Ketelatenan Wahyudi Prima Hadi patut diacungi jempol. Karya handwriting pria asal Malang itu bikin banyak bule kepincut.
Pria yang akrab disapa Ucil itu menggeluti dunia handwriting sejak 2015 lalu. Diawali karena terkendala dana saat meminta pelaku handwriting membuatkan sebuah tulisan untuk usaha clothing-nya, Ucil lantas iseng belajar handwriting sendiri.
"Awale aku pingin nggawe font tahun 80-an gawe clothingku jenenge Cool Blue Energy (Awalnya saya ingin buat font tahun 1980-an untuk clothingku namanya Cool Blue Energy). Aku tanya ke artis handwriting Malang itu mahal, waktu itu (2015) aku ditarik Rp 5 juta, karena budget-ku cuma Rp 1,5 juta, aku akhirnya kepikiran buat sendiri," ceritanya kepada detikJatim, Senin (12/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang tinggal di Jalan Sawojajar V Nomor 37b, Kelurahan Sawojajar, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang itu kemudian belajar dan mendalami handwriting secara otodidak selama kurang lebih 3 tahun.
"Aku sempat nulis sendiri itu berasa ada yang kurang dari hasilnya. Dari situ, coba cari kertas dan alat tulis yang sesuai untuk mendapatkan apa yang aku inginkan. Setelah dapat semuanya, aku mulai belajar gimana cara nulis orang lama dari ebes (ayah) sama orang-orang tua," kata Ucil.
Beberapa cara mulai dari kertas dimiringkan hingga mengganti posisi pena dicoba untuk menghasilkan karya handwriting seperti apa yang diinginkannya. Terkadang untuk mendapatkan satu karya handwriting, Ucil harus membuatnya berulang kali.
"Tulisan handwriting ini nggak bisa putus, jadi harus dikerjakan sekali jalan. Misal aku buat sekali terus ada yang kurang, ya aku tulis lagi sampai dapat sesuai dengan vibe yang aku inginkan, karena aku kan ambil tema gaya 80-90 an, tulisannya itu kayak tanda tangan, itu nggak bisa putus-putus," kata dia.
![]() |
Ketertarikannya pada handwriting itu juga didompleng oleh kesukaannya pada musik-musik dan style gaya tahun 1980-1990 an. Di mana pada tahun-tahun itu desain font pakaian atau nama band menggunakan handwriting.
"Akhirnya aku buat karya pertama tahun 2018 itu bertuliskan 'Coming Soon', aku minta bantuan temen untuk scan dan mengubah tulisanku menjadi digital. Setelah itu, aku coba upload di sosial media sama aku kasih soundtrack dari band kesukaanku namanya The Midnight dengan judul lagu sunset dan aku mention ke band itu," terangnya.
Sekitar 10 menit setelah posting, karya Ucil ternyata mendapat pujian dari band The Midnight yang berasal dari Los Angles tersebut. Dari situ, tawaran pembuatan karya handwriting pertamanya datang.
"Habis dapat pujian itu, aku berkomunikasi dengan The Midnight dan mendapat tawaran membuatkan font untuk merchandise mereka, karena aku memang suka dengan band itu. Aku tidak menarik biaya dan sebagai gantinya mereka memberi aku merchandise mereka, saat itu seneng banget," ungkap Ucil.
Setelah itu, dirinya kembali mendapat tawaran lagi membuat font untuk 12 judul lagu The Midnight.
"Aku dapet bayaran total dari 12 judul lagu itu 500 dollar atau sekitar Rp 7 juta-an tahun 2018 lalu, pas pemilihan presiden dan dollar lagi naik Rp 15 ribu untuk satu dollar," kata dia.
Sejak saat itu mulai banyak orang dari luar negeri yang bertanya-tanya dan ingin dibuatkan karya handwriting.
"Jadi banyak yang tanya itu mungkin ada puluhan dari luar negeri semua. Mereka tanya dan ingin memastikan apakah hasil handwriting-ku sesuai dengan yang mereka inginkan. Tapi dari puluhan yang akhirnya setuju, ada sekitar 4 atau 5 itu dari Jepang, Norwegia, hingga Australia," ucap dia.
Berjalannya waktu, permintaan dari luar negeri, baik handwriting maupun merchandise buatannya semakin laris. Sayang, Pandemi COVID-19 membuat pesanan handwriting jadi tersendat.
"Pernah dulu kirim merchandise berupa jaket itu ke luar saat pandemi nggak sampai-sampai. Untungnya setelah beberapa bulan akhirnya bisa diterima pembeli," tuturnya.
Handwriting dan clothing yang ditekuni Ucil sebenarnya hanya sebagai pekerjaan sambilan. Dalam keseharian Ucil bekerja sebagai karyawan swasta.
Untuk harga handwriting buatan Ucil dipatok dengan sebesar Rp 300 ribu dan bisa meningkat tergantung pada tingkat kesulitan karya yang diinginkan.
"Ya, jadi memang enggak terlalu intens mengasah kemampuan handwriting, cuma tetap dikembangkan biar bisa lebih baik lagi karyanya," tandasnya.
(fat/dte)