Kisah Warga Tulungagung Bayar Utang Rp 4,5 Miliar ke Bank Pakai Uang Mainan

Jatim Flashback

Kisah Warga Tulungagung Bayar Utang Rp 4,5 Miliar ke Bank Pakai Uang Mainan

Tim detikJatim - detikJatim
Sabtu, 01 Okt 2022 13:09 WIB
Mujiono, nasabah BCA Tulungagung yang membayar utang pakai uang mainan
Mujiono, pria yang membayar utang Rp 4,5 Miliar di bank dengan uang mainan (Foto: Adhar Muttaqin/detikcom)
Tulungagung -

Seorang pria asal Dusun Karangtengah, Desa Pulosari, Kecamatan Ngunut, Tulungagung, Mujiono malu bukan main. Niatnya membayar utang ke bank, berujung ia harus menanggung malu. Bagaimana tidak, uang Rp 4,5 miliar di kardus yang hendak ia setorkan, ternyata uang mainan.

Kisah ini terungkap di Tulungagung menjelang akhir Maret 2018 lalu. detikJatim merangkum dan mengulas kembali kejadian tersebut melalui rubrik baru bernama Jatim Flashback yang tayang tiap Sabtu.

Mujiono mengaku, uang tersebut merupakan hasil penjualan rumahnya. Seharusnya, ia membuka kardus itu di bank bersama pembeli rumahnya, Ali. Tapi saat itu Ali tak bisa dihubungi, sehingga Mujiono menyetor kardus sendirian ke BCA Tulungagung, Jalan Diponegoro, Senin (19/3/2018). Mendapati uangnya yang miliaran tersebut merupakan uang mainan, dia pun syok dan lemas seketika.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ya Allah, saya seakan mau pingsan. Karena dilihat dari bentuknya saja sudah beda dengan uang yang asli. Akhirnya saya disuruh di situ saja istirahat," kata Mujiono di rumahnya, Rabu (21/3/2018).

Kejadian ini berawal dari modal bisnis yang diperoleh Mujiono dari BCA sebesar Rp 6 miliar. Namun di tengah jalan, beberapa jenis usahanya tidak menghasilkan, sehingga perputaran uangnya terganggu.

ADVERTISEMENT
Mujiono, nasabah yang bayar utang ke BCA Tulungagung pakai uang mainan Rp 4,5 miliarMujiono, nasabah yang bayar utang ke BCA Tulungagung pakai uang mainan Rp 4,5 miliar Foto: Adhar Muttaqin/detikcom

Mujiono boleh dibilang pengusaha ulet. Ia bercerita sempat jatuh bangun dalam berbisnis. Saat ditemui di rumahnya, ia menuturkan mulai menggeluti dunia bisnis sejak SMA. Usaha yang dibangun sejak kecil itu kemudian terus bergerak menjadi besar.

"Saya terus berusaha hingga bisa mengembangkan berbagai jenis usaha, usaha yang saya jalankan macam-macam, ada bisnis ikan gurami, kemudian jual beli gula, cucian mobil serta pakan ikan," ujarnya.

Menurut Mujiono, geliat bisnisnya dalam bidang perikanan sampai menembus beberapa kota besar di Pulau Jawa, termasuk Ibu Kota Jakarta. Pada saat puncak kejayaan, dalam satu bulan perputaran keuangan perusahaan yang ia kelola bisa mencapai antara Rp 10 hingga Rp 20 miliar.

"Dari perkembangan bisnis itulah kemudian saya mendapatkan modal bisnis dari BCA Rp 6 miliar," kata bapak tiga anak ini.

Namun, gurita bisnisnya tidak berjalan mulus. Uang yang digelontorkan untuk berbagai jenis usahanya banyak yang tersendat, sehingga perputaran uang perusahaan menjadi terganggu.

"Saya akhirnya jual beberapa tempat usaha untuk membayar utang saya di bank, termasuk rumah saya yang di Sumberejo Kulon ini saya jual untuk membayar utang yang macet selama dua tahun ini," imbuhnya.

