Dua batang tebu yang dirias layaknya sepasang pengantin Jawa, diarak keliling pabrik dengan iringan doa dan harapan. Tradisi sakral bertajuk Manten Tebu itu kembali digelar PG Ngadirejo, Kabupaten Kediri, sebagai penanda dimulainya musim giling tahun ini.
Di tengah gemuruh mesin tua peninggalan Belanda, prosesi berlangsung khidmat dan sarat makna, sekaligus menjadi pengingat betapa budaya lokal tetap hidup di tengah industri modern.
Prosesi diawali dengan kirab Manten Tebu di sekitar area pabrik, kemudian dilanjutkan dengan penyerahan pasangan tebu ke pihak manajemen. Acara ini turut dihadiri jajaran manajemen, tokoh masyarakat, serta petani tebu binaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
General Manajer PG Ngadirejo Kediri, Wayan Mei Purwono menyampaikan, prosesi Manten Tebu merupakan bagian dari seremoni rutin yang umum dilakukan hampir di semua pabrik gula di Jawa.
"Memang hampir semua pabrik gula, terutama di Jawa melaksanakan tradisi, itu bagian dari seremonial bahwa kita akan melaksanakan giling dengan diwujudkan tebu yang dibawa pengantin yang sudah layak, sudah manis, sudah bersih, segar dan siap ditebang dan digiling PG Ngadirejo," kata Wayan, Jumat (9/5/2025).
PG Ngadirejo dijadwalkan mulai menerima tebu dari petani pada 10 Mei, dan giling perdana dimulai sehari setelahnya, yakni 11 Mei 2025. Kesiapan pabrik dinyatakan optimal berdasarkan hasil uji coba mesin yang berjalan memuaskan.
Tahun ini, PG Ngadirejo menargetkan penggilingan 10 juta kuintal tebu dan produksi gula sebesar 80 ribu ton. Sebagai bentuk peningkatan performa, perusahaan telah melakukan investasi senilai Rp 22 miliar untuk revitalisasi mesin dan infrastruktur pabrik peninggalan era kolonial Belanda.
"Tujuannya untuk meningkatkan performance, kita tahu bahwa pabrik gula ini merupakan peninggalan Belanda, kita harus terus merevitalisasi pabrik gula ini agar tetap performa dan bersaing," jelas Wayan.
PG Ngadirejo menggandeng tiga wilayah sebagai sumber pasokan tebu: Kediri, Blitar, dan lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik sendiri. Selain itu, petani dari wilayah Malang juga turut berkontribusi. Target tahun ini bukan hanya pada kuantitas, tetapi juga rendemen dan laba.
"Harapan kami di tahun ini PG Ngadirejo bisa membuat sejarah yang sudah pernah dicapai giling tebu 10 juta kwintal, dan gula yang dihasilkan 80 ribu ton dengan laba di atas Rp 150 miliar. Kemarin rendemen rata-rata 8,12, mudah-mudahan ini tercapai di atas 8,12," pungkas Wayan.
(auh/hil)