Puasa Lebih Awal, Imam Masjid Aolia Gunungkidul Buka-bukaan tentang Jemaahnya

Puasa Lebih Awal, Imam Masjid Aolia Gunungkidul Buka-bukaan tentang Jemaahnya

Muhammad Iqbal Al Fardi - detikJogja
Jumat, 08 Mar 2024 00:27 WIB
Imam jemaah masjid Aolia, KH Ibnu Hajar Pranolo alias Mbah Benu saat ditemui di rumahnya. Diunggah Jumat (8/3/2024).
Imam jemaah masjid Aolia, KH Ibnu Hajar Pranolo alias Mbah Benu saat ditemui di rumahnya. Diunggah Jumat (8/3/2024). Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja
Gunungkidul -

Jemaah masjid Aolia mulai menunaikan puasa lebih awal pada Kamis, 7 Maret 2024. Malam ini detikJogja berkesempatan menikmati buka bersama pendiri masjid Aolia, KH Ibnu Hajar Pranolo atau Mbah Benu. Berikut hal ihwal seputar jemaah Aolia.

KH Ibnu Hajar Pranolo atau Mbah Benu tinggal di Padukuhan Panggang III, Kalurahan Giriharjo, Kapanewon Panggang, Kabupaten Gunungkidul. Buka bersama di ruang tamu rumahnya pada Kamis (7/3) malam itu cukup bersahaja.

Menunya sup bening dan lauk udang goreng. Kolak menjadi hidangan pembuka. Teh hangat jadi penutupnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suasana kekeluargaan begitu terasa di ruang tamu sekitar 4x6 meter itu. Sebelum menyantap buka bersama, keluarga Mbah Benu tak lupa memanjatkan doa.

Imam jemaah masjid Aolia, KH Ibnu Hajar Pranolo alias Mbah Benu saat ditemui di rumahnya. Diunggah Jumat (8/3/2024).Masjid Aolia, Gunungkidul, Kamis (7/3/2024) malam. Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja

Benu hanya menyantap dua kepal nasi dengan kuah sup bening, lauk udang, dan sedikit sambal. Usai berbuka, Benu mulai bercerita bagaimana orang salah persepsi tentang jemaah masjid Aolia.

ADVERTISEMENT

"Jangan Aolia thok (saja). (Tapi) Masjid Aolia, yaitu masjidnya orang-orang yang senang kepada para wali. Jemaah Aolia berarti jemaah para wali. Siapa mengaku wali?," kata Benu kepada detikJogja, Kamis (7/3/2024).

Benu menuturkan tidak ada sejarah khusus mengenai masjid Aolia. Dia pindah ke Padukuhan Panggang III, Kalurahan Giriharjo, pada tahun 1972. Pada tahun 1984, dia mendirikan Masjid Aolia.

"Lalu delapan tahun berjuang, dakwah, ajak-ajak masyarakat yang masih minimal mengerti agama," ujar dia.

Banu menjelaskan, masjid Aolia dibangun tanpa meminta bantuan kepada siapa pun. Dia membangun masjid itu dengan modal seadanya.

"Di sini kan batu banyak, pasir ngambil sedikit-sedikit. Belum ada kendaraan. Itu selesai tahun 86," jelasnya.

Peresmian masjid Aolia, kata Benu, saat itu dihadiri oleh Sekretaris Daerah Gunungkidul. Benu mengisahkan peresmian masjid tersebut berlangsung selama tujuh hari.

"Terakhir wayangan di pertigaan itu," ujarnya.

Tentang Nama Masjid Aolia

mengenai penamaan masjid Aolia, Benu mengungkapkan, itu inisiatifnya. Nama itu dipilih karena dia senang dengan para wali atau aulia.

"Para aulia yang tertinggi itu Syekh Abdul Qadir (Al Jailani)," katanya.

Benu mengatakan, tidak ada masjid yang yang bernama Aolia. Maka itu dia tidak memilih nama daerah sebagai nama masjid yang dia didirikan.

Kisah Dakwah Imam Masjid Aolia

Benu mengaku berdakwah ke seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Di Gunungkidul, Benu mengatakan dirinya berdakwah dengan berjalan kaki.

"Belum ada kendaraan di sini. Kendaraannya sepeda tapi nggak kuat, enak jalan kaki" tutur dia.

Sejak itu, Benu mengungkapkan hampir di semua kapanewon di Gunungkidul terdapat masjid Aolia. Benu mengatakan, jemaah masjid Aolia tersebar di Gunungkidul dan di seluruh DIY.

"Dan semua pusatnya sini, tapi bukan organisasi. Hanya mereka mengaji ke sini," kata dia.

Tiap tanggal 11 di kalender Hijriah, Benu menggelar manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani. Manaqib itu digelar sejak tahun 1980.

"Kira-kira seribu lebih pengunjungnya (saat manaqib)," sebutnya.

Awalnya, jumlah jemaah masjid Aolia hanya sembilan orang di sekitar masjid itu. "Termasuk saya," ungkapnya.

Delapan orang lainnya kemudian menikah dengan orang dari luar. Jemaah pertama tersebut lalu mengajak orang lain untuk belajar ke dirinya.

"Baru saya suruh buka di daerah masing-masing," ujarnya.

Benu mengklaim jumlah jemaah masjid Aolia di Gunungkidul saat ini ada lima ribu orang lebih. "Termasuk keluarga-keluarga jemaah," jelasnya.

Riwayat Singkat Imam Masjid Aolia

Imam masjid Aolia itu lahir di Pekalongan pada 13 Desember 1941. Pria 82 tahun itu mengaku pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Kedokteran UGM meski tidak sampai selesai karena terkendala biaya.

"Saya masuk tahun 1962. Satu letting (angkatan) saya itu anaknya Prof Ismangoen," ungkapnya.

Soal Penentuan Ramadan Jemaah Aolia

Mengenai penentuan awal masuknya Ramadan, Benu menuturkan tidak berdasar perhitungan penanggalan, tapi berdasarkan kepercayaannya.

Menurut Benu, pergantian ke tanggal 1 Ramadan sama dengan ketentuan umum bulan di tahun Hijriah.

"Magrib itu sudah masuk tanggal 1 (Ramadan)," pungkas dia.




(dil/dil)

Hide Ads