Kasus Penyakit mulut dan kuku (PMK) menyerang ribuan hewan ternak di Jawa Timur. Gubernur Khofifah Indar Parawansa melakukan sejumlah langkah gerak cepat dalam memutus mata rantai penularan virus ini.
Penyakit ini disebut menyebar melalui lendir dan angin. Untuk itu, penyebaran virus ini pun cukup cepat. Lalu, bagaimana ciri-ciri hewan ternak yang terjangkit PMK?
Tanda klinis penyakit PMK di antaranya demam tinggi, mulai 39 hingga 41 derajat celcius, lalu keluar lendir berlebihan dari mulut hewan ternak dan berbusa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, terdapat luka-luka seperti sariawan pada rongga mulut dan lidah, tidak mau makan, kaki pincang, luka pada kaki dan diakhiri lepasnya kuku, sulit berdiri, gemetar, nafas cepat, produksi susu turun drastis dan menjadi kurus.
PMK telah ditemukan di empat kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Penyakit menular ini telah menyerang sekitar 1.600 ekor ternak sapi di Kabupaten Gresik, Lamongan, Sidoarjo, dan Mojokerto.
Gubernur Khofifah menyampaikan PMK yang merebak saat ini merupakan penyakit hewan menular akut yang menyerang ternak seperti sapi, kerbau, kambing, domba, kuda dan babi dengan tingkat penularan mencapai 90-100%.
"Namun, yang perlu kita ketahui bersama penyakit ini tidak menular ke manusia, melainkan menular ke sesama hewan saja," jelasnya.
Khofifah mengimbau, para pemilik maupun peternak untuk mengisolasi serta mengkarantina seluruh hewan ternak yang terjangkit maupun yang masih sehat. Ini untuk memberikan proteksi sehingga penularan pada wabah ini bisa dikendalikan mulai dari kecamatan.
Menurutnya, karantina bisa dilakukan mulai dari kecamatan atau desa yang memiliki kandang hewan ternak yang jaraknya berdekatan. Alasannya, penularan virus PMK ini bisa terjadi lewat udara atau airbone yang mirip dengan COVID-19.
Diharapkan, kecamatan yang tidak terkonfirmasi positif PMK juga melalukan upaya karantina dan isolasi terlebih dahulu. Jangan sampai ada interaksi antara ternak yang terkonfirmasi positif dengan ternak yang masih sehat.
"Melalui karantina dan isolasi seperti ini, kita bisa perkirakan jarak atau radius dari udara yang bisa membawa virus ini sejauh mana. Sehingga penularannya bisa dikendalikan," urainya.
"Saya minta agar hewan ternak seperti sapi-sapi yang terkena wabah PMK atau yang belum segera diproteksi dengan cara tidak dibawa keluar kandang terlebih dahulu. Kalau penyebarannya melalui transmisi udara, maka hewan yang di dalam jangan keluar dan hewan yang dari luar jangan masuk ke dalam. Pola pencegahan ini mirip dengan penanganan COVID-19," tambah Khofifah.
Sementara salah satu peternak di Lamongan, H Supar menceritakan penyakit ini ditularkan salah satu sapi yang dibelinya di pasar hewan. Akhirnya, penyakit ini merembet ke 53 sapi miliknya. Sapi-sapi ini memiliki gejala khusus.
"Gejala awalnya seperti pincang, terus seperti keluar lendir berlebihan dari mulut disertai busa, terdapat pula luka-luka menyerupai sariawan pada rongga mulut dan lidah, tidak makan, luka pada kaki dan disusul kuku mengelupas," jelas Supar mengungkap gejala awal yang dialami hewan ternaknya.
Saat terjangkit PMK ini, aku Supar, semua sapinya mengalami penurunan nafsu makan dan sulit berdiri. Selain itu, sapi menjadi sering gemetar, nafas cepat, dan berangsur menurun berat badannya. Kini, Supar berharap pengobatan melalui jarum suntik yang dilakukan tim kesehatan hewan kabupaten dan provinsi bisa membuahkan hasil dan semua ternaknya kembali sehat.
"Semoga saja setelah penyuntikan ini sapi-sapi menjadi sehat kembali," harapnya.
(hil/fat)