Sebagian warga Tionghoa saat Imlek masih mempertahankan tradisi pergi ke rumah ibadah atau kelenteng. Mereka berdoa untuk leluhur dan mengharap rezeki di tahun yang baru.
Ada sejumlah klenteng yang kerap dikunjungi warga Tionghoa. Ini daftarnya:
1. Kelenteng Sanggar Agung
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rumah ibadah ini berlokasi di pinggir pantai Ria Kenjeran, Surabaya bagian timur. Pada gapura bagian atasnya ada patung Dewi Kwan In yang dikawal oleh dua penjaga Shan Nan dan Tong Nu, serta 4 Maharaja Langit, pelindung empat penjuru dunia.
Kelenteng itu kerap dikunjungi masyarakat Tionghoa untuk berdoa jelang Imlek untuk berdoa dan melangsungkan berbagai ritual, seperti pelepasan burung. Tradisi pelepasan burung atau Fang Sheng itu dimaksudkan untuk berbagi kebahagiaan kepada binatang yang sebelumnya terkurung. Ada juga yang menganggap itu sebagai tradisi buang sial.
2. Kelenteng Boen Bio
Kelenteng Boen Bio berlokasi di Jalan Kapasan Surabaya. Di sana juga merupakan tempat berdirinya lembaga ibadah Khonghucu pertama di Asia Tenggara. Serta satu-satunya rumah ibadah Khonghucu yang berada di lengkung selatan ekuator atau khatulistiwa.
Sebelum pandemi, kelenteng ini juga kerap mengadakan kegiatan yang mengundang massa jelang imlek. Seperti pembagian sembako hingga pertunjukan barongsai.
3. Kelenteng Hong Sang Ko Tee / Klenteng Cokro
Kelenteng Hong San Koo Tee merupakan salah satu kelenteng tua yang berlokasi di pusat Kota Surabaya. Penduduk setempat biasa menyebutnya dengan nama Kelenteng Cokro karena terletak di Jalan Cokroaminoto.
Uniknya, ada bangunan altar berbentuk candi pada bagian depan sebelah dalam bangunan kelenteng ini. Itu membuat masyarakat tertarik untuk berkunjung.
Perayaan Imlek di Hong San Ko Tee juga selalu dimeriahkan pembagian sembako kepada masyarakat kurang mampu.
4. Kelenteng Hok An Kiong / Klenteng Coklat
Kelenteng ini disebut klenteng Coklat karena berlokasi di Jalan Coklat, yang juga termasuk Kelenteng tertua di Surabaya. Sebab dalam sejarahnya, warga Tionghoa datang dan menetap di Surabaya pertama kali di Surabaya bagian utara. Salah satunya di Jalan Coklat. Di sana, mereka juga membangun pusat perekonomian.
Kelenteng Coklat juga dikenal sebagai kelenteng yang paling banyak menyediakan altar dewa dari kelenteng-kelenteng lainnya di Surabaya. Ada 22 altar dewa dengan altar utama dewa Thian Siang Sing Boo atau Ma Co Poh di dalamnya.
(fat/fat)