Sejarah dan Asal-usul Klaten yang Konon Berkaitan dengan Kyai Mlati

Sejarah dan Asal-usul Klaten yang Konon Berkaitan dengan Kyai Mlati

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Selasa, 26 Nov 2024 12:14 WIB
Ilustrasi Kabupaten Klaten
Ilustrasi Kabupaten Klaten Jateng. Foto: dok. Laman Resmi Pengadilan Negeri Klaten
Klaten -

Klaten merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tepatnya dengan Kabupaten Gunungkidul dan Sleman. Siapa sangka jika sejarah dan asal-usul Klaten sangat menarik untuk dijelajahi karena berkaitan dengan sosok bernama Kyai Mlati.

Dikutip dari dokumen Kabupaten Klaten dalam Angka 2024 yang disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Kabupaten Klaten terbagi ke dalam tiga wilayah utama, di sisi utara merupakan dataran lereng Gunung Merapi, sisi selatan adalah dataran Gunung Kapur, sementara sisi timus membujur dataran rendah.

Ingin tahu lebih dalam tentang sejarah Klaten, detikers? Mari simak pembahasan selengkapnya di bawah ini!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asal-Usul Nama Klaten

Berdasarkan dokumen laporan proyek akhir berjudul Profil Daerah Kabupaten Klaten Berbasis Multimedia yang disusun oleh Dwi Kusnalia, sejarah dan asal-usul Klaten terbagi ke dalam dua versi. Mari simak detailnya berikut ini!

1. Klaten Berasal dari Kata 'Klati'

Nama Klaten menurut versi pertama berasal dari kata 'klati', yang berarti buah bibir. Kata 'klati' kemudian mengalami perubahan menjadi 'Klaten' seiring waktu. Konon, daerah ini memang sudah dikenal sejak lama karena kesuburannya, sehingga menarik perhatian banyak orang untuk tinggal di sana. Kesuburan tanah Klaten menjadi faktor penting yang mendasari penyebutan nama ini.

ADVERTISEMENT

Masyarakat setempat meyakini bahwa 'klati' yang berarti bibir, mengandung makna tentang keberuntungan dan kelimpahan yang ada di daerah ini. Seiring berjalannya waktu, kata 'klati' yang awalnya digunakan, perlahan disesuaikan menjadi 'Klaten' hingga menjadi nama yang dikenal hingga sekarang.

2. Berhubungan dengan Kyai Mlati

Sementara itu, versi kedua menyebutkan bahwa nama Klaten berasal dari kata 'Mlati'. Menurut cerita, sekitar 560 tahun yang lalu, seorang kyai bernama Kyai Mlati Sekolekan datang ke suatu daerah yang masih berupa hutan belantara. Kyai Mlati menetap di tempat tersebut dan seiring waktu semakin banyak orang yang tinggal di sekitarnya. Daerah tempat tinggal Kyai Mlati ini akhirnya dikenal sebagai Klaten.

Pedukuhan tempat tinggalnya, yang awalnya bernama Sekolekan, berkembang menjadi Sekalekan. Nama Sekolekan ini diambil dari nama Kyai Mlati Sekolekan. Setelah meninggal, Kyai Mlati dimakamkan di dekat tempat tinggalnya dan sejarahnya pun tetap dikenang oleh masyarakat setempat.

Masyarakat setempat percaya bahwa Kyai Mlati memiliki kesaktian yang luar biasa, sehingga wilayah tersebut aman dari gangguan perampok. Nama 'Mlati' kemudian berkembang menjadi 'Mlati', lalu disingkat menjadi 'Klati', dan akhirnya menjadi 'Klaten' sesuai dengan perubahan dalam cara pengucapan. Hingga kini, meskipun terdapat perbedaan pendapat, cerita tentang Kyai Mlati tetap menjadi bagian dari sejarah dan asal-usul nama Klaten.

Sejarah Klaten dari Masa ke Masa

Masih dirangkum dari laporan proyek akhir berjudul Profil Daerah Kabupaten Klaten Berbasis Multimedia yang disusun oleh Dwi Kusnalia ditambah dengan informasi dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Klaten, sejarah Kabupaten Klaten bermula sebagai bagian dari Kasunanan Surakarta pada masa lalu. Daerah ini dikenal karena tanahnya yang subur dan menjadi tempat tinggal banyak orang.

Pada 1749, Klaten masih merupakan daerah swapraja yang dibagi menjadi beberapa distrik, masing-masing dipimpin oleh seorang wedana. Pemerintahan ini bertujuan untuk mengatur kehidupan masyarakat yang berkembang di wilayah tersebut.

Selama masa penjajahan Belanda, struktur pemerintahan di Klaten mengalami perubahan signifikan. Pada tahun 1847, Klaten resmi diubah menjadi Kabupaten Pulisi, yang tidak hanya berfungsi sebagai pusat pemerintahan tetapi juga bertugas menjaga ketertiban dan keamanan wilayahnya.

Pada abad ke-18, arsip-arsip kolonial mulai mencatat perkembangan Klaten. Dokumen-dokumen seperti Soerakarta Brieven van Buiten Posten dan Daghregister van den Residentie Soerakarta memberikan gambaran penting tentang pemerintahan dan aktivitas di Klaten. Di samping itu, keberadaan candi Hindu dan Buddha serta barang-barang kuno di Klaten menunjukkan bahwa daerah ini memiliki peradaban yang kaya dan sejarah panjang. Selain itu, cerita tentang Kyai Mlati yang dihormati oleh masyarakat setempat turut memperkaya warisan sejarah lisan yang ada di daerah ini.

Pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwana IV, pembangunan benteng atau loji Klaten dimulai pada 12 Rabiulakir 1731 atau 28 Juli 1804. Pendirian benteng ini menjadi salah satu momen penting dalam sejarah Klaten yang tercatat dalam Babad Bedhaning Ngayogyakarata dan Geger Sepehi sebagai bagian dari identitas wilayah tersebut.

Perkembangan administratif Klaten terus berlanjut hingga akhirnya pada tahun 1950, daerah ini menjadi kabupaten otonom. Pemerintah Kabupaten Klaten kemudian menetapkan hari jadi kabupaten ini pada 28 Juli 1804 melalui Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007, menandai tonggak sejarah penting dalam perjalanan Kabupaten Klaten menuju kemajuan dan pemerintahan yang lebih mandiri.

Demikian penjelasan lengkap mengenai sejarah dan asal-usul Klaten yang konon berkaitan dengan Kyai Mlati. Semoga bermanfaat, detikers!




(par/aku)


Hide Ads