Kabupaten Pasuruan dijuluki sebagai City of Mountain dengan ikon pariwisata Gunung Bromo. Kabupaten ini berada di jalur regional serta jalur utama perekonomian antara Surabaya, Malang, dan Banyuwangi.
Bagian utara Kabupaten Pasuruan berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo dan Selat Madura. Bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Malang. Bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo. Sementara bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto.
Kabupaten Pasuruan memiliki luas wilayah 147.401,50 Ha, yang terdiri dari 24 kecamatan (24 kelurahan dan 341 desa). Sebagian besar penduduk Kabupaten Pasuruan berasal dari Suku Jawa, Suku Madura, dan Suku Tengger.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana sejarah dan asal-usul Kabupaten Pasuruan?
Dikutip dari laman resmi Kabupaten Pasuruan, sejarah Kabupaten Pasuruan bermula dari masa Kerajaan Kalingga atau Ho Ling yang diperintah oleh Raja Sima. Pada 742-755 Masehi, pusat Kerajaan Kalingga dipindah ke wilayah timur, tepatnya di daerah Po-Lu-Kia-Sien yang ditafsirkan Pulokerto. Pulokerto merupakan nama desa di wilayah Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan.
Pada tahun 929, Mpu Sindok menggeser pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Selama memerintah, Mpu Sindok telah mengeluarkan lebih dari dua puluh prasasti. Salah satunya adalah prasasti yang terletak di Bulusari, Gempol, Pasuruan.
Mengutip buku Cerita Rakyat dari Pasuruan karya Deny Wibisono, nama Pasuruan dikenal pertama kali pada masa Kerajaan Majapahit. Saat itu, Kerajaan Majapahit tengah dilanda wabah penyakit aneh. Raja Hayam Wuruk telah mencoba semua tabib untuk menyembuhkan penyakit tersebut, tetapi tidak ada yang berhasil.
Dalam mimpinya, Raja Hayam Wuruk bertemu dengan Kuti Darbaru, satu-satunya orang yang dianggap dapat menyembuhkan penyakit yang melanda Kerajaan Majapahit.
Baca juga: Legenda Jember dan Budaya Pendalungan |
Raja Hayam Wuruk pun mulai mencari keberadaan Kuti Darbaru. Di tengah perjalanan, Raja Hayam Wuruk sempat singgah ke pusat Kerajaan Mataram Kuno di daerah Pasuruan. Saat Raja Hayam Wuruk tiba di Kerajaan Mataram Kuno, Mpu Sindok menyuguhkan sirih.
Ketika menerima puan (tempat sirih) dari emas lengkap dengan kapur, gambir, dan buah pinangnya, Raja Hayam Wuruk mulai mengunyah sirih. Raja Hayam Wuruk merasa sangat senang saat mengunyah sirih. Berkali-kali Raja Hayam Wuruk mengatakan Pasuruhan.
Saat Raja Hayam Wuruk kembali melanjutkan perjalanan, Mpu Sindok menyebut daerah tersebut sebagai Pasuruhan. Dalam Kitab Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca, Pasuruan ditulis dengan kata Pasoeroean yang berarti tempat tumbuh tanaman suruh (sirih) atau kumpulan daun suruh.
Setelah Kerajaan Majapahit runtuh, beberapa kerajaan Islam sempat menguasai Pasuruan. Pada abad 14, Pasuruan berada di bawah kekuasaan Kerajaan Giri. Berdasarkan sejarah lisan yang beredar, Sunan Giri meletakkan dasar-dasar dakwah dengan membuka langgar sekaligus tempat ngaji di suatu daerah yang kemudian dikenal sebagai Sidogiri.
Selanjutnya, Pasuruan dikuasai oleh Kerajaan Demak pada abad 15. Saat itu, Pasuruan memiliki peranan penting dalam menyebarkan agama Islam.
Simak Video "Video: Detik-detik Penangkapan Pelaku Penculikan Santri Ponpes Metal Pasuruan "
[Gambas:Video 20detik]