Stunting di Kabupaten Mojokerto Turun 22% dalam 2 Tahun

Stunting di Kabupaten Mojokerto Turun 22% dalam 2 Tahun

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Sabtu, 24 Jun 2023 03:00 WIB
Bupati Mojokerto dalam program penurunan stunting
Bupati Mojokerto dalam program penurunan stunting (Foto: Enggran Eko Budianto)
Mojokerto - Pemkab Mojokerto sukses menurunkan angka balita stunting 22,3 persen dalam 2 tahun. Strategi yang diterapkan mulai dari pembuatan regulasi, intervensi spesifik, hingga inovasi dan digitalisasi.

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Balita mengalami stunting ditandai dengan tinggi badannya di bawah standar.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto dr Ulum Rokhmat Rokhmawan menerangkan angka stunting di wilayahnya mencapai 27,4 persen tahun 2021 berdasarkan survei status gizi Indonesia (SSGI). Tahun 2022, kasus balita stunting turun menjadi 11,6 persen.

Sedangkan berdasarkan data elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) per Agustus 2022, jumlah balita stunting di Kabupaten Mojokerto 2.132 anak atau 4,81 persen dari jumlah anak yang diukur. Balita kurus (wasting) sejumlah 2.248 anak dan balita gizi kurang (underweight) 2.137 anak. Jumlah anak yang diukur kala itu 44.324 anak dari total sasaran 79.773 anak.

Bupati Mojokerto dalam program penurunan stuntingBupati Mojokerto dalam program penurunan stunting (Foto: Enggran Eko Budianto)

Tahun ini, persentase balita stunting di Kabupaten Mojokerto sedikit naik menjadi 5,01 persen dari jumlah anak yang ditimbang. Sebab jumlah balita stunting saat ini 2.219 anak. Sedangkan jumlah balita yang ditimbang 44.257 anak atau 53,59 persen dari sasaran penimbangan 82.591 anak. Balita wasting 2.849 anak atau 6,44 persen dan balita gizi kurang 2.895 anak atau 6,54 persen.

Ribuan balita stunting tersebar di 18 kecamatan wilayah Kabupaten Mojokerto. Yaitu di Kecamatan Sooko 151 anak, Trowulan 101, Puri 22, Bangsal 22, Mojoanyar 176, Gedeg 67, Kemlagi 249, Dawarblandong 21, Jetis 361, Mojosari 17, Pungging 272, Ngoro 153, Dlanggu 121, Kutorejo 44, Pacet 119, Trawas 232, Gondang 29 dan Jatirejo 62 anak.

"Berbagai strategi kami terapkan. Baik intervensi secara spesifik dan sensitif, maupun dengan inovasi program percepatan penurunan stunting," terangnya kepada detikJatim, Jumat (23/6/2023).

Percepatan penurunan stunting di Kabupaten Mojokerto diawali dengan membuat regulasi yang dibutuhkan. Yaitu Perbup nomor 66 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting Terintegrasi, SK Bupati nomor 188.45/160/HK/416-012/2022 tentang Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dan SK Sekda Kabupaten Mojokerto nomor 188.45/5/KEP/416-000/2022 tentang TPPS tingkat kecamatan.

"Kami juga membentuk TPPS sampai tingkat desa dan kelurahan," jelas dr Ulum.

Disusul dengan strategi intervensi spesifik terhadap remaja putri dan calon pengantin (Catin). Antara lain memberikan tablet penambah darah kepada remaja putri dan ibu hamil, pemeriksaan kesehatan, pemberian multiple micro nutrient (MMN) atau suplemen yang berisi multivitamin, zat besi dan folat, serta puskesmas dan KUA memberi penyuluhan kesehatan reproduksi kepada catin.

Intervensi spesifik terhadap ibu hamil (Bumil) mencakup pemberian makanan tambahan bagi bumil yang kekurangan energi kronis (KEK) dan bumil dari kelompok miskin, pendampingan bumil KEK, pemeriksaan kehamilan, serta memberikan MMN.

Sedangkan terhadap anak usia 0-23 bulan, kata dr Ulum, intervensi spesifik meliputi promosi-konseling terkait menyusui dan pemberian makan bayi dan anak (PMBA), memantau pertumbuhan anak, memberikan suplemen kapsul Vitamin A dan zinc, imunisasi, intervensi dan pendampingan balita gizi buruk, serta intervensi balita wasting dengan pemberian makanan tambahan (PMT).

"Intervensi spesifik terhadap anak usia 24-59 bulan antara lain intervensi dan pendampingan balita gizi buruk sesuai tata laksana, memantau pertumbuhan, memberikan makanan tambahan pemulih untuk anak gizi kurang akut, serta memberikan suplemen Vitamin A," ungkapnya.

Intervensi spesifik dan sensitif terhadap balita stunting di Kabupaten Mojokerto, lanjut dr Ulum juga ditempuh dengan pengadaan antropometri kit atau alat untuk menilai ukuran, proporsi, dan komposisi tubuh manusia 836 unit tahun 2022 dan 958 unit tahun 2023, susu balita gizi buruk dan kurang gizi 2.900 kaleng tahun 2022, susu ibu hamil 6.120 kotak tahun 2022 dan 3.590 kotak tahun 2023, food model untuk pojok gizi di puskesmas pembantu (Pustu) 55 unit, serta pengadaan USG 4 unit.

"Gerakan setop buang air besar sembarangan (open defecation free/ODF) juga menjadi bagian percepatanan menurunkan stunting di Kabupaten Mojokerto," cetusnya.

Dalam gerakan ini, Pemkab Mojokerto menggelontorkan Rp 18 miliar untuk membangun 5.598 jamban sehat dengan konsep padat karya tahun 2022. Ditambah lagi 32 jamban dari program TMMD tahun 2022 dan 2023, serta 165 jamban menggunakan dana cukai. Gerakan ini diganjar penghargaan dari Kemenkes sebagai kabupaten/kota terbaik percepatan setop buang air besar sembarangan tahun 2022.

Menurut dr Ulum, 27 puskesmas di Kabupaten Mojokerto juga berlomba membuat inovasi program percepatan penurunan stunting. Sebagai contoh Puskesmas Kemlagi mempunyai inovasi penanganan stunting melalui konseling calon pengantin (Penting Linca), Puskesmas Trowulan dengan makan ikan cegah stunting (Makin Ganteng) dan Puskesmas Pandan dengan gerakan pencegahan anemia pada ibu hamil dengan konsumsi daun kelor (Gerami Kelor).

Ditambah lagi tahun ini, Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati mencetuskan integrasi digitalisasi pemantauan intervensi gizi spesifik pada upaya percepatan penurunan stunting. Yaitu dengan membuat 3 aplikasi yang sedang dikerjakan Diskominfo KabupatenMojokerto. "Aplikasi E Stunting untuk versi desktop, versi mobile-nya Aplikasi Sipenting, ada juga Aplikasi Pokja Bunda PAUD," tandasnya.


(abq/iwd)


Hide Ads