Bupati Mojokerto, Muhammad Albarraa atau Gus Barra mencanangkan program Suju dan Gercep untuk menurunkan jumlah balita stunting. Tidak hanya itu, ia juga menginstruksikan perbaikan data dan intervensi yang tepat sasaran.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi balita stunting di Kabupaten Mojokerto 27,02% tahun 2021. Jumlah balita stunting di Bumi Majapahit turun menjadi 11,6% tahun 2022, tapi kembali meningkat menjadi 16,2% tahun 2023.
"Upaya penurunan stunting menjadi bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dan sesuai dengan visi misi Bupati dan Wakil Bupati Mojokerto," kata Gus Barra dalam keterangan tertulis, Rabu (26/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan data elektronik pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat (EPPGBM) menunjukkan prevalensi balita stunting di Kabupaten Mojokerto 22,49% tahun 2018, 20,48% tahun 2019, 6,66% tahun 2020, 5,43% tahun 2021, 4,08% tahun 2022, 2,35% tahun 2023, serta 1,44% tahun 2024. Untuk menekan jumlah balita stunting di Kabupaten Mojokerto, lanjut Gus Barra, pihaknya menjalankan 2 program unggulan.
Pertama, program Susu Jumat (Suju) untuk 13.213 siswa SD dan SMP sederajat. Suju berupa penyuluhan gizi seimbang, kampanye sarapan sehat, tes kebugaran untuk siswa SD dan SMP, serta pembagian susu sebagai salah satu bagian dari peningkatan gizi siswa SD dan SMP di Kabupaten Mojokerto.
Program kedua yaitu Gerakan Percepatan Penurunan Stunting (Gercep). Program ini melibatkan banyak pihak untuk menjalankan aktif minum tablet tambah darah bagi remaja putri, bumil teratur periksa kehamilan, mencukupi konsumsi protein hewani, datang ke posyandu setiap bulan, dan ASI eksklusif selama 6 Bulan.
"Penurunan stunting ini tidak cukup hanya dari sektor pemerintah, tapi juga diperlukan peran dari sektor lainnya yang kita kenal sebagai pentahelix, dukungan kolaborasi 5 elemen masyarakat, yaitu pemerintah, swasta, akademisi, masyarakat madani dan media," jelas Gus Barra.
Tidak hanya itu, untuk menekan jumlah balita stunting, Gus Barra menginstruksikan perbaikan data dan pemberian intervensi sensitif dan spesifik yang tepat sasaran. Pemkab Mojokerto telah memetakan sumber anggaran dan kegiatan yang akan fokus dikerjakan.
Ia berharap penurunan stunting tidak hanya pada prevalensinya, tapi juga meningkatkan capaian determinan. Sehingga konvergensi di desa dan kelurahan meningkat dengan harapan semakin banyak desa dengan kategori desa bebas stunting, meningkatkan pendampingan keluarga, serta terus menerus melakukan perbaikan data.
"Karena dari data yang valid kita bisa mengambil langkah untuk intervensi secara tepat," pungkasnya.
(prf/ega)