Banjir yang melanda sejumlah kecamatan di Tulungagung dua hari yang lalu berdampak pada ribuan hektare tanaman pertanian. Sebagian tanaman terancam puso.
Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Dinas Pertanian Tulungagung, Gatot Rahayu, mengatakan jumlah tanaman pertanian yang terendam banjir mencapai lebih dari 5000 hektare, dengan jenis tanaman jagung, padi dan tembakau.
"Tanaman terluas yang terkena banjir adalah tanaman jagung mencapai 4.053 hektare, tembakau 1.226 hektare dan padi 467 hektare," ujar Gatot kepada detikJatim, Rabu (5/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Gatot, rendaman banjir di area pertanian bertahan selama beberapa hari. Kondisi itu dipengaruhi oleh tingginya intensitas curah hujan di wilayah Tulungagung dan sekitarnya.
"Tanggal 3 dan 4 Oktober itu intensitas hujan masih tinggi," ujarnya.
Pihaknya mengakui terendamnya area persawahan tersebut dapat mengancam keberlangsungan tanaman, terutama tembakau. Untuk menghindari kerugian yang lebih banyak, pihaknya mengimbau agar para petani melakukan panen dini.
"Untuk tembakau kami imbau untuk panen dini, karena apabila terendam dan curah hujan tinggi justru akan rusak atau puso," imbuhnya.
Usia tanaman tembakau yang terendam antara 30-90 hari, bahkan sebagian telah memasuki masa panen.
Gatot menambahkan hingga kini dinas pertanian masih melakukan proses pendataan, karena tidak menutup kemungkinan jumlah kawasan pertanian yang terdampak banjir akan bertambah.
Sementara itu sejumlah petani di Desa Ngranti, Kecamatan Boyolangu terpaksa melakukan panen dini terhadap tanaman tembakaunya. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir kerugian, sebab sebagian mulai rusak.
"Kalau seperti ini harganya turun, karena kualitasnya menjadi jelek dan bobot keringnya berkurang," kata salah seorang petani, Puji.
Dijelaskan, jika kondisi baik harga 1 kwintal tembakau kering bisa mencapai Rp 700 ribu, sedangkan untuk tembakau yang saat ini anjlok menjadi Rp 500 ribu.
(dpe/iwd)