Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis imbauan waspada terhadap terjadinya cuaca ekstrem dan meningkatnya potensi bencana hidrometeorologi pada Rabu (6/11/2024) lalu. Hal ini disebabkan oleh berbagai fenomena iklim yang sedang melanda Indonesia.
Secara umum, bencana hidrometeorologi atau bencana alam meteorologi merupakan bencana yang berkaitan dengan iklim, sehingga bencana alam ini dapat menimbulkan ancaman yang lebih besar dibandingkan jenis bencana lainnya.
Lantas peristiwa apa saja yang termasuk dalam bencana hidrometeorologi? Bagaimana langkah mitigasinya? Berikut telah detikJateng rangkum seputar bencana hidrometeorologi dalam artikel ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengertian Bencana Hidrometeorologi
Kedeputian Bidang Klimatologi BMKG dalam Leaflet Mengenal Bencana Hidrometeorologi menyebut hidrometeorologi merupakan sebuah proses bencana alam atau proses merusak. Bencana hidrometeorologi dapat terjadi di atmosfer (meteorologi), air (hidrologi), atau lautan (oseanografi).
Lebih lanjut dijelaskan dalam laman Konservasi DAS Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, bencana hidrometeorologi diakibatkan oleh berbagai parameter meteorologi, antara lain curah hujan, kelembapan, temperatur, dan angin. Parameter ini sebenarnya hanya merupakan pemicu bencana hidrometeorologi, sebab faktor utama terjadinya bencana ini adalah kerusakan lingkungan yang masif.
Bencana hidrometeorologi dapat membahayakan kehidupan manusia, seperti potensi hilangnya nyawa, cedera, hingga dampak kesehatan lainya. Selain itu, bencana ini bisa membuat gangguan sosial, ekonomi, hingga lingkungan, seperti hilangnya mata pencaharian dan layanan serta kerusakan harta benda.
Jenis Bencana Hidrometeorologi
Berikut beberapa jenis dan contoh bencana hidrometeorologi seperti yang disebutkan oleh BMKG:
1. Curah Hujan Ekstrem
Curah hujan ekstrem merupakan hujan yang jatuh di sebuah lokasi tertentu namun intensitasnya sangat tinggi hingga melebihi batas atas curah hujan dalam waktu tertentu. Pemicunya adalah pertumbuhan masif awan konvektif yang biasa disebut cumulonimbus hingga mencapai atmosfer yang tinggi.
2. Angin Kencang
Angin dapat dikategorikan menjadi angin kencang ketika kecepatannya lebih dari 27,8 km per jam yang berasal dari wilayah bertekanan udara lebih tinggi ke wilayah dengan tekanan udara yang lebih rendah.
3. Puting Beliung
Puting beliung adalah angin berputar dan bergerak secara garis lurus dengan kecepatan lebih dari 63 km per jam. Lama kejadian angin puting beliung disebutkan maksimal terjadi selama lima menit. Biasanya puting beliung terjadi saat pergantian musim hujan ke musim kemarau (pancaroba) saat siang hingga sore hari.
4. Banjir
Banjir didefinisikan sebagai limpahan air dari badan air seperti sungai, danau, atau laut. Banjir dapat terjadi ketika air melewati atau memecah tanggul, sehingga sebagian air keluar dari batas atau bisa juga terjadi sebab akumulasi air hujan di tanah yang sudah jenuh.
5. Longsor
Tanah longsor biasanya terjadi di lingkungan dengan kemiringan lereng yang curam atau landai dengan sudut tertentu seperti daerah pegunungan, tebing pantai, hingga dasar laut. Tanah longsor biasanya terjadi karena dipicu oleh peristiwa tertentu seperti hujan lebat, gempa bumi, hingga lereng miring untuk membangun jalan.
6. Kekeringan
Kekeringan adalah berkurangnya curah hujan di sebuah wilayah pada periode tertentu. Hal ini dapat berakibat pada penurunan kelembaban tanah sehingga dapat menyebabkan tanaman rusak. Hal ini dapat berdampak pada kehidupan manusia karena memengaruhi sektor pertanian, sosial, dan ekonomi.
7. Kebakaran Hutan dan Lahan
Kebakaran hutan dan lahan atau biasa disingkat karhutla merupakan kejadian terbakarnya banyak pohon, semak, paku-pakuan, dan rumput pada suatu wilayah. Ada dua faktor yang menyebabkan karhutla, yaitu faktor alam dan faktor ulah manusia.
Faktor alam disebabkan oleh kekeringan, kemarau panjang, atau sambaran petir. Sementara faktor ulah manusia yaitu dengan sengaja membakar hutan untuk membuka lahan dan membakar sampah atau membuang puntung rokok di dekat wilayah hutan. Penyebab karhutla di Indonesia 95% berasal dari ulah manusia.
8. Kualitas Udara Buruk
Kualitas udara suatu wilayah ditentukan oleh nilai konsentrasi polutan di udara atau berdasarkan indeks-indeks kualitas udara yang lainnya. Kualitas udara buruk disebabkan oleh asap, debu, kabut asap, dan pengotor udara lainnya sehingga menimbulkan tingkat polusi udara yang tinggi.
Mitigasi Bencana Hidrometeorologi
Begitu banyak jenis bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi di sekeliling kita. Namun jangan khawatir, berikut upaya-upaya mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak bencana dikutip dari situs Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten:
- Menjaga kebersihan lingkungan
- Tidak membuang sampah sembarangan
- Memangkas daun dan ranting di pohon yang berpotensi tumbang
- Rutin membersihkan saluran air, mulai dari got hingga sungai
- Rutin mengecek besi untuk menyangga baliho, dikhawatirkan ada tiang yang keropos
- Memerhatikan imbauan dan saran terkait bencana hidrometeorologi dari saluran resmi pemerintah
- Berkoordinasi dengan pihak terkait saat potensi bencana hidrometeorologi terjadi untuk penanganan bencana
Itulah ulasan tentang bencana hidrometeorologi. Mari bersama-sama menjaga lingkungan dan membekali diri dengan pengetahuan tentang bencana agar kita siap untuk selamat.
Artikel ini ditulis oleh Ardian Dwi Kurnia, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sto/aku)