Eri Ingin MRT Jadi Transportasi Publik Surabaya di Masa Depan, Tapi Mahal

Eri Ingin MRT Jadi Transportasi Publik Surabaya di Masa Depan, Tapi Mahal

Esti Widiyana - detikJatim
Jumat, 12 Agu 2022 17:30 WIB
Suroboyo Bus merupakan transportasi umum milik Pemerintah Kota Surabaya. Suroboyo Bus beroperasi mulai 7 April 2018.
Suroboyo Bus, Salah satu transportasi massal di Surabaya. (Foto: Istimewa (dok.Instagram @suroboyobus)
Surabaya -

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memiliki target tentang transportasi publik Surabaya di masa depan. Tentunya ia ingin menyediakan transportasi publik yang lebih modern dan bisa dimanfaatkan dengan nyaman oleh masyarakat.

"Transportasi publik ini kami diskusikan lagi dengan para ahli dari Unair dan perguruan tinggi lain. Apa sih yang paling pas di Kota Surabaya? Karena kemarin ada gambaran terkait trem listrik," kata Eri kepada wartawan di Balai Kota, Jumat (12/8/2022).

Eri juga memikirkan apakah jika nanti ada trem listrik akan menambah kemacetan atau tidak? Eri juga sempat terpikir tentang MRT bawah tanah, tetapi ia pun harus memperhitungkan dengan betul.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini yang masih kami kaji dengan teman-teman ITS. Apa yang pas untuk beberapa tahun ke depan? Jangan sampai nanti kami lakukan dan setelah itu tidak jadi dan terbengkalai," ujarnya.

Menurut Eri, yang paling penting sebenarnya adalah subsidi. Karena pihaknya sampai saat ini masih menghitung dan mengkaji supaya benar dan pas soal kebutuhan subsidi dengan beberapa pihak.

ADVERTISEMENT

"Karena ada yang dari pemerintah pusat itu kereta antara Sidoarjo, Mojokerto, Gresik, Surabaya. Itu kita udah sepakat. Tapi sampai hari ini juga belum jalan. Itu salah satu nanti transportasi harus terwujud bersama Pemprov Jatim. Ada juga Trans Jatim. Tapi di Kota Surabaya kita masih hitung," ujarnya.

Eri mengatakan transportasi publik dalam Kota Surabaya idealnya memiliki MRT. Baik MRT di atas atau di bawah tanah. Namun, lagi-lagi terhalang oleh besarnya biaya. Ia pun ingin warganya bisa memanfaatkan fasilitas itu dengan terjangkau, meski pada realisasinya akan memakan biaya besar.

Ia tidak ingin mendirikan sesuatu tetapi biayanya mahal dan akhirnya warga tidak bisa memanfaatkannya. Ketika nanti direalisasikan, apakah bisa stasiun MRT itu dikelola oleh yang menjalankan transportasinya?

"Sehingga, ini bisa mensubsidi biaya tiketnya. Jadi yang saya pikirkan terberat adalah bagaimana transportasi ini nyaman, tapi biaya tidak terlalu memberatkan warga," uarnya.

Tidak hanya itu Eri juga mengatakan bahwa dirinya saat ini juga sedang melakukan kajian dan pembahasan tentang transportasi publik yang berdampak pada pengurangan kendaraan pribadi.

"Kalau sekarang kami berharap terjadi pengurangan motor (kendaraan pribadi). Ketika dia pakai transportasi massal, berapa biaya yang dikeluarkan dalam sebulan. Kalau biayanya lebih dari motor dan mobil pribadi, orang pasti akan lebih milih kendaraan pribadi. Inilah yang harus kita pikirkan," katanya.




(dpe/iwd)


Hide Ads