Tahun ini, 2024, termasuk tahun kabisat. Karenanya, bulan Februari 2024 memiliki jumlah hari yang berbeda dibandingkan tahun-tahun biasanya, yakni 29 hari. Tahun kabisat ini terjadi setiap empat tahun sekali. Apa alasannya?
Menilik situs resmi Departemen Matematika Institut Pertanian Bogor, tahun kabisat adalah tahun yang habis dibagi empat, tetapi tidak habis dibagi seratus. Atau, bisa juga diartikan sebagai tahun yang habis dibagi 400.
Adapun Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, mengartikan tahun kabisat sebagai tahun yang lamanya 366 hari (karena bulan Februari 29 hari) dan terjadi empat tahun sekali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, apa alasan tahun kabisat hanya terjadi empat tahun sekali? Yuk, simak penjelasan lengkapnya yang telah detikJogja himpun berikut ini.
Alasan Tahun Kabisat Terjadi 4 Tahun Sekali
Berdasarkan informasi dalam situs Macquarie University, alasannya berkaitan dengan dua hal, yakni pertama, jumlah waktu yang dibutuhkan bumi untuk berotasi dalam jalur axis, yakni 24 jam. Kedua, waktu yang dibutuhkan bumi untuk mengorbit matahari adalah 365,24 hari.
Hal senada juga tertera dalam penjelasan di laman National Air and Space Museum. Tertulis bahwa bumi memerlukan waktu sejumlah 365 hari 5 jam 48 menit dan 56 detik untuk menyelesaikan satu putarannya.
Padahal, dalam kalender Julian, tertulis bahwa bumi membutuhkan waktu 365 hari untuk menyelesaikan satu putaran terhadap matahari. Karenanya, setiap empat tahun, ditambahkan satu hari (ΒΌ hari setiap tahun) sehingga pada tahun tersebut, jumlah harinya bertambah menjadi 366 hari.
Nah, tahun dengan satu tambahan hari ini disebut dengan tahun kabisat. Pada tahun kabisat, tambahan 1 hari ini dimasukkan dalam bulan Februari. Alhasil, bulan Februari di tahun kabisat selalu memiliki total 29 hari.
Sejarah Tahun Kabisat
Bagaimana sejarahnya hingga tahun kabisat ini bisa muncul dalam perhitungan tahun? Menilik laman Leap Year Day dan History, nama dua orang terkenal, yakni Julius Caesar dan Paus Gregorius XIII patut disebut.
Julius Caesar adalah seorang kaisar Romawi yang termasyhur. Ia menemukan kalender Julian pada tahun 45 Sebelum Masehi. Kalender ini dibuat dengan tujuan menyempurnakan tanggalan sebelumnya yang terbilang masih belum teratur.
Dalam kalender Julian besutan Julius Caesar, ada tambahan 24 jam setiap tanggal 24 Februari empat tahun sekali. Alasan pemilihan Februari adalah karena bulan tersebut merupakan bulan terakhir setiap tahunnya.
Meski demikian, tindakan Julius Caesar tersebut belum sempurna. Pasalnya, satu tahun tidak tepat terjadi selama 365,25 hari, melainkan sedikit lebih kurang. Alhasil, muncullah Paus Gregorius XIII untuk menyempurnakannya.
Sesuai dengan namanya, ia meluncurkan kalender Gregorian di tahun 1582. Di antara hal yang diubah sang paus adalah pengubahan akhir tahun dari bulan Februari menjadi 31 Desember. Tak hanya itu, Paus Gregorius XIII juga membuat hitungan penentuan tahun kabisat.
Cara Menghitung Tahun Kabisat
Sesuai penjelasan dari situs resmi Museum Royal Greenwich, cara menghitung tahun kabisat adalah dengan membaginya dengan bilangan empat. Namun, untuk tahun-tahun yang menandai awal dari suatu abad, semisal 1900 atau 2000, harus habis dibagi dengan 400.
Sebagai contoh, 2024 merupakan tahun kabisat. Pasalnya, 2024 dapat dibagi habis dengan angka empat. Lain halnya dengan tahun 1900. Meskipun tahun tersebut dapat dibagi habis dengan bilangan empat, tetapi berhubung ia merupakan tahun awal di abad baru dan tidak habis dibagi 400, maka 1900 tidak termasuk tahun kabisat.
Nah, demikian penjelasan seputar alasan tahun kabisat terjadi empat tahun sekali. Semoga jawabannya membantu!
(apu/apu)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
Sekjen PDIP Hasto Divonis 3,5 Tahun Bui