Sejumlah mahasiswa Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP) Fisipol UGM, dosen, dan alumni meminta Menteri Sekretariat Negara (Mensesneg) Pratikno dan Koordinator Staf Khusus (Stafsus) Presiden Ari Dwipayana untuk 'pulang' kembali ke jalan demokrasi. Ari Dwipayana pun menyampaikan terima kasih atas pernyataan itu.
"Terima kasih atas 'surat cinta' adik-adik mahasiswa pada saya dan Prof Pratikno," kata Ari kepada wartawan, dilansir detikNews, Selasa (13/2/2024).
Ari memahami perbedaan pendapat di masyarakat maupun tokoh akademik. Menurutnya, kritik dan perdebatan merupakan hal yang menyehatkan dalam demokrasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam masyarakat akademik, kritik dan perdebatan adalah sesuatu yang menyehatkan," ujarnya.
"Karena itu kita harus terus menjaga budaya akademik dengan pemikiran yang kritis, terbuka, menghargai keragaman/perbedaan perspektif, disertai semangat kontribusi bagi kemaslahatan bersama," lanjutnya
Ari menyatakan dia dan Mensesneg Pratikno berkomitmen menjaga integritas. Pihaknya juga punya komitmen untuk memperkuat demokrasi di pemerintahan.
"Saya dan Prof Pratikno memiliki komitmen yang sama untuk menjaga integritas, memperkuat demokrasi, membangun tata kelola pemerintahan yang baik dan efektif, serta mencurahkan energi dan kemampuan untuk kemajuan bangsa dan negara," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah mahasiswa Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP) Fisipol UGM, dosen, dan alumni membuat pernyataan sikap terkait situasi politik terkini. Mereka meminta Menteri Sekretariat Negara (Mensesneg) Pratikno dan Koordinator Staf Khusus (Stafsus) Presiden, Ari Dwipayana untuk 'pulang' kembali ke jalan demokrasi.
"Mengapa kita berkumpul pada hari ini, karena situasi demokrasi yang terjadi di hari ini. Kita melihat bahwa kekuasaan ada upaya-upaya pencederaan demokrasi untuk kepentingan pribadi dan golongannya oleh kekuasaan," kata perwakilan mahasiswa DPP Fisipol UGM, Faris Rubiansyah kepada wartawan, Senin (12/2).
"Dan yang lebih disayangkan terdapat sivitas akademika DPP yang berada di pusaran kekuasaan tersebut," sambung dia.
Rubiansyah mengatakan, sudah 20 tahun lebih sejak adanya demokrasi di Indonesia, hari ini demokrasi di Indonesia justru mengalami kemerosotan.
"Hari ini di tengah perhelatan Pemilu 2024, kita menyaksikan demokrasi sedang menuju ambang kematiannya. Rakyat disuguhi serangkaian tindakan pengangkangan etik," ujar dia.
(ams/rih)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang