Libur Imlek 2022, Yuk Selami Budaya Tionghoa di Kelenteng Poo An Kiong Solo

Libur Imlek 2022, Yuk Selami Budaya Tionghoa di Kelenteng Poo An Kiong Solo

Tim detikcom - detikJateng
Senin, 31 Jan 2022 12:14 WIB
Beragam persiapan dilakukan di Klenteng Tien Kok Sie, Solo, jelang Tahun Baru Imlek. Persiapan yang dilakukan salah satunya adalah membersihkan patung dewa-dewi
Kelenteng Tien Kok Sie Solo. (Foto: dok detikJateng)
Solo -

Siapa tak kenal Kelenteng Tien Kok Sie di Kota Solo? Tiap menjelang perayaan tahun baru Imlek, kelenteng ini tak luput jadi perhatian. Sebab, kelenteng yang juga disebut Vihara Avalokiteswara ini tepat di selatan Pasar Gede Solo, lokasi pusat perayaan Grebeg Sudiro.

Selain Tien Kok Sie, masih ada kelenteng atau vihara yang cukup tua dan bersejarah di Solo, yaitu Kelenteng Poo An Kiong. Kelenteng ini berada di wilayah Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serengan, tepatnya di Jalan Yos Sudarso No 122 Solo.

Terletak di salah satu kawasan pusat bisnis di Solo, Kelenteng Poo An Kiong bisa jadi sering terlewat dari perhatian. Pada waktu tertentu saja pengguna jalan yang melintas di padatnya arus Jalan Yos Sudarso bisa mencium wangi dupa yang menguar dari kelenteng yang diapit ruko-ruko itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip detikJateng dari direktoripariwisata.id, Kelenteng Poo An Kiong didirikan pada 1881 atau pada masa pemerintah Sri Paduka Paku Buwono (PB) IX.

Sekilas, tampak muka klenteng Poo An Kiong mirip dengan Kelenteng Tien Kok Sie. Kelenteng ini juga didominasi warna cat merah. Begitu pula dengan arsitektur atapnya yang bertumpuk dan dihiasi ornamen patung naga serta lengkungan anggun di kanan-kirinya.

ADVERTISEMENT

Meski usianya sudah hampir 1,5 abad, struktur fisik kelenteng ini secara keseluruhan belum mengalami perubahan. Namun, bangunan kelenteng ini disebut pernah disempurnakan pada masa pemerintahan PB X (1893-1939).

"Bangunan ini pernah disempurnakan oleh PB X dengan menyuruh salah seorang punggawa keraton untuk memosisikan Poo An Kiong sebagai tempat yang harus disakralkan," tulis direktoripariwisata.id yang sumbernya dari situs situsbudaya.id.

Bukti bahwa Kelenteng Poo An Kiong disakralkan dan penting keberadaannya itu bisa dilihat dari dua pilar raksasa penyangga utamanya. Sebab, di pilar itu tertera tulisan kuno berhuruf Kanji dengan Bahasa Mandarin yang menyebutkan soal keharmonisan antara etnis Jawa dan Tionghoa.

Di pilar sisi kanan, terdapat tulisan yang menyebutkan bahwa para dewa melindungi tanah Jawa. Sedangkan di pilar sisi kiri, terdapat tulisan yang kurang lebih berarti, "dengan sepenuh hati kami akan melindungi keselamatan masyarakat Solo."

Jika ditinjau dari serat kayu dan motifnya yang merupakan motif kayu kuno, pilar itu diperkirakan sudah ada sejak awal berdirinya kelenteng.

Selain itu, Poo An Kiong belum mengalami pemugaran yang berarti, baik secara ornamen maupun interior. Lukisan dan ornamennya pun terbilang unik, karena merupakan campuran gaya pesisiran Jawa dan Tionghoa sekitar abad 16 M.

Meski merupakan tempat ibadah Tri Dharma/Sam Kouw (Buddha, Konghucu, dan Tao), namun Poo An Kiong juga sebagai salah satu tempat kajian budaya Tionghoa. Artinya, siapa pun masyarakat, terlepas dari apapun keyakinan dan sukunya, boleh belajar budaya tradisi Tionghoa di sana.




(dil/sip)


Hide Ads