.webp)
Kampung Pecinan yang berlokasi di Jalan Kapasan Dalam I bersiap menyambut imlek dengan event spesial. Akan ada pertunjukan barongsai, bazaar, dan berbagai kegiatan yang dikemas dalam event Kapasan Feast.
Event tersebut bakal digelar pada Minggu, 26 Januari 2025 mendatang mulai dari pukul 15.00 WIB.
Wakil Ketua Wisata Kampung Pecinan Kapasan Dalam Michael Wijaya mengatakan perayaan imlek tahun ini dibuat dengan meriah dan terbuka untuk masyarakat umum setelah sebelumnya sempat vakum di tahun 2024.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kemarin 2024 karena masa tenang pemilu jadi kami hormati. Tapi untuk tahun ini sudah ada event spesial barongsai, fashion show, pertunjukan musik China, dan bazaar UMKM terutama menjual makanan khas saat imlek," ujar Michael saat dijumpai detikJatim, Minggu (19/1/2025).
Michael menjelaskan, saat puncak perayaan imlek, biasanya yang menjadi favorit warga maupun pengunjung di Kampung Wisata Pecinan adalah pertunjukan barongsai dan dewa rezeki.
"Barongsai dan dewa rejeki keliling kampung itu yang paling dinantikan. Biasanya warga sini menyiapkan angpau, lalu dewa rejeki yang berkeliling membagikan permen untuk anak-anak," tuturnya.
Di Kampung Pecinan Kapasan ini, 90 persen penduduknya akan merayakan imlek. Sehingga mereka semua menyambutnya dengan persiapan dan penuh sukacita.
"Warga juga akan menghias lampion. Lalu nanti satu minggu jelang imlek ada bersih-bersih Klenteng Boen Bio juga," beber Michael.
Tak cuma di Kampung, warga Kapasan Dalam juga akan menggelar perayaan Imlek di Kya-kya Kembang Jepun dengan rangkaian acara yang hampir sama.
"Jadi Imlek kita gak cuma di sini, tapi di Kya Kya juga. 26 Januari kita event di sini, tanggal 1-2 Februari kita di Kembang Jepun," jelas Michael.
Pihaknya pun berharap agar tradisi perayaan Imlek di Kampung Kapasan Dalam yang telah berlangsung selama hampir 128 tahun ini dapat terus dilestarikan, terutama oleh generasi muda.
"Kita ingin generasi muda-muda jangan sampai terputus, kita ingin (rutinitas perayaan Imlek di Kapasan Dalam) turun temurun, rutinitas budaya, harus dilestarikan," pungkas Michael
(ihc/fat)
