Di lereng Gunung Arjuno, Desa Sumbergondo kini semakin dikenal sebagai salah satu destinasi wisata andalan Kota Batu. Desa ini tidak hanya menawarkan agrowisata apel dan udara sejuk, tetapi juga sebuah paket wisata terpadu yang menggabungkan agribisnis, edukasi lingkungan, dan atraksi lokal.
Perpaduan inilah yang membuat Desa Sumbergondo mendapat pengakuan di tingkat nasional. Desa wisata ini berhasil menembus jajaran 60 besar nominasi Desa Wisata Terbaik dalam ajang bergengsi Wonderful Indonesia Awards (WIA) 2025.
Sejarah Desa Sumbergondo
Dikutip dari jurnal Perancangan Destination Branding Desa Sumbergondo yang ditulis Mahendra Wibawa, sejarah Desa Sumbergondo dipercaya sudah ada sejak masa Kerajaan Mataram Kuno pada abad ke-10, saat Raja Empu Sindok dari Dinasti Isyana memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur pada tahun 929 Masehi.
Jejak peninggalan masa itu masih bisa ditemukan di Punden Banteng dan Punden Mbah Mertani berupa stupa, batu lumpang, hingga ukiran batu kuno. Menurut cerita turun-temurun, kawasan ini dahulu berupa hutan belantara.
Hal itu terungkap dari prasasti di Punden Banteng yang bertuliskan Sonya Wono Giri, yang berarti "hutan pegunungan yang kosong tak berpenghuni." Dari sinilah awal mula Desa Sumbergondo tercatat.
Orang pertama yang membuka hutan adalah Mbah Mertani bersama putranya, Mas Joko Boendoe, serta dua sahabatnya, Sentono dan Bentono. Mereka datang pada bulan Rejeb, tepat hari Senin Kliwon, yang kemudian diperingati sebagai hari jadi desa.
Nama "Sumbergondo" sendiri berasal dari "Segoendoe", yang diambil dari nama Mas Joko Boendoe. Dalam mitos warga, ia dikenal sebagai pemuda jujur dan sederhana.
Perkembangan desa semakin pesat pada tahun 1830, ketika Singo Drono, seorang pengikut Pangeran Diponegoro, datang dan bermukim di sini setelah melarikan diri dari kejaran Belanda. Karena kewibawaan dan pengetahuannya, ia dipercaya warga menjadi kepala desa pertama.
Kini, selain kaya sejarah, Sumbergondo juga dikenal sebagai desa yang maju. Warganya mengelola sampah dengan sistem ramah lingkungan, memanfaatkan sisa pembakaran menjadi pupuk. Desa ini juga berkembang dengan ladang apel, kebun hortensia, hingga usaha desa berupa kafe yang menawarkan olahan apel.
Lokasi Desa Sumbergondo
Desa Sumbergondo terletak di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, pada area lereng Gunung Arjuna, posisi yang strategis untuk pengembangan wisata agro dan alam.
Dilansir dari laman resmi Kementrian Pariwisata, pemerintah pusat telah memverifikasi Desa Sumbergondo dan mengklasifikasikannya pada level yang menunjukkan kemajuan dalam pengelolaan desa wisata.
Rute dan Cara ke Sana
Akses menuju Sumbergondo relatif mudah dari pusat Kota Batu. Karena posisinya di lereng Gunung Arjuno, rute perjalanan idealnya menggunakan kendaraan roda empat, beberapa jalur kecil dan menanjak perlu kehati-hatian, khususnya saat musim hujan.
Gunakan peta digital (Google Maps) berdasarkan alamat resmi Desa Sumbergondo, Segundu, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, atau kontak pengelola untuk rute terbaik dari lokasi detikers.
Daya Tarik Utama
Desa Sumbergondo menawarkan ragam atraksi yang menyasar wisatawan keluarga, pelajar, dan penggemar wisata edukasi. Beberapa atraksi dan layanan yang terdaftar antara lain sebagai berikut.
- Ladang apel dan kebun hortensia yang menjadi latar foto dan praktik panen musiman.
- Program paket wisata edukasi sampah yang mengajarkan konsep pengolahan yang tidak menghasilkan polusi baru dan memproduksi pupuk organik. Paket ini dirancang untuk sekolah dan kelompok studi.
- Area camping (campground) dan jalur fun offroad yang cocok untuk aktivitas keluarga dan kelompok.
- Kesenian lokal yang kadang tampil sebagai bagian paket wisata.
- Kafe desa yang menjual olahan produk lokal (termasuk olahan berbahan apel) serta kios suvenir UMKM.
Masuk Nominasi Wonderful Indonesia Awards
Dikutip dari akun Instagram resmi Dinas Pariwisata Kota Batu, baru-baru ini, Desa Sumbergondo menjadi pusat perhatian lokal setelah berhasil menembus jajaran 60 besar nominasi Desa Wisata Terbaik dalam ajang bergengsi Wonderful Indonesia Awards (WIA) 2025.
Penghargaan yang diinisiasi Kemenparekraf ini diumumkan secara resmi oleh pemda dan dinas pariwisata sebagai wujud apresiasi atas kerja keras pengelola desa. Dengan pencapaian ini, Desa Sumbergondo berkesempatan menjalani verifikasi lapangan dan mendapatkan jangkauan promosi yang jauh lebih besar.
Fasilitas
Desa Sumbergondo menyediakan sejumlah fasilitas penunjang, seperti kios suvenir, kuliner, musala, area selfie/spot foto, outbound, dan spot camping. Beberapa paket wisata sederhana seperti paket edukasi pengolahan sampah dan paket wisata olahan lokal ditawarkan dengan tarif terjangkau.
Bagi pengunjung yang merencanakan kunjungan edukatif atau rombongan sekolah, disarankan menghubungi contact person yang tertera pada laman resmi untuk pemesanan paket dan koordinasi kapasitas.
Tips Berkunjung
Agar kunjungan detikers ke lokasi ini semakin seru dan nyaman, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Berikut sederet tips yang bisa membantu kalian menikmati wisata dengan pengalaman terbaik.
- Pilih hari kerja jika ingin suasana lebih tenang, akhir pekan cenderung lebih ramai.
- Bila tertarik panen apel atau melihat aktivitas pertanian, cek musim panen lokal untuk pengalaman terbaik.
- Bawa jaket tipis, suhu di ketinggian cenderung sejuk. Gunakan sepatu yang nyaman untuk trekking ringan.
- Dukung praktik desa dengan tidak membuang sampah sembarangan, ikut serta atau pelajari program pengelolaan sampah yang menjadi salah satu keunggulan desa.
- Untuk kunjungan rombongan atau paket edukasi, konfirmasi sebelumnya lewat kontak yang tersedia di laman resmi.
Desa Sumbergondo menawarkan lebih dari sekadar pemandangan apel dan udara pegunungan, di sana tersimpan model wisata yang mengutamakan edukasi lingkungan, pemberdayaan lokal, dan agribisnis berkelanjutan.
Bagi wisatawan yang ingin merasakan wisata yang bermanfaat, menyenangkan sekaligus membuka wawasan, Desa Sumbergondo layak ditempatkan dalam daftar kunjungan. Apalagi dengan dorongan pengakuan nasional, desa ini semakin layak jadi destinasi referensi untuk wisata agro-edukasi di Jawa Timur.
Artikel ini ditulis Muhammad Faishal Haq, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
Simak Video "Video: Rusunawa Marunda Kini Jadi Desa Wisata, Ada Apa Saja?"
(ihc/irb)