Ada beberapa amalan sunah di bulan Syawal yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Sebab, keberkahan di dalamnya akan mengalir bagi setiap muslim yang mengerjakannya.
Baca juga: 5 Keutamaan Puasa Syawal Setelah Lebaran |
Amalan Sunah Bulan Syawal
Lantas, apa saja amalan-amalan tersebut? Dirangkum dari beberapa sumber, berikut ibadah sunah yang dapat dilakukan di bulan Syawal.
1. Puasa Sunah Syawal
Rasulullah SAW sangat menganjurkan muslim melaksanakan puasa sunah Syawal selama enam hari. Kebaikan dari puasa ini setara dengan puasa selama satu tahun. Ini sebagaimana disampaikan Rasulullah SAW dalam sebuah hadis.
Dari Sauban RA, Rasulullah SAW bersabda, "Berpuasa sebulan pada bulan Ramadan menyamai berpuasa selama sepuluh bulan. Berpuasa enam hari setelahnya menyamai puasa dua bulan. Dengan demikian, keduanya menyamai puasa satu tahun." (HR Ibnu Majah, Ahmad an-Nasa'i, dan Ibnu Hibban dalam Shahih)
Puasa Syawal tidak harus dilaksanakan secara enam hari berturut-turut. Dalam kata lain, amalan ini dapat dikerjakan dengan berselang-seling selama masih dalam bulan Syawal.
2. Puasa Senin Kamis
Dalam beberapa riwayat, puasa Senin dan Kamis disebutkan sebagai salah satu puasa sunah yang dianjurkan Rasulullah SAW. Aisyah RA mengatakannya dalam sebuah hadis.
"Rasulullah SAW sangat antusias dan bersungguh-sungguh dalam melakukan puasa pada hari Senin dan Kamis." (HR. Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, Imam Ahmad)
Ini karena hari Senin dan Kamis menjadi hari diperiksanya amal seseorang. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Amal-amal perbuatan itu diajukan (diaudit) pada hari Senin dan Kamis, oleh karena itu aku ingin amal perbuatanku diajukan (diaudit) pada saat aku sedang puasa." (HR Tirmidzi)
Para ulama berpendapat niat puasa Senin Kamis dapat digabungkan dengan puasa Syawal. Apabila menggabungkan niat keduanya, orang itu akan memperoleh pahala dari dua puasa tersebut.
Baca juga: Sunah Menikah di Bulan Syawal dalam Islam |
3. Puasa Ayyamul Bidh
Puasa Ayyamul Bidh dikerjakan setiap tanggal 13, 14, dan 15 dari kalender Hijriah setiap bulannya. Keutamaan puasa Ayyamul Bidh ialah seperti berpuasa sepanjang tahun.
صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ
Artinya: Puasa tiga hari di setiap bulannya adalah seperti berpuasa sepanjang tahun. (HR Bukhari)
Rasulullah SAW juga mengungkapkan bahwa puasa Ayyamul Bidh termasuk ke dalam tiga hal yang tidak pernah ditinggalkan. Hal ini disampaikan Rasulullah SAW kepada salah seorang sahabat, Abu Darda.
أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ
Artinya: Rasulullah SAW berpesan kepadaku tiga hal yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati, yaitu berpuasa setiap tiga hari pada setiap bulannya, mengerjakan dua rakaat salat duha, serta salat witir sebelum tidur. (HR Bukhari dan Muslim)
4. Silaturahmi
Bulan Syawal identik dengan perayaan Idul Fitri. Momen ini dimanfaatkanmuslim untuk menyambung tali silaturahmi. Dalam sebuah hadis dari Abu Ayyub Al-Anshori, Rasulullah SAW turut memerintahkan untuk menjalin silaturahmi.
تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ
Artinya: Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat). (HR. Bukhari No 5983)
Terdapat berbagai keutamaan di balik silaturahumi. Mulai dari wujud keimanan seseorang, kelapangan rezeki, hingga menghindarkan seseorang dari api neraka.
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا - مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِى الآخِرَةِ - مِثْلُ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ
Artinya: Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya (di dunia ini) -berikut dosa yang disimpan untuknya (di akhirat)- daripada perbuatan melampaui batas (kezaliman) dan memutus silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat). (HR. Abu Daud No 4902, Tirmidzi No 2511, dan Ibnu Majah No 4211, shahih)
5. Bersedekah
Sedekah adalah amalan yang dianjurkan untuk dilakukan kapanpun, tak terbatas hanya saat bulan Syawal. Allah SWT sangat mencintai amalan ini karena sebagai wujud ungkapan syukur umat-Nya atas nikmat yang didapatkan.
Terlebih, sedekah dapat menghindarkan seseorang dari sifat kikir. Menurut sebuah riwayat, Asma' binti Abi Bakr berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda padaku:
أنفقي أَوِ انْفَحِي ، أَوْ انْضَحِي ، وَلاَ تُحصي فَيُحْصِي اللهُ عَلَيْكِ ، وَلاَ تُوعي فَيُوعي اللهُ عَلَيْكِ
Artinya : Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau menyedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.
6. Menikah
Melangsungkan pernikahan juga masuk ke dalam sunah Rasul yang dilakukan pada bulan Syawal. Ini dilakukan untuk menepis kepercayaan sesat kaum jahiliyah. Kala itu, mereka menganggap menikah pada bulan ini akan mengundang kesialan atau bencana.
Aisyah RA dalam sebuah hadis menyebutkan, dirinya menikah dengan Rasulullah SAW pada bulan Syawal.
تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَوَّالٍ وَبَنَى بِي فِي شَوَّالٍ فَأَيُّ نِسَاءِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ أَحْظَى عِنْدَهُ مِنِّي
Artinya: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menikahiku pada bulan Syawal dan berkumpul denganku pada bulan Syawal, maka siapa di antara istri-istri beliau yang lebih beruntung dariku? (HR Muslim)
7. Iktikaf
Iktikaf merupakan ibadah dengan berdiam diri di masjid dengan mengharap rida Allah SWT. Amalan ini biasa dikerjakan ketika bulan Ramadan. Meski begitu, kebiasaan iktikaf disunahkan untuk terus dikerjakan pada bulan Syawal.
Iktikaf dapat dilakukan dengan ibadah lain, yakni zikir, salat sunah, dan membaca Al-Qur'an. Tidak ada waktu tertentu untuk melaksanakan iktikaf. Amalan ini bisa dikerjakan dalam waktu yang bervariasi, seperti satu jam, dua jam, bahkan sehari semalam.
Artikel ini ditulis oleh Alifia Kamila, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/fat)