Sebuah video menunjukkan seorang pengemis berpura-pura lumpuh di kawasan Jalan Pasar Kembang (Sarkem) Jogja viral di media sosial. Pengemis tersebut lalu diamankan polisi.
Dalam video tersebut, terlihat seorang pria berjalan selayaknya orang normal, tetapi ketika sampai di pedestrian Jalan Sarkem Jogja, tepatnya di sebelah barat Loco Cafe, ia mendadak terduduk dan berpura-pura tak bisa berjalan.
Kasi Humas Polresta Jogja AKP Timbul Sasana Raharjo mengonfirmasi jika pengemis tersebut telah diamankan Polsek Gedongtengen. Pria itu bernama Agus Prasetyo (53) warga Baturetno, Banguntapan, Bantul.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada hari ini Minggu tanggal 9 Juli 2023. Pukul 09.00 sampai 10.30 WIB telah menindaklanjuti viralnya pengemis yang pura-pura lumpuh di barat Loco Cafe Jalan Pasar Kembang," ujar Timbul melalui keterangan tertulis yang diterima detikJateng, Senin (10/7/2023).
"Dan setelah pelaku ditemukan kemudian diamankan ke Polsek untuk pendataan lebih lanjut. Selanjutnya (pelaku) membuat surat pernyataan, agar tidak mengulangi perbuatannya kembali," imbuhnya.
Terkait dengan nama Sarkem, adalah akronim dari Pasar Kembang yang terkenal di Jogja. Sarkem merupakan nama jalan di pusat Kota Jogja, di antara kawasan Malioboro dan Stasiun Tugu. Wilayah itu berada di Kalurahan Sosromenduran, Kemantren Gedongtengen, Kota Jogja.
Sejarah Kampung Pasar Kembang
Dikutip dari skripsi berjudul 'PROSTITUSI DAN KEKUASAAN DI JANTUNG YOGYAKARTA' (2010) oleh Bramastya Gadiansah dari FISIPOL UGM, diakses detikJateng melalui digilib.fisipol.ugm.ac.idpada Senin, (10/7/2023), Pasar Kembang adalah nama sebuah jalan yang berlokasikan tepat di selatan Stasiun Kereta Api Tugu Jogja. Tepat di jalan Pasar Kembang ini, terdapat kampung bernama Sosrowijayan.
Kemudian, kampung Sosrowijayan mengalami pembagian wilayah (pascakemerdekaan Indonesia) menjadi dua, yaitu Sosrowijayan Wetan dan Sosrowijayan Kulon. Keduanya memiliki persamaan dalam hal tata letak dan karakteristik bangunan serta akses masuk ke dalam kampung Sosrowijayan.
Kedua kampung tersebut memiliki dua gang, yaitu kampung Sosrowijayan Wetan (gang I dan II) dan kampung Sosrowijayan Kulon (gang III dan IV).
Menurut sejarah perkembangannya, kampung Sosrowijayan Wetan terkenal dengan sebutan "kampung turis" karena mayoritas bangunan yang ada di sana disewakan bagi para wisatawan, baik asing maupun domestik sebagai penginapan. Hal ini merujuk pada perkembangan yang terjadi di kawasan Malioboro (daerah tujuan wisatawan).
Sementara itu, kampung Sosrowijayan Kulon dikenal dengan sebutan "Sarkem" yang merupakan singkatan dari Pasar Kembang.
Pemaknaan Nama Sarkem
Berdasarkan catatan detikJateng, seorang budayawan Jogja yang juga pakar UGM, Ahmad Charris Zubair mengatakan nama Sarkem memiliki dua arti, yaitu denotatif dan konotatif.
- Makna Denotatif Sarkem
Menurut Charris, secara denotatif, nama Sarkem tak luput dari pengaruh sumbu filosofis Jogja yang membentang melalui kawasan tersebut.
"Malioboro merupakan jalur yang penting, penting secara fisik untuk masuk dari luar kota ke Keraton. Namun selain itu sebetulnya juga jalur yang penting secara filosofis karena menunjukkan nilai-nilai tentang kehidupan," kata Charris kepada detikJateng, Jumat (7/10/2022).
Adapun sumbu filosofis itu meliputi dari Panggung Krapyak - Alun-alun Kidul - Keraton- Alun-alun Lor - Pangurakan - Jalan Margo Mulyo (jalan kemuliaan) - Jalan Malioboro (jalan keteguhan) - Jalan Margo Utama (jalan keutamaan) - Tugu Golong Gilig (simbol manunggaling kawula Gusti).
"Di sepanjang ketiga jalan itu ada satu pasar yang memang dulu pasar kembang, benar-benar jualan kembang (bunga) untuk upacara, ziarah, kepentingan Keraton, dan sebagainya. Saat itu kembang menjadi komoditas penting di jalur filosofis," ujar Charris.
- Makna Konotatif Sarkem
Charris menjelaskan makna konotatif Pasar Kembang atau Sarkem erat kaitannya dengan sejarah masuknya Belanda ke Jogja.
"Belanda membangun stasiun dan kota yang sangat Belanda (Kotabaru). Hingga kemudian pasar kembangnya dipindah ke Kotabaru," jelas Charris.
"Karena dekat stasiun dan banyak pendatang dan ada kebutuhan yang berkembang, maka di sebagian Pasar Kembang dan Sosrowijayan kemudian muncul wanita penghibur. Sekarang jika ada orang menyebut Sarkem, kembangnya mungkin maknanya sudah bergeser," Charris melanjutkan.
Berdasarkan sejarah tersebut, Charris menyebut kawasan Sarkem itu tak bisa disebut sebagai lokalisasi.
Dulunya, Sarkem Bernama Balokan
Ipung Purwandari salah satu tokoh masyarakat Sosromenduran menjelaskan bahwa sebelum bernama Sarkem, kawasan itu bernama Balokan. Nama Balokan itu berkaitan dengan lokasi tersebut sebagai tempat menumpuk balok kayu jati bantalan rel kereta api.
"Dulu Sarkem itu namanya Balokan. Balokan itu ya balok, berhubungan dengan stasiun. Tempat menumpuk balok-balok kayu jati untuk bantalan rel KA," kata Ipung saat dihubungi detikJateng, Kamis (6/10/2022).
Menurut Ipung, nama Balokan tersebut berganti menjadi Pasar Kembang karena banyaknya penjual bunga di kawasan tersebut.
"Dulu juga banyak orang yang jual bunga di situ. Dinamakan Pasar Kembang karena banyak yang jualan bunga. Seiring perkembangan zaman, akhirnya pindah ke Kotabaru yang jual-jual bunganya. Balokan diganti dengan nama Jalan Pasar Kembang karena banyak yang jual bunga di situ," jelasnya.
Nah, itulah serba-serbi tentang Pasar Kembang atau Sarkem Jogja, Lur!
(apl/rih)