Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya mencatat ada 187 kasus DBD di tahun 2022. Menjelang memasuki musim hujan akhir tahun, Dinkes mewaspadai dan antisipasi penyakit DBD.
"Saat ini tercatat kasus DBD di Kota Surabaya sebanyak 187 kasus dengan kasus tertinggi terjadi pada bulan Februari," kata Kepala Dinkes Surabaya Nanik Sukristina, Jumat (7/10/2022).
Menurutnya, peralihan musim dari kemarau menuju musim hujan seperti saat ini berpotensi berkembangbiaknya nyamuk. Apalagi hujan bisa turun sewaktu-waktu disertai cuaca panas yang terik dan menyengat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iklim seperti ini sangat berisiko meningkatkan tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti, pembawa virus dengue yang menyebabkan penyakit demam berdarah," ujarnya.
Nyamuk aedes aegypti merupakan nyamuk yang sangat agresif di suhu panas. Aktif di pagi dan sore hari, bahkan mempunyai kecenderungan menggigit di dalam ruangan.
"Pada musim hujan, akan muncul tempat-tempat yang dapat menampung air hujan dan menjadi sumber genangan air disekeliling rumah seperti ban, kaleng, ember, botol, bekas, cekungan pada batang kayu, tempurung kelapa atau pun talang yang tersumbat. Bahkan hal kecil seperti air pada tutup botol yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti," jelasnya.
Pemkot Surabaya terus menguatkan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD. Dengan cara terus mengkampanyekan upaya kewaspadaan DBD di masyarakat.
"Dengan sinergi yang kuat dan peran serta aktif dari seluruh masyarakat, diharapkan tidak ada peningkatan kasus demam berdarah di Kota Surabaya," pungkasnya.
(esw/fat)