Mujiono menjual rumahnya untuk membayar utang. Baca di halaman selanjutnya!

Rumah Mewah Mujiono Dijual Rp 17,5 Miliar

Akhirnya, Mujiono menjual rumahnya yang lain di Desa Sumberejo kepada seseorang yang baru dikenalnya, Ali. Ali disebut merupakan perantara dari seseorang yang memiliki uang.

Rumah yang berdiri di atas lahan seluas 4.629 meter persegi itu juga ditawar oleh Ali, dari yang semula dijual seharga Rp 17,5 miliar hingga akhirnya disepakati sebesar Rp 15,1 miliar.

Rumah Mujiono di Desa Sumberejo Kulon, Ngunut, Tulungagung, yang dijual Rp 15,1 miliar dan dibayar oakai uang mainan Rp 4,5 miliar.Rumah Mujiono di Desa Sumberejo Kulon, Ngunut, Tulungagung, yang dijual Rp 15,1 miliar dan dibayar pakai uang mainan Rp 4,5 miliar. Foto: Adhar Muttaqin/detikcom

"Barang-barang seperti meja antik itu ikut, kemudian minta dapur disempurnakan, termasuk gudangnya juga. Awalnya saya tawarkan Rp 17,5 miliar, kemudian dia bilang nawar sekali di angka Rp 15,1 miliar itu," jelas pria tiga anak ini.

Rumah tersebut memang besar dan mewah. Selain bangunan, ada pula lahan kosong, 2 gudang besar dan 14 kolam ikan yang menjadi satu paket dalam rumah itu. Mujiono mengungkapkan, sebelum membeli rumahnya, Ali meminta sejumlah renovasi kepadanya.

"Namanya Pak Ali itu juga minta gudang dipasang galvalum. Kolam (ikan) dibenahi. Terus tempat itu dibuatkan parkir, minimal untuk 5 mobil," ungkap Mujiono sambil menunjuk lahan kosong di rumah yang ditaksir Ali tersebut.

Dari proses pengecekan lokasi rumah hingga deal harga, Mujiono tidak curiga dengan gelagat Ali, karena percaya perantara. Lalu, untuk menunjukkan keseriusan Ali, Mujiono diminta datang ke rumah untuk mengambil uang pada hari Jumat (16/3/2018).

Mujiono kemudian diberi kardus yang disebut berisi uang sejumlah Rp 4,5 miliar. Uang itu disebut untuk DP pembayaran rumah. Rencananya, uang itu akan disetorkan langsung ke bank. Tapi karena sudah sore, maka penyetoran ditunda. Ali juga mewanti-wanti Mujiono tak membuka dahulu uang tersebut.

"Saya disarankan untuk setor pada Senin pagi dan saya sanggupi. Pak Ali bilang daripada Pak Muji balik lagi ke Blitar, uang di kardus itu disimpan saja dan Pak Muji harus janji sesuai dengan agama Pak Muji untuk tidak membuka uang dalam kardus itu," beber Mujiono.

Sesuai janjinya, Mujiono tak membuka kardus itu. Selanjutnya, pada Senin (19/3), ia pergi ke BCA Tulungagung dan menyetorkan uang dalam kardus. Harusnya, Ali juga datang, tapi Mujiono tak bisa menghubungi ponselnya.

Rumah Mujiono yang dijual Rp 15,1 miliar tapi dibayar uang mainan Rp 4,5 miliarRumah Mujiono yang dijual Rp 15,1 miliar tapi dibayar uang mainan Rp 4,5 miliar (Foto: Adhar Muttaqin/detikcom)

"Saya menghubungi sopir travel yang biasa disewa Pak Ali, katanya Pak Ali sudah ke Tulungagung sejak pagi, tapi tidak muncul juga," ujar Mujiono.

