Pedukuhan Karangasem, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul terkenal dengan produksi peralatan pertanian yang digandrungi banyak orang. Kendati demikian, tingginya daya jual berbanding terbalik dengan minimnya regenerasi pande besi atau pandai besi di sana.
Pantauan detikJateng, tampak dua orang sibuk menempa besi dengan pemukul bergagang panjang secara silih berganti di salah satu rumah warga Pedukuhan Karangasem. Sedangan satu orang lagi tampak memegangi baja yang sudah dipanaskan hingga berwarna merah menggunakan gagang besi.
Salah satu pande besi di Pedukuhan Karangasem Sarjono (60) menjelaskan, bahwa sudah puluhan tahun menekuni pekerjaan pande besi. Pasalnya Sarjono meneruskan usaha turun temurun dari keluarganya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya menekuni dari tahun 2000, saya generasi kelima," katanya kepada detikJateng di rumah sekaligus workshop-nya, Pedukuhan Karangasem, Gilangharjo, Pandak, Bantul, Kamis (7/7/2022).
Sarjono mengungkapkan, bahwa produksi peralatan pertanian dan rumah tangga berbahan baja dan besi ini masih menggunakan cara tradisional. Di mana semua itu Sarjono kerjakan bersama beberapa rekan kerjanya.
"Untuk peminatnya bagus, biasanya yang pesan itu dari Moyudan, Berbah, Piyungan sampai luar Jawa ada. Mereka jauh-jauh cuma mau minta dibikinkan pisau untuk keperluan sehari-hari seperti ngeleti (menguliti sapi dan kambing)," ujarnya.
![]() |
Sedangkan untuk harga, bapak tiga anak ini menyebut bervariasi. Seperti halnya sebuah cangkul dijualnya mulai harga Rp 100 ribu sampai Rp 300 ribu. Untuk arit dia jual dengan harga Rp 75 ribu sampai 150 Ribu dan bendo di kisaran harga Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu.
"Semakin mahal kualitasnya semakin bagus, misal untuk cangkul akan semakin tajam. Tapi untuk bentuk dan ukuran tetap sama," ucapnya.
Terlepas dari hal tersebut, Sarjono menceritakan saat ini regenerasi pande besi di Kalurahan Gilangharjo sangat minim bahkan tidak ada. Padahal, saat medio tahun 1980-an hampir semua rumah di Pedukuhan Karangasem memiliki tempat produksi peralatan pertanian.
"Dulu tahun 80an ke bawah sini home industri, hampir semua rumah memiliki tempat seperti ini. Yang produksi kalau tidak enam ya tujuh sekarang, itu yang benar-benar sampai sekarang masih produksi. Mungkin menurut analisanya orang punya akal 20 tahun yang akan datang ini (pande besi) sudah habis," ucapnya.
Sebab, Sarjono menyebut saat ini para pemuda di kampungnya tidak ada yang berminat menjadi pande besi. Sarjono menyebut hal itu terjadi karena para pemuda menilai tidak menarik atau kurang keren.
"Pemuda sini tidak ada yang berminat jadi pande besi, mereka malah milih mending menganggur," katanya.
"Penyebabnya mungkin karena satu kurang menarik atau kurang keren dan kedua sulit, karena untuk jadi pande besi itu membutuhkan skill dan kecerdasan. Jadi mempelajari pande besi ini memang harus suka dulu, kalau tidak suka ya sulit," lanjut Sarjono.
"Mungkin yang membuat tidak tertarik karena kelihatan kumuh,"....simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Untuk itu, Sarjono menawarkan diri untuk mengajari para pemuda menjadi pande besi. Sarjono mengatakan tiga anaknya perempuan, dan kini dia kebingungan kepada siapa usaha turun temurun keluarganya ini akan berlabuh.
"Diajari saja tidak mau kok mereka itu. Mungkin yang membuat tidak tertarik karena kelihatan kumuh ini (tempat produksi)," ucapnya.
Padahal, Sarjono menyebut jika peminat peralatan pertanian tidak pernah surut bahkan menjelang Idul Adha dan musim tanam pasti meningkat. Apalagi, produksi dan penjualan peralatan pertanian tidak terpengaruh musim.
"Saya juga bingung kok tidak ada yang tertarik, padahal pemasarannya lancar dan laku keras lho," katanya.
Dihubungi terpisah, Lurah Gilangharjo Pardiyono menjelaskan minimnya minat para pemuda menjadi pande besi karena gempuran modernisasi. Hal tersebut membuat mereka lebih memilih kerja di kota dibanding menjadi pande besi.
"Dulu itu di sini (Gilangharjo) ada lebih dari 60 empu, kalau sekarang tinggal 12 orang saja. Kenapa? Karena regenarasi terputus, selain itu kalah dengan produk pabrikan yang murah meriah," ujarnya.
Terkait upaya untuk melestarikan pande besi, pihaknya tengah membuat sentra pande besi. Bahkan, Pardiyono sudah menyediakan lahan untuk menjadi sentra dan diharapkan ke depannya dapat menjadi destinasi wisata.
"Mestinya tahun kemarin sudah terealisasi untuk membuat barak pande besi tapi karena pandemi akhirnya di-pending semua. Ya, insha Allah tahun ini, nantinya selain untuk pande besi, juga untuk pande gamelan," katanya.
Simak Video "Video Pande Suardika, Pembuat Keris Asal Bali yang Diminati Pasar Eropa "
[Gambas:Video 20detik]
(sip/sip)