Meriahnya Imlek di Kampung Pecinan Surabaya: Barongsai Keliling-Bagi Angpao

Meriahnya Imlek di Kampung Pecinan Surabaya: Barongsai Keliling-Bagi Angpao

Denza Perdana - detikJatim
Minggu, 22 Jan 2023 17:48 WIB
Tradisi Imlek di Kampung Wisata Pecinan Surabaya
Dewa Rezeki, salah satu tradisi Imlek di Kampung Pecinan Kapasan Dalam, Surabaya. (Foto: Istimewa/dok. Kampung Wisata Pecinan Surabaya)
Surabaya -

Tahun Baru Imlek kali ini terasa begitu hangat di Kampung Kapasan Dalam, Simokerto, Surabaya. Mulai saling berkunjung antarwarga, hingga bagi-bagi angpao kepada anak-anak.

Mereka adalah warga di Kawasan Wisata Kampung Pecinan (WKP) Surabaya, yang pada 10 November 2020 lalu resmi menjadi bagian dari Desa Wisata Kemenparekraf.

Kawasan Kapasan adalah salah satu pusat permukiman masyarakat keturunan Tionghoa tertua di Surabaya yang telah ada bahkan sejak abad ke-18.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di kampung ini terdapat bangunan cagar budaya Kelenteng Boen Bio yang masih dipertahankan hingga saat ini, dengan budaya masyarakat Tionghoa yang masih kental.

Bahkan, kawasan Kapasan Dalam juga masih terdapat beberapa orang guru Kungfu yang membuat kampung ini sebelumnya juga dikenal dengan sebutan Kampung Kungfu.

ADVERTISEMENT

Nah, pada Tahun Baru Imlek 2023 Kelinci Air kali ini beberapa tradisi tetap dijalankan. Seperti disampaikan Michael Wijaya Wakil Ketua WKP Surabaya.

"Seperti tahun-tahun sebelumnya. Jadi semalam ada sembahyangan, makan bareng keluarga, terus tadi pagi itu ciri khas setiap Imlek itu warga pecinan saling berkunjung dari rumah ke rumah, kayak unjung-unjung begitu," ujarnya kepada detikJatim, Minggu (22/1/2023).

Tradisi Imlek di Kampung Wisata Pecinan SurabayaPemberian angpao di hari Tahun Baru Imlek untuk anak-anak di Kampung Wisata Pecinan Surabaya. (Foto: Istimewa/dok. Kampung Wisata Pecinan Surabaya)

Ada sejumlah warga di RW 8 Kapasan Dalam, Simokerto yang menggelar open house dan mempersilakan warga dari RT lain datang lalu dijamu dengan berbagai makanan.

"Terus ada lagi warga yang karena dia kayak donatur, setiap tahun dia ngumpulin warga terutama anak-anak kecil itu buat dikasih angpao," ujar Michael.

Bukan cuma itu saja. Minggu pagi tadi juga ada aktivitas Dewa Rezeki Keliling kampung. Diperankan anak-anak, Dewa Rezeki ini membagi-bagikan permen dan cokelat.

"Ini melambangkan kemakmuran di tahun baru Imlek ini sebagai bentuk pengharapan. Terus ada lagi barongsai. Keliling kampung juga barongsai itu," ujarnya.

Barongsai keliling kampung itu menurut Michael memiliki makna tersendiri. Itu melambangkan pembersihan kampung dari segala keburukan di masa lalu.

"Jadi supaya kalau di tahun lalu ada keburukan apa gitu, di tahun baru ini supaya lebih bagus lagi," ujarnya.

Jumlah penduduk dan cerita menjadi kampung wisata. Baca di halaman selanjutnya.

Menjadi Tempat Wisata

Michael menyebut di kampungnya itu ada 400 kepala keluarga yang terbagi di 5 gang. Masing-masing gang adalah 1 rukun tetangga yang memiliki ciri khas masing-masing.

"Kampung Kungfu itu di RT 2. Klenteng itu ikut RT 5. Jadi masing-masing gang ini ada ciri khasnya. Sudah mulai tertata karena sudah menjadi wisata sejak 2020 lalu," ujarnya.

Di RT 1 misalnya, temanya adalah kampung khas pecinan yang mayoritas rumahnya dicat warna merah dan kuning. Hampir semua rumah di kampung itu dicat sama.

Selanjutnya, di RT 2 ada Kampung Kungfu, yang mana di sana terdapat rumah beberapa orang guru Kungfu yang biasa mengajarkan ilmu kepada anak didiknya di Klenteng Boen Bio.

"Di situ ada Kedai Kungfu juga. Lalu di RT 4 konsepnya naga. Ada yang digambar mural ada juga miniatur naga sepanjang 15 meter. Rencana mau kami jadikan ada 9 naga. Sudah jadi 3. Empat masih proses pengerjaan," kata Michael.

Michael menceritakan suka duka ketika Kampung Pecinan itu ditetapkan sebagai kampung wisata. Karena saat itu Pandemi COVID-19, pembangunan kampung jadi tersendat.

"Jadi terdaftar, keluar SK itu awal Pandemi 2020. Waktu itu memang sulit juga. Kami sedang membangun tapi ada Pandemi akhirnya posisinya di bawah. Sepi, tidak ada pengunjung," katanya.

Tradisi Imlek di Kampung Wisata Pecinan SurabayaTradisi Imlek di Kampung Wisata Pecinan Surabaya. (Foto: Istimewa/dok. Kampung Wisata Pecinan Surabaya)

Warga kampung tetap bahu membahu untuk berjuang hingga akhirnya mulai banyak sponsor yang masuk. Dari situ warga setempat mulai ada kemajuan dalam hal perekonomian.

"Iya, jadi 2022 itu kami mulai ada progres ekonomi. Anggep ae lek wong apene nembak wis dikeki peluru (anggap saja kalau orang mau menembak sudah diberi peluru)," ujarnya.

Kini wisawatan sudah mulai berdatangan. Michael bersama Djaja Soetjianto Ketua WKP terus menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Baik dengan agen tour and travel maupun dengan Pelindo.

"Iya, jadi kalau ada kapal pesiar itu penumpangnya di ajak mampir ke sini, ke kampung pecinan sini. Banyak yang penasaran juga," katanya.

Michael dan Djaja juga dipercaya oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi untuk mengelola wisata Kya-Kya. Keduanya yang mengonsep acara hiburan maupun stan yang ada.

"Ke depan ini rencananya kami akan hubungkan Kya-Kya itu dengan WKP. Kami akan beri semacam Shuttle Bus begitu yang akan ngantar pengunjung dari sini ke Kya-Kya atau sebaliknya. Kami masih mencari sponsor," katanya.

Sejarah singkat Kampung Wisata Pecinan Surabaya. Baca di halaman selanjutnya.

Sejarah Singkat Kampung Pecinan

Sejak dibangunnya Klenteng Boen Bio sekitar abad ke-18, permukiman warga Tionghoa di sekitarnya mulai terbentuk. Para penghuni kampung itu yang mula-mula adalah para perantau dari Cina.

"Jadi ceritanya dulu perantauan dari Cina itu datang ke sini, ke Surabaya. Itu ada yang datangnya di Kembang Jepun, ada yang di sekitar Kembang Jepun, tapi tinggalnya di Kapasan Dalam," kata Michael.

Mulanya, kata dia, ada beberapa perantau yang menemui pemilik Klenteng Boen Bio menyatakan hendak menumpang tinggal di sekitar klenteng tersebut.

"Karena sudah ada klenteng, dan yang punya klenteng ini orangnya baik, jadi para perantau ini akhirnya dikasih pinjam tanah. Tanahnya kan luas di belakang klenteng itu," ujarnya.

Mulailah para perantau itu membangun rumah dan mulai bermukim di sekitar klenteng. Hingga akhirnya, mereka sampaikan ke rekan-rekannya yang lain.

"Yang sudah bermukim ndek sini, terus ngomong ndek konco-koncone akhire mulai akeh sing datang ndek sini. Ya begitu cerita terbentuknya kampung, ya mulai itu," kata Michael.

Kawasan Kampung Pecinan itu saat ini menjadi satu di antara kawasan heritage lain di Surabaya yang memiliki nilai sejarah. Supaya tetap lestari, sejarahnya perlu diketahui banyak orang, terutama para generasi muda.

Halaman 2 dari 3
(dpe/iwd)


Hide Ads