Tempat Pemungutan Suara (TPS) 14 Kelurahan Ngampilan, Kemantren Ngampilan, Kota Jogja hadir dengan konsep Darurat Sampah. Tampak di sejumlah sudut TPS sampah-sampah yang telah didaur ulang dan menjadi dekorasi apik.
Koordinator tim pendukung TPS 14, Dimas Arifin Hamzah menuturkan tema Darurat Sampah diusung atas respons dinamika lingkungan. Berupa kondisi menumpuknya sampah di Kota Jogja beberapa waktu belakangan ini imbas penutupan TPST Piyungan Bantul di akhir tahun 2023 lalu.
"Yang pertama memang sebetulnya kita mengangkatnya lingkungan cuman kan kalau lingkungan kan temanya masih selalu umum kemudian kita lebih kerucutkan keterkaitan dengan masalah sampah karena memang sampah ini di Kota Jogjakarta," jelas Dimas ditemui di TPS 14, Rabu (14/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Tema Darurat Sampah juga bertujuan mengajak masyarakat lebih peduli. Khususnya dalam mengolah sampah di lingkungannya masing-masing sehingga tidak menjadi bagian dari penyumbang sampah di Jogja.
Menurutnya Pemilu dengan darurat sampah memiliki keterkaitan makna. Antara memilih pemimpin yang bersih dan lingkungan yang bersih. Sama-sama mampu membuat nyaman masyarakat di sekelilingnya.
"Ada slogan yang kita coba selaraskan antara permasalahan sampah dengan pemilu, wilayahe resik rejekine asik kemudian kita tambahi konsepnya pilihane becik negarane apik," katanya.
Saat ditanya apakah konsep menyinggung peran pemerintah, Dimas menampiknya. Konsep darurat sampah di TPS 14 Ngampilan lebih cenderung menampilkan sisi kreativitas para pemuda Ngampilan. Dengan menyulap barang-barang tak terpakai menjadi dekorasi ruangan bernilai artistik.
Sementara untuk persiapan, Dimas mengaku digarap selama sepekan. Diawali dengan menentukan tema hingga memilih sampah. Setelahnya menghias TPS 14 yang awalnya adalah sebuah lapak angkringan.
"Secara prinsip kalau teman-teman KPPS lebih konsen kepada teknis pemilunya kemudian kita dengan warga masyarakat khususnya dengan teman-teman pemuda ini yang sama-sama membantu melengkapi menyiapkan beberapa properti pendukungnya," ujarnya.
![]() |
Untuk masalah kostum, para petugas KPPS menggunakan pakaian keseharian. Ini melambangkan aktivitas masyarakat pada umumnya. Kostum ini juga untuk menguatkan tema dekorasi TPS Darurat Sampah.
"Konsep unik seperti ini sudah kita terapkan sejak 2009. Awalnya Pemilu di Amarta dengan pakaian tokoh wayang, 2014 dengan SD atau Sekolah Demokrasi pakai pakaian Merah Putih, 2019 kalau tidak salah Sunan dan tempat pusing sementara," pungkas dia.
(rih/ams)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM