Dinkes Surabaya Prediksi Kasus ISPA Meningkat Saat Musim Hujan

Dinkes Surabaya Prediksi Kasus ISPA Meningkat Saat Musim Hujan

Esti Widiyana - detikJatim
Senin, 06 Jan 2025 07:30 WIB
Pencemaran lingkungan akibat polusi udara dari debu batu bara telah lama terjadi di kawasan Marunda yang sebabkan gangguan kesehatan bagi penghuni Rusunawa Marunda mulai dari kesehatan kulit hingga infeksi saluran pernafasan.
ILUSTRASI infeksi saluran pernafasan. Foto: Pradita Utama
Surabaya -

Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya memprediksi adanya lonjakan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di masyarakat. Salah satu faktor utamanya ialah musim hujan, apalagi usai libur panjang akhir tahun.

"Ya, ada risiko peningkatan kasus ISPA, influenza, dan sakit tenggorokan di akhir tahun hingga awal tahun baru, yang sebagian besar dipengaruhi perubahan cuaca dan mobilitas masyarakat yang cenderung sangat tinggi di periode tersebut," kata Kepala Dinkes Surabaya Nanik Sukristina, Minggu (5/1/2024).

Nanik menyebut ada beberapa faktor risiko peningkatan kasus ISPA. Di antaranya, perubahan suhu yang signifikan antara siang dan malam serta pergantian musim, yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga lebih rentan terhadap infeksi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, meningkatnya aktivitas masyarakat selama musim liburan, di mana banyak orang cenderung lebih sering berkumpul dengan keluarga dan teman, sehingga meningkatkan risiko penularan penyakit melalui droplet atau kontak langsung. Kemudian jadwal padat dan kurang tidur akibat berbagai aktivitas liburan dapat menurunkan daya tahan tubuh.

"Stres akibat pekerjaan, persiapan liburan, dan lainnya dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Tempat-tempat umum yang ramai pengunjung seringkali kurang bersih, sehingga meningkatkan risiko penularan penyakit," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

"Kurangnya kesadaran pencegahan, seperti tidak memakai masker ketika sakit, saat berada di tempat-tempat umum atau keramaian, bahkan jarang mencuci tangan dapat menjadi bagian penyebab," tambahnya.

Ia mengatakan, risiko peningkatan terjadi pada dua bulan terakhir pada periode akhir tahun, yakni November dan Desember. Ditambah seiring memasuki perubahan cuaca dari musim panas ke musim hujan atau pancaroba, sampai dengan peningkatan curah hujan di bulan Desember dan awal tahun baru.

"Faktor risiko kenaikan kasus salah satunya adanya perubahan pola cuaca, tahun 2024 dipengaruhi puncak musim hujan yang lebih awal dan intensitas hujan yang tinggi. Hal ini menyebabkan udara lebih lembap, yang menjadi kondisi ideal bagi pertumbuhan virus dan bakteri penyebab ISPA," jelas Nanik.

Selain itu, polusi udara akibat aktivitas kendaraan dan industri juga menyebabkan risiko ISPA. Kombinasi polusi udara dan kelembapan tinggi dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Keluhan sakit ISPA terjadi saat momen Nataru karena cuaca buruk terjadi pada akhir dan awal tahun.

"Ya, penyakit ISPA merupakan penyakit infeksi yang berisiko dikeluhkan dan terjadi pada periode Nataru. Sehingga penting untuk memperhatikan kesehatan dengan cara menjaga kebersihan, mengonsumsi makanan bergizi, dan menghindari kerumunan jika memungkinkan," katanya.

Warga Surabaya diimbau menjaga daya tahan tubuh, sementara dinkes melakukan upaya pencegahan. Seperti menjaga kebersihan dengan sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama setelah beraktivitas di tempat umum.

Selanjutnya, menggunakan masker, terutama saat berada di tempat yang ramai atau saat kondisi kesehatan sedang tidak baik. Menjaga jarak aman dengan orang lain, terutama jika ada yang menunjukkan gejala sakit.

"Mengusahakan tidur yang cukup untuk menjaga daya tahan tubuh. Mengonsumsi makanan yang bergizi dan bervariasi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Melakukan vaksinasi influenza sesuai anjuran dokter," pungkasnya.




(irb/iwd)


Hide Ads