Konflik antartetangga berujung penembokan jalan terjadi di Jalan Asem Jajar Gang III, Tembok Dukuh, Surabaya. Jalan gang yang lebarnya hanya 1 meter kini menjadi hanya 50 cm karena keberadaan tembok cor di tengahnya.
Penembokan jalan ini dilatarbelakangi konflik yang berkaitan urusan ahli waris dengan pembeli tanah warisan, serta kerancuan proses jual beli tanah yang juga dilakukan pihak lain di luar pemilik hak waris.
Adalah Siti Holilah (48) yang menembok akses jalan yang mulanya selebar 1 meter itu sehingga jalan itu menjadi semakin sempit. Penembokan jalan itu dilakukan Holilah pada 12 Oktober.
Akibat pendirian tembok di tengah-tengah jalan itu, penghuni rumah lainnya mengeluh kesulitan akses. Salah satunya adalah Fauzizah Minarni (48). Dia mengaku satu bulan terakhir ini dirinya dan 5 keluarga lain terkena dampak penembokan.
Mereka menjadi kesulitan saat hendak keluar masuk gang. Terutama karena setelah penembokan terjadi sepeda motor menjadi tidak bisa mereka bawa masuk hingga ke dalam rumah.
"Akses lebih sulit, kalau orang badannya besar harus miring. Kendaraan ga bisa masuk, sebelumnya bisa masuk semua," kata Minarni saat ditemui detikJatim, Kamis (30/10/2025).
Holilah yang menembok jalan itu mengaku kesal. Dia mengaku membeli tanah itu dari Yanto, salah satu pemilik hak waris lingkungan rumah itu pada 2009 dan mulai membangun rumah pada 2011.
Dia sebutkan bahwa 6 keluarga lain yang tinggal di lingkungan yang sama membeli tanah dari pemilik hak waris lain dan sudah lebih dulu tinggal di sana. Rumah Holilah dengan 6 keluarga lain itu terpisah jalan selebar 1 meter.
Pada saat membangun rumah pada 2011, konflik dengan para tetangganya mulai terpupuk. Holilah yang sedang membangun rumahnya tidak dibolehkan membuat pintu samping yang langsung menuju akses jalan.
"Saya sudah dari awal dibikin jalan enggak ada konflik apa-apa. Cuma, kenapa kok saya waktu bangun mau ambil dari batas-batas disuruh geser. Saya udah buat jalan akses saya supaya bisa dipakai orang banyak. Tapi waktu saya bikin pintu samping disetop sampai tukang saya itu enggak bisa bekerjam" ujar Holilah saat ditemui detikJatim.
Konflik lama itu kembali muncul ketika suatu saat Holilah lewat di jalan samping rumahnya itu ditanya oleh keluarga penghuni rumah lainnya, kenapa dia lewat di sana padahal tidak ikut andil membeli tanah? Holilah pun terkejut dan bertanya-tanya, yang mereka maksud itu membeli tanah ke siapa?
"Katanya istrinya Jemikan, 'balikno duitku lak ngeroso iku tanahmu'. Saya tambah meningkat penasaran itu. Akhirnya saya bilang, 'Uang apa ya?' gitu," ceritanya.
Holilah dan keluarga lain yang berada di samping rumahnya pun sudah sempat berkomunikasi untuk membahas lahan yang dijadikan jalan tersebut. Para keluarga lain itu meminta Holilah sepakat menjadikan jalan di samping rumahnya itu sebagai fasum.
Padahal, Holilah meyakini bahwa 50 cm lahan yang menjadi jalan itu termasuk bagian dari rumahnya yang sempat dia relakan untuk menjadi jalan. Dia pun enggan menuruti saran keluarga lainnya.
"Suruh fasum saja. Gak mau saya. Nanti kalau difasum nanti mentang-mentang, karena enggak punya aturan, kalau lewat juga enggak punya aturan memang anak-anak yang di sini," katanya.
Sementara, Minarni yang mewakili 5 keluarga lain yang tinggal di lingkungan yang sama bersikeras agar Holilah segera membongkar tembok tersebut supaya jalan bisa kembali menjadi lebar.
"Aku bersikekeh berlima, setengah meter yang ditembok itu jadi jalan," kata Fauzizah.
Konflik tetangga yang berujung penembokan ini bukan kali ini terjadi di Surabaya. Sudah ada beberapa kasus serupa yang pernah terjadi di sejumlah wilayah di Surabaya dan telah berhasil diselesaikan dengan proses mediasi.
Simak Video "Video: Maling Motor di Surabaya Terbakar Usai Disiram Bensin dan Tersulut Api"
(dpe/abq)