Ketua Bidang II Panitia Dhaup Ageng Pakualaman, KRT Radyo Wisroyo menjelaskan prosesi Nyengker kali ini berbeda dengan prosesi Nyengker pernikahan pada umumnya. Yang mana pada umumnya mempelai pria yang datang ke pihak wanita.
Prosesi Nyengker ini merupakan prosesi awal mempelai wanita beserta keluarganya masuk ke lingkungan Pura Pakualaman. Prosesi ini adalah prosesi pertama pihak mempelai wanita mulai terlibat dalam rangkaian acara.
"Ini yang berbeda dari masyarakat lainnya. Di sini karena yang kagungan kersa (mempunyai hajat) itu adalah KGPAA Paku Alam X dan kebetulan trahnya calon penganten kakung," terang KRT Radyo Wisroyo kepada wartawan di kompleks Pura Pakualaman, Kota Jogja, Senin (8/1/2024).
"Sehingga yang wajib masuk ke cepuri adalah calon pengantin wanita karena dia bukan dari kalangan kerajaan. Sebab itu, yang masuk bukan hanya calon pengantin wanita namun juga orang tuanya," imbuhnya.
Prosesi Nyenger Disebut Telah Disederhanakan
Meski begitu, KRT Radyo Wisroyo menjelaskan, prosesi Nyengker di Dhaup Ageng ini sudah disederhanakan. Lantaran menurutnya pada zaman dahulu prosesi ini bisa memakan waktu hingga satu bulan penuh.
"Seiring perkembangan zaman, kita sederhanakan waktunya tapi esensinya tetap," terangnya.
Esensi prosesi Nyengker adalah memberikan pemahaman terutama kepada mempelai wanita. Mulai dari pemahaman tentang prosesi yang akan dijalani jelang pernikahan di antaranya siraman, midodareni, panggih, dan lainnya yang akan dilatih serta didampingi oleh abdi dalem.
Selain itu, mempelai wanita juga akan diajarkan pula bagaimana layaknya menjadi seorang putri dari kerajaan, yang notabene nantinya akan mendapatkan gelar Bendoro Raden Ayu setelah resmi menikah.
"Prosesi ini bukan hanya secara fisik tapi juga untuk memantapkan hatinya, karena bagaimanapun juga nantinya kalau sudah menjadi istri seorang pangeran pasti akan mengikuti banyak acara adat. Itulah satu hal yang kita lakukan untuk mempersiapkan calon pengantin putri baik secara fisik dan batin. Ini esensi dari Nyengker," ujar KRT Radyo Wisroyo.
"Beda dengan Keraton (Jogja), kalau di sana yang masuk adalah calon pengantin kakung atau nyantri, esensinya hampir sama. Persiapannya lebih banyak juga piwulang-piwulang ketika menjadi istri pangeran. Ini yang tidak dijumpai pada acara pernikahan masyarakat umumnya," terangnya.
Selama prosesi Nyengker, mempelai wanita akan ditempatkan di Kagungan Dalem Kepatihan. Dijelaskan KRT Radyo Wisroyo, rombongan mempelai wanita telah diterima oleh KPH Suryo Adinegoro yang mewakili permaisuri GKBRAA Paku Alam, Senin (8/1) pada pukul 10.00 WIB.
"Prosesi Nyengker ini bukan hanya pengantin putri tapi termasuk orang tuanya tinggal di Kagungan Dalem Kepatihan sampai dengan 12 Januari 2024. Selama proses Dhaup Ageng, calon pengantin putri, orang tua dan keluarga akan tinggal di sana," terangnya.
Sama halnya dengan mempelai wanita, BPH Kusumo Kuntonugroho juga akan menjalani prosesi Nyengker ini di Gedhong Ijem yang terletak di sebelah utara bangunan Kagungan Dalem Bangsal Parangkarsa. Gedung ini menjadi kamar calon pengantin pria hingga akad nikah.
"Calon pengantin pria semalam sudah sampai di Jogja. Demikian pula pengantin kakung ada prosesi Nyengker walaupun tempatnya tidak terlalu jauh tapi secara adat dia sudah dipisahkan dari tempat tinggalnya atau ruang yang selama ini ditinggali dengan keluarga besar, tapi sekarang sudah ditempatkan sendiri di Gedhong Ijem," pungkasnya.
(apu/rih)
Komentar Terbanyak
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Ternyata Ini Sumber Suara Tak Senonoh yang Viral Keluar dari Speaker di GBK
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa