PP Muhammadiyah: Lebaran Insyaallah Sama

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Senin, 11 Mar 2024 21:41 WIB
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Prof. Syamsul Anwar saat memberikan keterangan di Kampus UMY, Kasihan, Bantul, Senin (11/3/2024).
Foto: Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Prof. Syamsul Anwar saat memberikan keterangan di Kampus UMY, Kasihan, Bantul, Senin (11/3/2024). (Pradito Rida Pertana/detikJogja)
Bantul - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menilai, perbedaan saat awal Ramadan sebagai hal yang biasa dan sudah selayaknya saling toleransi. Selain itu, PP Muhammadiyah menyebut meski awal Ramadan berbeda namun untuk Lebaran tetap sama.

"Ya, harus toleransi satu sama lain," kata Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Prof. Syamsul Anwar menjawab perbedaan awal Ramadan tahun ini di Kampus UMY, Kasihan, Bantul, Senin (11/3/2024).

Syamsul mencontohkan, yang menggunakan hisab menoleransi yang menggunakan rukyat. Begitu pula yang menggunakan rukyat harus menoleransi yang menggunakan hisab dalam menentukan awal Ramadan.

"Karena memang pandangan masing-masing mempunyai dalilnya sendiri-sendiri," ucapnya.

Meskipun terjadi perbedaan saat menentukan awal Ramadan, Syamsul menilai jika untuk Hari Raya Idul Fitri baik Pemerintah, Nahdatul Ulama (NU) hingga Muhammadiyah sama. Dalam artian, tidak ada perbedaan tanggal pelaksanaan Idul Fitri.

"Nah, untuk Muhammadiyah termasuk yang menggunakan hisab karena itu puasanya hari ini. Tapi nanti Lebaran Insyaallah Lebaran bersama-sama," ujarnya.

"Jadi yang puasa hari ini hitungannya puasa 30 hari dan yang mulai besok (Selasa 12/3/2024) hitungannya puasa 29 hari," lanjut Syamsul.

Oleh sebab itu, Syamsul meminta agar perbedaan awal Ramadan tidak menjadi polemik di masyarakat. Menurutnya, yang terpenting adalah tetap melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya masing-masing.

"Yang penting toleransi, dan tetap ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing," katanya.

Sebelumnya, Organisasi Islam Muhammadiyah sudah menetapkan 1 Ramadhan 2024 melalui Maklumat Nomor 1/MLM/I.0/E/2024. Dikutip dari laman Muhammadiyah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan awal puasa Ramadhan 2024 jatuh pada Senin, 11 Maret 2024.

Penetapan 1 Ramadhan oleh Muhammadiyah menggunakan metode hisab. Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyatakan bahwa pada Ahad 10 Maret 2024, bulan sudah berada di atas ufuk (hilal sudah wujud) di wilayah Indonesia, kecuali di Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua Barat Daya.

Sedangkan dalam konferensi pers hasil sidang isbat, Menag Yaqut menyampaikan secara mufakat 1 Ramadan 2024 jatuh pada 12 Maret 2024.

"Sidang isbat secara mufakat menetapkan bahwa 1 Ramadan 1445 H jatuh pada hari Selasa, 12 Maret 2024 Masehi," kata Yaqut di Gedung Kementerian Agama, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (10/3/2024) yang turut disiarkan secara daring.

Ketinggian hilal menurut hasil pemantauan belum memenuhi kriteria Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) yang mensyaratkan hilal dapat terlihat jika ketinggian minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.


(apu/apu)

Hide Ads