Pakar Sebut Surabaya Lebih Macet dari Jakarta karena Transportasi Publik

Pakar Sebut Surabaya Lebih Macet dari Jakarta karena Transportasi Publik

Esti Widiyana - detikJatim
Rabu, 19 Feb 2025 13:41 WIB
Bus Trans Semanggi Suroboyo dilaporkan terbakar.
Ilustrasi. Bus Trans Semanggi Suroboyo. (Foto: Dok. Aprilia Devi/detikJatim)
Surabaya -

Pakar Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr Ir Machsus ST MT memaparkan faktor yang membuat Surabaya menjadi kota termacet keempat di Indonesia bahkan berada di atas Jakarta. Faktor utamanya adalah kurang optimalnya transportasi publik di Kota Pahlawan.

Seperti diketahui, Surabaya menjadi dinobatkan kota termacet ke-4 di Indonesia berdasarkan hasil penilaian platform indeks kemacetan TomTom Traffic Index tentang kota termacet di dunia, termasuk di Indonesia. Sementara dalam laporan itu, Jakarta nomor 5.

"Bahkan, secara global, Surabaya menempati peringkat ke-70 dari 500 kota yang dianalisis. Ini cukup menarik, karena Jakarta selalu dikenal sebagai kota dengan lalu lintas paling padat," ujar Machsus kepada detikJatim, Rabu (19/2/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski Jakarta memiliki jumlah kendaraan lebih banyak, Machsus mengatakan sistem transportasi publik di Daerah Khusus Ibukota itu jauh lebih berkembang. Seperti MRT, LRT, TransJakarta, serta kebijakan pengendalian lalu lintas seperti ganjil-genap.

"Di sisi lain, Surabaya masih sangat bergantung kendaraan pribadi karena transportasi umum seperti Suroboyo Bus dan Trans Semanggi belum cukup memadai. Akibatnya, jalan-jalan utama seperti Jalan A Yani, Bundaran Waru, dan Jalan Raya Darmo masih macet panjang di jam sibuk," katanya.

ADVERTISEMENT

Selain Surabaya, kota lain seperti Bandung, Medan, dan Palembang juga lebih macet dibandingkan Jakarta bila diukur berdasarkan waktu tempuh. Salah satu penyebabnya karena terbatasnya transportasi umum.

"Ya, tentu saja. Salah satu alasan utama mengapa keempat kota ini lebih macet dari Jakarta adalah karena transportasi umum yang masih terbatas dan kurang efektif," ujarnya.

Faktor transportasi publik itu sangat memengaruhi penilaian yang dilakukan TomTom Traffic Index. Sebab, analisis yang dilakukan aplikasi itu mengukur tingkat kemacetan berdasarkan waktu tempuh dan kepadatan lalu lintas.

Dosen Transportasi Prodi S2 Terapan, Teknik Infrastruktur Sipil Fakultas Vokasi ITS itu merinci bahwa berdasarkanTomTom Traffic Index Bandung menempati peringkat pertama kota termacet di Indonesia, disusul Medan, Palembang, Surabaya,baru setelahnya Jakarta. Masalahnya adalah transportasi publik.

"Bandung mengalami kemacetan parah karena kapasitas jalan yang terbatas dan tingginya jumlah wisatawan, terutama saat akhir pekan," kata Machsus.

Selanjutnya Medan menurutnya memiliki sistem transportasi publik yang tidak terorganisir dengan baik. Di mana banyaknya angkot yang berhenti sembarangan membuat arus lalu lintas terganggu.

Sedangkan di Palembang, Machsus mengatakan sebenarnya kota ini sudah memiliki LRT. Tetapi cakupan rutenya masih terbatas dan belum cukup menarik masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi.

"Surabaya, seperti yang sudah disebutkan, memiliki pertumbuhan jumlah kendaraan yang tidak sebanding dengan kapasitas jalan, serta keterbatasan transportasi umum yang membuat masyarakat tetap mengandalkan kendaraan pribadi," jelasnya.




(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads