Ramai Soal Hujan Surabaya-Sidoarjo Ditahan Pawang? Ini Penjelasan BMKG

Ramai Soal Hujan Surabaya-Sidoarjo Ditahan Pawang? Ini Penjelasan BMKG

Praditya Fauzi Rahman - detikJatim
Sabtu, 02 Des 2023 15:51 WIB
Penjelasan BMKG Juanda
Postingan soal lingkaran biru citra radar WOFI di mana tidak terjadi hujan di Surabaya-Sidoarjo diduga gegara pawang/Foto: Tangkapan layar
Surabaya -

Ramai postingan di media sosial soal wilayah Surabaya dan Sidoarjo yang tak hujan diduga gegara ditahan pawang hujan. Hal ini berdasarkan radar cuaca pada Weather Observation and Forecast Integrated (WOFI) BMKG Juanda yang memperlihatkan awan hujan melingkar di luar wilayah Surabaya dan Sidoarjo.

Sebuah postingan di akun Instagram @aslisuroboyo menunjukkan sebuah lingkaran biru melingkari Surabaya-Sidoarjo. Namun, tak dijelaskan secara pasti perihal fenomena tersebut.

"Opo bener iki daerah Suroboyo-Sidoarjo kakean proyek sampe udane dipiyak pawang udan? (apa benar ini daerah Surabaya-Sidoarjo banyak proyek sampai hujannya dicegah pawang hujan?)," tulis akun @aslisuroboyo yang dilihat detikJatim, Sabtu (2/12/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Postingan ini mendapat sejumlah respons warganet. Banyak warganet yang bercanda menanggapi hal ini.

"Saking ruwet e nggedangan, awan mendung ae aras"en liwat kunuπŸ˜‚," tulis salah satu akun.

ADVERTISEMENT

"Udane amit tok nang alohaπŸ™πŸ»," komentar akun lainnya.

Lantas, bagaimana penjelasan ilmiah soal hal tersebut?

Prakirawan Stasiun BMKG Juanda Teguh Tri Susanto mengatakan, kejadian tersebut bukan lah sejenis ritual yang dilakukan pawang dalam menolak hujan.

Hal tersebut merupakan radar cuaca yang bekerja dengan memancarkan sinyal elektomagnetik ke atmosfer. Jika terdapat partikel seperti awan atau hujan, maka sinyal tersebut akan kembali ke radar.

Penjelasan BMKG JuandaPenjelasan BMKG Juanda Foto: Tangkapan layar

"Kemudian diproses oleh komputer dan ditampilkan sebagai citra radar. Sinyal yang dikembalikan ke radar (echo) bergantung pada ukuran, bentuk, arah, dan kecepatan partikel di atmosfer," kata Teguh saat dikonfirmasi detikJatim, Sabtu (2/12/2023).

Ia menyebut hal itu sebagai Bright Band Echo. Artinya, merupakan keterbatasan radar cuaca dalam menginterpretasikan partikel es yang mencair di udara.

"Karena komposisi awan itu sendiri dapat berupa tetes air maupun butiran es. Jika butiran es di dalam awan ini bergabung akan menjadi partikel yang lebih besar, ia akan jatuh dan bergerak lebih cepat. Ia akan mencair dan menjadi air hujan jika bertemu dengan kondisi udara yang lebih hangat di bawahnya," ujarnya.

Teguh menegaskan radar cuaca menangkap bahwa hanya sedikit partikel yang ada di atmosfer. Karena, gerakan jatuh yang cepat tersebut serta akibat pengurangan ukuran dan konsentrasi saat es mencair.

Sehingga, nilai reflektivitas radar lebih kecil. Lalu, menghasilkan citra yang lebih terang atau bright band echo.

Hal senada disampaikan Prakirawan Stasiun BMKG Maritim Tanjung Perak Surabaya Ady Hermanto. Menurutnya, citra radar itu kerap dikenal dengan Silence of Cone.

Penjelasan BMKG JuandaIlustrasi cone of silence (Foto: Tangkapan layar)

"Citra radar tersebut biasa kita kenal dengan Silence of Cone. Penyebabnya adalah terdapat keterbatasan instrumen radar dalam menyapu area yang ada di atas radar," tuturnya.

Lalu, apa dampaknya?

"Dampak secara khusus tidak ada, hanya saja area pemantauan di sekitar radar tidak dapat terekam dengan baik, sehingga citra radar radar terdapat kekosongan area," pungkas Ady.




(hil/iwd)


Hide Ads