Nazar Jadi Desa Budaya, Rombongan Lurah Ngeposari Semanu Jalan Kaki dari Jogja

Nazar Jadi Desa Budaya, Rombongan Lurah Ngeposari Semanu Jalan Kaki dari Jogja

Muhammad Iqbal Al Fardi - detikJogja
Selasa, 09 Jan 2024 13:59 WIB
Rombongan Lurah Ngeposari, Semanu, saat sampai di Bundaran Siyono, Playen, Gunungkidul, Selasa (9/1/2024) pukul 02.30 WIB.
Rombongan Lurah Ngeposari, Semanu, saat sampai di Bundaran Siyono, Playen, Gunungkidul, Selasa (9/1/2024) pukul 02.30 WIB. Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja
Gunungkidul -

Lurah Ngeposari bersama perangkat Kalurahan dan Panewu Semanu berjalan kaki dari kantor Dinas Kebudayaan (Disbud) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) hingga balai Kalurahan Ngeposari, Kapanewon Semanu, Gunungkidul. Jalan kaki menempuh jarak sekitar 40 kilometer ini demi memenuhi nazar.

Pantauan detikJogja pada Selasa (9/1/2024) pukul 02.30 WIB, rombongan tersebut baru sampai di Bundaran Siyono, Kapanewon Playen, Gunungkidul. Sekitar 13 orang tersisa yang baru sampai di titik jelang batas kota Wonosari tersebut.

Lurah Ngeposari, Ciptadi, tampak mengenakan baju lurik, blangkon, celana jeans hitam, dan sandal jepit. Panewu Semanu mengenakan pakaian dinas harian dan sepatu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka berjalan berjejer dibagi dua baris. Satu orang di rombongan itu tampak membawa lampu tongkat lalu lintas.

Sedangkan rombongan lainnya mengenakan pakaian bebas. Satu di antara mereka sampai melepas kaus dengan badan bercucuran keringat.

ADVERTISEMENT

Wajah anggota rombongan itu tampak puas saat sampai di Bundaran Siyono. Mereka juga mengabadikan momen tersebut di Bundaran Siyono.

Ciptadi mengatakan dalam nazarnya ia akan berjalan kaki dari kantor Disbud DIY menuju Balai Kalurahan Ngeposari jika Kalurahannya dinyatakan naik akreditasi dari rintisan budaya ke kalurahan budaya. Jarak tempuhnya lebih dari 40 kilometer dengan medan naik pegunungan.

"Saya punya nazar nanti jika betul-betul ditetapkan menjadi kalurahan budaya, maka ketika saya menerima SK penetapan, maka saya akan berjalan kaki sampai di (balai) Kalurahan Ngeposari. Kalurahan kami sudah delapan tahun menjadi kalurahan rintisan budaya," kata Ciptadi kepada wartawan di lokasi, Selasa (9/1/2024) pukul 03.00 WIB.

Rombongan Lurah Ngeposari, Semanu, saat sampai di Bundaran Siyono, Playen, Gunungkidul, Selasa (9/1/2024) pukul 02.30 WIB.Rombongan Lurah Ngeposari, Semanu, saat sampai di Bundaran Siyono, Playen, Gunungkidul, Selasa (9/1/2024) pukul 02.30 WIB. Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja

Nazar tersebut, Ciptadi mengatakan, sudah diniatkan sejak akreditasi berlangsung, yakni pada September 2023. "Nazarnya ketika akreditasi bulan September," jelasnya.

Ciptadi mengungkapkan, rombongan berangkat jalan kaki dari kantor Disbud DIY, Kota Jogja, pada Senin (8/1) pukul 15.00 WIB. Dalam perjalanannya, rombongan itu sempat berhenti tiga kali untuk menunaikan salat.

"Tadi dari Dinas (Kebudayaan DIY) jam 3 sore. (Berhenti) di Potorono itu asar. Magrib itu di Piyungan dekat pom bensin. Malam Isya di Putat (Patuk, Gunungkidul)," ujarnya.

Sebenarnya, Ciptadi mengungkapkan dirinya bernazar sendiri. Tak disangka, kata Ciptadi, Panewu Semanu dan para pamong di Kalurahan Ngeposari juga ikut berjalan.

