Temu manten tebu merupakan salah satu tradisi yang dilakukan pabrik gula di Desa Rejoso, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar. Tradisi manten tebu ini digelar sebagai simbol awal musim giling tebu setiap tahunnya.
Tradisi penganten tebu dimulai dengan tarian cucuk lampah. Tarian ini menunjukkan arah atau langkah kaki pengantin harus melangkah. Pengantin wanita dan lelaki tampil dengan busana pengantin Jawa lengkap dan dipertemukan di tengah lapangan.
Mereka masing-masing membawa pohon tebu wadon (wanita) dan lanang (lelaki) untuk dipersatukan oleh sang dukun. Layaknya prosesi dalam ritual pengantin Jawa, pengantin wanita membasuh bagian bawah pohon tebu lanang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, kedua tebu dipersatukan. Pengantin membawa tebu tersebut menuju mesin penggilingan. Mereka akan diarak menuju tempat penggiling tebu dengan pendamping pengantin dan penari.
Tebu pengantin akan dilempar ke mesin penggiling sebagai simbol dimulainya musim giling tebu. Setelah itu, puluhan truk bermuatan tebu akan menjatuhkan tebu-tebu tersebut ke mesin giling secara bergantian.
![]() |
"Tradisi manten tebu ini digelar setiap tahunnya, saat musim giling di PT RMI. Ini merupakan tradisi manten tebu satu-satunya di Kabupaten Blitar," kata Factory Manager PT RMI Blitar, Heri Widarmanto kepada detikJatim, Senin (15/5/2023).
Heri menyebut, tradisi ini juga dilakukan sebagai wujud rasa syukur atas panen tebu. RMI juga berharap mampu memproduksi sebanyak 1,25 juta ton tebu dalam musim giling tahun ini.
Dengan jumlah produksi tersebut, ditargetkan bisa mendapatkan hasil gula sebanyak sekitar 98 ribu ton.
"Pada musim giling tahun lalu, kami mampu memproduksi sekitar 90 ribu ton gula dari 1,1 juta ton tebu," terangnya.
Menurut Heri, jumlah petani tebu di Blitar mengalami peningkatan. Termasuk, area lahan tebu yang juga semakin meluas sekitar 10 ribu hektar.
"Di awal-awal giling itu hanya sekitar 6 ribu hektar lahan tebu, sekarang meningkat. Tapi kami tetap prioritaskan hasil tebu dari petani Blitar," pungkasnya.
(hil/iwd)