Bencana hidrometeorologi merupakan istilah yang sering dijumpai dalam informasi cuaca yang dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Jangan heran, mengingat BMKG memang selalu meng-update cuaca dan potensi bencana hidrometeorologi yang akan terjadi.
Melansir situs resmi BMKG, bencana hidrometeorologi adalah bencana alam atau proses yang merusak yang terjadi di atmosfer (meteorologi), perairan (hidrologi), atau lautan (Oseanografi). Fenomena ini dapat menimbulkan kerugian materi maupun imateri.
Bencana hidrometeorologi bisa menyebabkan kehilangan nyawa, cedera, dampak kesehatan negatif, kerusakan harta benda, kehilangan mata pencaharian dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi, atau merusak lingkungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Contoh bencana hidrometeorologi termasuk badai siklon tropis, badai petir, badai es, tornado, curah hujan ekstrem, banjir, embun, dan suhu dingin. Penyebab bencana hidrometeorologi adalah parameter meteorologi seperti curah hujan, kelembapan, temperatur, dan angin di luar batasan normal.
Jenis Bencana Hidrometeorologi
Ada berbagai jenis bencana hidrometeorologi seperti siklon tropis, petir, es, tornado, hujan ekstrem, banjir, embun, suhu dingin, dan lainnya. Berikut beberapa jenis bencana hidrometeorologi yang perlu diketahui.
1. Curah Hujan Ekstrem
![]() |
Curah hujan ekstrem adalah hujan yang mengguyur lokasi tertentu dengan intensitas tinggi melebihi batas atas curah hujan biasanya dalam waktu tertentu (menit, jam, hari, bulan).
Curah hujan ekstrem dipicu pertumbuhan awan konventif (cumulonimbus) yang masif dan mencapai atmosfer yang tinggi. Selain curah hujan intensitas tinggi, awan cumulonimbus umumnya dapat disertai golakan angin kencang, hujan es dan potensi puting beliung.
2. Angin Kencang
![]() |
Angin kencang adalah naiknya kecepatan angin lebih dari 27,8 kilometer/jam dari wilayah dengan tekanan udara yang lebih tinggi ke wilayah yang lebih rendah. Hujan tiba-tiba atau mendadak dan berlangsung beberapa detik atau menit disebut gudty, yang berkaitan dengan pertumbuhan awan cumulonimbus.
3. Puting Beliung
![]() |
Puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63 kilometer/jam, yang bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian maksimum lima menit hingga beberapa menit. Angin puting beliung umumnya terjadi siang hingga sore hari pada pergantian musim hujan ke kemarau (pancaroba).
4. Banjir
![]() |
Banjir adalah luapan air yang merendam tanah yang biasanya kering. Banjir dapat terjadi dari limpahan air dari badan air, seperti sungai, danau, atau laut.
Di mana air melewati atau memecah tanggul, yang mengakibatkan sebagian air keluar dari batas. Banjir juga mungkin terjadi karena akumulasi air hujan di tanah yang sudah jenuh.
5. Longsor
![]() |
Tanah Longsor ditandai kemiringan lereng yang curam atau landai dengan sudut tertentu pegunungan hingga tebing pantai atau di dasar laut. Dalam banyak kasus, tanah longsor dipicu peristiwa seperti hujan lebat, gempa bumi, lereng miring untuk membangun jalan, dan banyak lainnya.
6. Kekeringan
![]() |
Kekeringan adalah defisit curah hujan pada suatu wilayah dalam periode tertentu. Hal ini juga dapat menyebabkan penurunan kelembapan tanah yang menyebabkan kerusakan tanaman, yang dampaknya dapat dirasakan di beberapa sektor seperti pertanian, sosial dan ekonomi.
7. Kebakaran Hutan dan Lahan
![]() |
Kebakaran hutan dan lahan (karhutia) adalah terbakarnya banyak pohon, semak, paku-pakuan dan rumput di suatu wilayah. Penyebab kartuhia bisa karena faktor alam seperti kekeringan, musim kemarau berkepanjangan dan sambaran petir.
Bisa juga karena faktor ulah manusia seperti pembakaran hutan secara sengaja untuk membuka lahan baru, membuang puntung rokok dan membakar sampah di dekat area hutan. 95 persen karhutla di Indonesia disebabkan manusia.
8. Kualitas Udara Buruk
![]() |
Kualitas udara mengacu pada kondisi udara di sekitar. Kualitas udara yang buruk berkaitan tentang tingkat polusi udara yang tinggi disebabkan asap, debu dan kabut asap, serta pengotor udara lainnya. Kualitas udara ditentukan nilai konsentrasi polutan di udara atau berdasarkan indeks-indeks kualitas udara lainnya.
Pencegahan Bencana Hidrometeorologi
Melansir Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kesiapsiagaan dalam mengindentifikasi wilayah yang berpotensi bencana sangat dibutuhkan pemerintah dan masyarakat. Hal ini untuk mencegah jatuhnya korban jiwa.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah bencana hidrometeorologi. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah bencana hidrometeorolgi.
- Memangkas ranting dan dahan pohon-pohon besar yang berumur.
- Menerapkan kebiasaan membaca informasi prakiraan cuaca.
- Membersihkan saluran air dari tempat pemukiman hingga sungai.
- Membuang sampah pada tempat sampah.
- Menanam pohon berakar kuat untuk mencegah longsor seperti pohon mahoni, karet, matoa, dan lainnya.
- Menjaga kebersihan lingkungan.
- Evakuasi barang dan surat berharga di tempat aman dan paling tinggi di rumah.
- Aktif mencari kegiatan pelatihan peringatan bahaya dini atau meningkatkan kemampuan dalam pertolongan pertama korban bencana.
Itulah informasi seputar bencana hidrometeorologi dan cara mencegahnya. Pepatah mengatakan lebih baik mencegah daripada mengobati, maka mari berperan aktif mencegah bencana datang.
(irb/sun)