Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 menjadi sejarah paling kelam dunia sepakbola Indonesia. Ratusan nyawa melayang selepas pertandingan Derby Jatim, Arema FC vs Persebaya. Peristiwa memilukan itu berawal dari adanya suporter yang masuk ke lapangan.
Dari berbagai video yang beredar di media sosial, awalnya ada 2 Aremania di tribun timur masuk ke lapangan. Mereka sebenarnya hanya ingin memeluk pemain. Ingin memberikan dukungan moril agar pemain bisa tampil lebih baik lagi di pertandingan berikutnya.
Sudah jadi tradisi bagi manajemen maupun Arema FC untuk memberikan penghormatan kepada suporter setelah pertandingan. Biasanya mereka berdiri di lingkaran tengah lapangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah seorang Aremania, Dirham, melihat 2 suporter yang turun ke lapangan itu dari Tribun 13. Dia yakin, kedua suporter itu tak berniat bikin rusuh. Keduanya tampak memeluk penggawa Singo Edan, salah satunya adalah bek Sergio Silva.
"Saat itu saya pikir nggak rusuh, suporter ini ingin memeluk pemain saja. Mungkin aparatnya yang salah sangka," ujar Dirham, Kamis (6/10/2022).
Setelah itu, sekitar pukul 22.05 WIB pemain dan manajemen Arema FC kembali masuk ke arah lorong ganti pemain. Petugas keamanan, baik steward, polisi, dan tentara juga berada di area lapangan untuk mengamankan situasi.
Terpancing dengan aksi dua Aremania tersebut, suporter lain lantas ikut turun masuk ke lapangan. Petugas keamanan mencoba untuk mengamankan situasi dengan memukul mundur para suporter yang ada di dalam lapangan.
Namun, jumlah suporter yang turun ke lapangan semakin banyak. Petugas keamanan yang berada di area luar stadion pun ikut masuk, berusaha mengendalikan suporter yang ada di dalam lapangan.
Saat itu, kondisi tribun masih dipenuhi oleh suporter yang belum keluar dari Stadion Kanjuruhan. Sekitar pukul 22.07 WIB, petugas keamanan menggiring sedikit demi sedikit suporter yang masuk lapangan untuk kembali ke tribun.
Dua menit setelah itu, gas air mata ditembakkan beberapa kali oleh petugas keamanan. Tembakan tersebut mengarah ke lapangan dan tribun yang saat itu masih dipenuhi penonton.
"Saya tidak mengira kalau mau menembak ke atas (tribun) 11, 12 dan 13. Saya kira mau nembak (gas air mata) ke bawah (lapangan). Ya. akhirnya sama temen-temen berpencar (menyelamatkan diri)," kata Dirham.
Seperti diketahui, kerusuhan pecah di Stadion Kanjuruhan usai laga Arema FC vs Persebaya yang berakhir untuk keunggulan tim tamu dengan skor 2-3. Jumlah korban luka hingga meninggal dunia akibat Tragedi Kanjuruhan mencapai 574 orang. Dari 574 korban Tragedi Kanjuruhan tersebut, 131 suporter meninggal dunia, 420 orang mengalami luka ringan atau sedang, 23 luka berat.
(hil/dte)