Magnet Jokowi di Balik Analisis Anomali Suara Ganjar dan PDIP

Magnet Jokowi di Balik Analisis Anomali Suara Ganjar dan PDIP

Tim detikJogja - detikJogja
Jumat, 16 Feb 2024 07:09 WIB
Ganjar Pranowo-Mahfud Md bertemu petinggi TPN di gedung High End, Jakpus. Pertemuan itu membahas evaluasi laporan dugaan kecurangan pemilu dari berbagai daerah.
Foto: Ganjar Pranowo-Mahfud Md bertemu petinggi TPN di gedung High End, Jakpus. Pertemuan itu membahas evaluasi laporan dugaan kecurangan pemilu dari berbagai daerah. (Agung Pambudhy)
Jogja -

Calon presiden (capres) 03, Ganjar Pranowo mempertanyakan 'anomali' berupa perbedaan antara suara dirinya di Pilpres dengan suara partainya, PDI Perjuangan (PDIP) di Pileg. Pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM) menyebut magnet Presiden Joko Widodo (Jokowi) turut andil di dalamnya.

Merujuk kepada hasil sementara hitung asli (real count) KPU yang dilihat detikJogja Kamis (15/2/2024) pukul 21.18 WIB, Ganjar dan pasangannya, Mahfud Md, berada di posisi ketiga dengan raihan 17,95% atau sekitar 7 juta suara. Data ini diperoleh dengan suara yang masuk mencapai 44,56%, atau 366797 dari 823236 TPS di seluruh Indonesia.

Sementara di level partai, PDIP berada di posisi teratas dengan memperoleh 19,94 persen. Data ini diperoleh dengan jumlah suara masuk mencapai 4,69%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengamat politik UGM Arya Budi menuturkan, ada kontribusi Presiden Jokowi dalam fenomena ini. Sampai saat ini, kata dia, magnet Jokowi untuk para pemilih masih cukup tinggi.

Sehingga dalam Pilpres 2024 ini meski Jokowi tidak secara gamblang menyatakan mendukung paslon nomor 2, tapi mampu memberikan efek ke Prabowo-Gibran. Dampaknya, suara partai dan capres menjadi berbanding terbalik.

ADVERTISEMENT

"Suka atau tidak magnet Jokowi cukup tinggi, dia sebagai kader PDIP dan sebelumnya menjadi magnet pemilihnya Ganjar kemudian bergeser ke 02 karena Jokowi di sana," katanya.

"Sementara caleg berkontribusi pada suara partai, sementara pemilih Ganjar yang menjadi mantan pemilih Jokowi di 2014 dan 2019 bergeser ke 02. Itu yang bisa menjelaskan dari split ticket voting antara PDIP dan Ganjar," imbuhnya.

Calon Presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo bersama calon wakil presiden Mahfud MD melakukan simulasi pencoblosan saat Hajatan Rakyat akbar di Lapangan Pancasila, Simpang Lima, Jawa Tengah, Sabtu (10/2/2024). Puluhan ribu pendukung dan simpatisan capres nomor urut 3 menghadiri kampanye akbar ini. Mereka meminta pendukungnya untuk berbondong-bonding ke TPS pada 14 Februari 2024 dan menjaga suara agar tidak timbul kecurangan.Calon Presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo bersama calon wakil presiden Mahfud MD melakukan simulasi pencoblosan saat Hajatan Rakyat akbar di Lapangan Pancasila, Simpang Lima, Jawa Tengah, Sabtu (10/2/2024). Puluhan ribu pendukung dan simpatisan capres nomor urut 3 menghadiri kampanye akbar ini. Mereka meminta pendukungnya untuk berbondong-bonding ke TPS pada 14 Februari 2024 dan menjaga suara agar tidak timbul kecurangan. Foto: Agung Pambudhy

Adanya 'Split Ticket Voting'

Arya menerangkan, berdasarkan pengalaman Pemilu mulai 2004 hingga 2019, capres terpilih otomatis mengangkat partai. Dia mencontohkan saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jokowi terpilih, mereka juga mengerek Partai Demokrat maupun PDIP.

"Nah 2024 ini aneh, kenapa? Karena Ganjar suaranya sepertinya sama dengan atau lebih kecil dari PDIP. Aneh dalam skala nasional tapi tidak dalam kasus kecil," ujarnya.

Dia membeberkan, anomali ini terjadi karena adanya split ticket voting. Di mana, pemilih memberikan suara yang berbeda untuk partai dan capres.

"Nah jadi PDIP memiliki problem antara figur capres dan partai. Pemilihnya secara psikologis memahami bahwa capres dan partai itu dua hal berbeda," jelasnya.

Fenomena split ticket voting itu, menurut Arya, terjadi karena masyarakat tidak memiliki kedekatan dengan partai.

"Di Indonesia, orang yang punya kedekatan partai hanya sekitar seperlima atau kurang, 20-an persen atau kurang jika di luar periode pemilu, itu angkanya hanya 10-an persen. Nah sisanya orang swing jadi memilih capres dan partai itu dua entitas politik berbeda," urainya.

Faktor lain, yakni terkait dengan caleg. Arya bilang berdasarkan hasil penelitian yang dia lakukan di Pemilu 2014 dan 2019 suara partai banyak disumbang oleh pemilih para caleg.

"Suara PDIP itu bisa jadi disumbang sangat besar oleh para calegnya. Sementara simpatisan atau pemilih yang memilih caleg dari PDIP bisa jadi mereka memilih capres yang lain," ujarnya.

Calon Presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo bersama calon wakil presiden Mahfud MD melakukan simulasi pencoblosan saat Hajatan Rakyat akbar di Lapangan Pancasila, Simpang Lima, Jawa Tengah, Sabtu (10/2/2024). Puluhan ribu pendukung dan simpatisan capres nomor urut 3 menghadiri kampanye akbar ini. Mereka meminta pendukungnya untuk berbondong-bonding ke TPS pada 14 Februari 2024 dan menjaga suara agar tidak timbul kecurangan.Calon Presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo bersama calon wakil presiden Mahfud MD melakukan simulasi pencoblosan saat Hajatan Rakyat akbar di Lapangan Pancasila, Simpang Lima, Jawa Tengah, Sabtu (10/2/2024). Puluhan ribu pendukung dan simpatisan capres nomor urut 3 menghadiri kampanye akbar ini. Mereka meminta pendukungnya untuk berbondong-bonding ke TPS pada 14 Februari 2024 dan menjaga suara agar tidak timbul kecurangan. Foto: Agung Pambudhy

Ganjar Soroti 'Anomali' Suara Dirinya dan PDIP

Sebelumnya, Ganjar membahas beda hasil suara antara dirinya dengan PDIP berdasarkan versi sejumlah hitung cepat lembaga survei. TPN Ganjar-Mahfud mengusut anomali tersebut.

"Hasil dari quick count perolehan PDIP saya kira masih tinggi ya, kalau nggak salah masih nomor satu ya," kata Ganjar di gedung High End, Jakarta, dilansir detikNews, Kamis (15/2/2024). Ganjar menjawab pertanyaan soal suaranya terbawah di Jateng, Bali, dan NTT.

Dia menyebut tim pendukungnya bakal mengusut anomali suara ini.

"Agak anomali dengan suara saya, maka hari ini sedang diselidiki oleh kawan-kawan mudah-mudahan nanti ketemu apa faktornya sepertinya split tiketnya agak terlalu lebar," imbuhnya.




(apu/ahr)

Hide Ads