Kaget bukan main, uang tersebut merupakan uang mainan. Mujiono langsung lemas. Kasus ini pun kemudian ditangani oleh Polres Tulungagung, Mujiono sendiri diperiksa sebagai saksi. Saat dicek, uang-uang mainan itu terdiri atas mata uang Rupiah dan Dolar AS.

Pembeli rumah yang disebut 'orang pintar' menghilang. Baca di halaman selanjutnya!

Pembeli Rumah Menghilang

Tak hanya itu, semenjak menyerahkan sekardus uang mainan tersebut, Ali disebut menghilang bersama sang istri. Ketika ditelusuri ke rumahnya di Desa Papungan, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, hanya ada anak dan adik ipar Ali.

Padahal, Ali dikenal sebagai orang yang cukup berpengaruh di kampungnya. Ia merupakan anak dari tokoh agama.

"Saya belum kenal baik dengan Pak Ali. Katanya Gus (anak pemuka agama), kalau saya tidak pandang itu Gus atau apa yang jelas saya jual rumah untuk bayar utang, itu saja," tandas Mujiono.

Mujiono mengaku baru satu tahun yang lalu mengenal Ali melalui seorang perantara dari Jakarta. Itu pun tidak pernah bertemu. Hingga suatu ketika ia menelepon dan menanyakan rumah yang dijual Mujiono.

Sementara itu, lewat keterangan kepala dusun tempat Ali tinggal, warganya itu sebenarnya cukup populer dan memiliki aula yang bertuliskan nama padepokan.

"Sekitar 15 tahun lalu, dia mulai kedatangan banyak tamu yang golek tombo (cari obat). Yang golek tombo pada nginep empat sampai lima hari di rumahnya itu," papar Sukarman.

Uang mainan Mujiono dihitung polisiUang mainan Mujiono dihitung polisi Foto: Adhar Muttaqin/detikcom

Namun, Sukarman mengeluh Ali tak pernah mau melaporkan keberadaan tamu-tamunya ke pamong desa meski berulang kali diingatkan.

Sementara itu, polisi telah menghitung uang mainan Mujiono yang dipakai membayar utang ke bank. Kasat Reskrim Polres Tulungagung AKP Mustijat Priyambodo mengatakan, dari proses penghitungan yang dilakukan tim gabungan dari polisi dan BCA Tulungagung, diketahui jumlah uang mainan yang tersimpan dalam dua kardus mencapai lebih dari 27.606 lembar.

"Kami tidak bisa menilai berdasarkan nominalnya, karena ini uang mainan. Yang dihitung adalah jumlah lembarnya. Rinciannya, untuk lembaran mirip Rp 50.000 sebanyak 3.932 lembar, kemudian yang mirip nominal Rp 100.000 sekitar 6.071 lembar," kata Mustijat, Selasa (27/3/2018).

Uang mirip pecahan Rp 20.000 sebanyak 2.967 lembar, mirip pecahan Rp 10.000 (2.581 lembar), mirip Rp 5.000 (1.607 lembar), untuk kertas mirip dengan uang pecahan Rp 2.000 (2.546 lembar) dan mirip nominal Rp 1.000 (2.342 lembar).

Selain itu, juga ada kertas uang mainan menyerupai mata uang Cina sebanyak 5.400 lembar, India (34 lembar), uang mainan wanita India (6 lembar) dan lembar putih kosong (120 lembar). Di dalam kardus juga ada 328 bendel buku catatan bersampul gambar mirip mata uang dolar AS dan empat buah gelang mainan.

Jatim Flashback adalah rubrik spesial detikJatim yang mengulas peristiwa-peristiwa di Jawa Timur serta menjadi perhatian besar pada masa lalu. Jatim Flashback diharapkan bisa memutar kembali memori pembaca setia detikJatim. Jatim Flashback tayang setiap hari Sabtu. Tetap nantikan artikel-artikel khas Jawa Timuran dan selalu setia membaca detikJatim!

Halaman 2 dari 3
(hil/iwd)


Hide Ads