Menurut Parti beberapa makam masih ia rawat dengan baik terutama yang berada di depan dan di dalam rumahnya. Kondisi makam itu tepat berada di dapur, berbagai alat rumah tangga berdampingan langsung dengan makam tersebut.
"Yang di dalam ini kalau tiap malam Jumat Kliwon sama Selasa Kliwon saya doakan. Nyekar, di sini bahasanya. Kita juga merawat dan mendoakan," ucap Parti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak jauh dari lokasi makam, ada Tini yang sehari-hari berdagang di Taman Sari. Tini mengaku sudah tinggal sekitar tiga dekade lamanya di Taman Sari.
"Saya di sini sejak tahun 1985 dulu masih sepi saya belum dagang awalnya. Dulu sini ya masih tanah semua mas masih jeblong-jeblong (berlubang) tahun 85 itu, saya tinggal sebelahan sama Bu Parti itu," ujar Tini.
![]() |
Tini menceritakan berbagai pengalamannya tinggal di areal makam. Ia mengungkapkan sudah terbiasa dengan areal pemakaman bahkan sejak kecil ia kerap bermain dia areal makam.
"Kalo saya dari kecil belakang rumah saja juga dekat makam waktu tinggal di belakang Tugu itu. Kalo masih kecil main di makam itu biasa kok. Waktu itu orang bilang pasaran, jadi Anak-anak dagang nanti teman ada yang beli, itu di makam mainnya udah biasa. Akhirnya pindah ke sini dekat makam juga ya. Sudah biasalah mas," ujar Tini.
Keberadaan warga yang puluhan tahun tinggal di kompleks makam tua Taman Sari ini dibenarkan Lurah Patehan Gunawan Sigit Putranto. Gunawan menyebut makam itu di antaranya merupakan abdi-abdi dalem Keraton Jogja.
"Sebetulnya itu makam sudah lama, pada waktu itu digunakan Taman Sari itu masih eksis. Kemudian perkembangan zaman walaupun sudah tidak digunakan lagi sebagai pesanggrahan kan masih ada abdi-abdi yang memelihara di Taman Sari. Akhirnya untuk sebagian, sebagai pemakaman abdi dalem," terang Gunawan.
(ams/sip)