"Sebenarnya kan hanya saya sendiri, tapi ternyata Pak Panewu luar biasa memberikan support. Kemudian seluruh pamong saya juga ikut, luar biasa. Ini kekompakan tadi betul-betul kita syukuri bersama," kata Ciptadi.

Awalnya, Ciptadi menyebutkan rombongan tersebut terdiri dari 33 orang. Namun akhirnya rombongan tinggal tersisa 13 orang.

"Tadi 33, tapi kan banyak yang mreteli. Tersisa ada 13 orang," ujarnya.

Meski jarak cukup jauh, ia merasa senang saat berjalan kali dari Jogja. "Ya merasa bangga lah. Saya bisa membawa Ngeposari menjadi kalurahan budaya," ungkapnya.

Sebelum menempuh perjalanan, Ciptadi menceritakan istrinya sudah mempersiapkan bekal di hari sebelumnya.

"Istri saya semalam buat nasi bungkus untuk teman-teman semua. Tadi 40 bungkus saya bawa. Minuman juga. Karena ini spontanitas uang bawa masing-masing," ujarnya.

Ciptadi mengaku hanya merasakan pegal di pundak selama menempuh perjalanan itu. "Mungkin terlalu semangat ketika berjalan," ucap dia dengan senyum semringah.

Rombongan Lurah Ngeposari, Semanu, saat sampai di Bundaran Siyono, Playen, Gunungkidul, Selasa (9/1/2024) pukul 02.30 WIB.Rombongan Lurah Ngeposari, Semanu, saat sampai di Bundaran Siyono, Playen, Gunungkidul, Selasa (9/1/2024) pukul 02.30 WIB. Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja

Sementara itu, Panewu Semanu, Emanuel Krisno Juwoto, menerangkan perjuangan naiknya akreditasi status Kalurahan Ngeposari menjadi kalurahan budaya itu juga berkat andil warga.

"Status desa budaya di Ngeposari itu bukan diberikan sebagai bonus. Saya tahu betul bagaimana Ngeposari berjuang bukan hanya sehari dua hari. Masyarakat betul-betul guyub rukun untuk mempersiapkan segala sesuatunya," kata Krisno dengan napas terputus-putus saat ditemui di lokasi.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Saat proses evaluasi berlangsung, Krisno mengisahkan dirinya menantang Ciptadi untuk bernazar. Saat diputuskan sebagai kalurahan budaya, Krisno mengungkapkan dirinya merasa tidak bijaksana jika tidak ikut melaksanakan nazar tersebut.

"Sangat tidak bijaksana ketika saya omong doang. Apa pun kesibukan saya tadi, saya mengatakan 'jam 1 saya nyusul ada di Dinas Kebudayaan Provinsi'. Ketika sudah diterima, tadi juga disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan bahwa ini pertama kali dan satu-satunya lurah yang jalan," jelasnya.

Ia menjelaskan salah satu manfaat naik status desa ialah mendapatkan dukungan dana.

"Dengan kita diberikan status desa budaya, kita akan mendapatkan support dana. Dan dana itu nanti akan kita gunakan untuk pengembangan maupun melestarikan budaya khususnya yang ada di Ngeposari," paparnya.

Di kesempatan yang sama, Kepala Disbud Gunungkidul, Agus Mantara mengungkapkan dirinya sempat kaget saat Ciptadi memberikan sambutan akan berjalan kaki dari Jogja menuju Ngeposari jika lolos akreditasi.

"Dan saya kaget saat beliau (Ciptadi) sambutan, bahwa besok jika lolos akan jalan kaki dari Jogja ke Ngeposari. Kemarin sudah diumumkan saya WA beliau kalau Kalurahan Ngeposari lolos," kata Agus saat ditemui di lokasi.

Agus berpesan agar tidak terlalu lama menjadi kalurahan budaya dan dapat menaikkan statusnya menjadi kalurahan mandiri budaya. "Jangan terlalu lama duduk di status kalurahan budaya, naik menjadi rintisan mandiri budaya dan mandiri budaya," ungkapnya.

Halaman 2 dari 2
(rih/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads