Petani di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung mengeluhkan sulitnya meraih keuntungan hingga harga pupuk yang melambung tinggi. Tak hanya itu, mereka juga mengeluh mengenai sulitnya regenerasi petani muda.
Keluhan tersebut disampaikan secara langsung kepada Calon Wakil Gubernur Jawa Barat, Ilham Habibie di Kampung Margamulya, Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Minggu (13/10/2024).
Salah satu petani, Oo Koswara mengatakan dalam kondisi saat ini sulit mendapatkan keuntungan di tengah mahalnya harga produksi. Padahal kehidupan terus harus dilalui walau harga-harga mahal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sebagai petani hese diala bati atau susah untung, karena biaya produksi tinggi dan harga murah. Tapi tetep kan dapur mah harus terus ngebul," ujar Koswara.
Menurutnya biaya produksi dalam beberapa bulan bisa menghabiskan Rp 5 juta. Sedangkan pendapatan di bawah dari harga tersebut.
"Kami kadang nanam tanaman dengan modal Rp 5 juta, tapi dapetnya hanya Rp 3 juta," katanya.
Koswara mengaku pupuk bersubsidi hanya bisa digunakan untuk tanaman bawang putih, bawang merah, dan cabai. Sementara para petani di wilayah Ciwidey tidak menanam tanaman tersebut.
"Pupuk subsidi harus digunakan di sentra. Tapi kan Ciwidey bukan sentra itu (Bawang dan Cabai). Kami sentra bawang daun dan seledri. Jadi tidak termasuk yang disubsidi pemerintah," tegasnya.
Oo setuju hilirisasi yang akan dilakukan Ilham Habibie. Namun, kata dia, stabilitas harga pasar harus terus dilakukan.
"Kami ingin kestabilan harga pasar. Saya setuju hilirisasi. Cuma harga pasar tidak seimbang," bebernya.
Koswara pun menilai saat ini minat petani muda di Kabupaten Bandung telah menurun. Dia menginginkan calon pemimpin di Jawa Barat tersebut harus turun memikirkan hal tersebut.
"Fenomena di kita minat bertani cenderung menurun. Faktanya petani 50 ke atas. 40 ke bawah jarang ke pertanian. Mereka memilih bekerja atau jadi ojeg online. Image nya petani kotor, dekil, padahal ternyata uang dipertanian lumayan besar," ucapnya.
Sementara itu, Cawagub Jabar Ilham Habibie menjelaskan, adanya hilirisasi merupakan salah satu cara bagaimana meningkatkan ekonomi. Sehingga petani bisa mengolah hasil bumi dengan baik.
"Di mana produk mereka misalnya cabai atau yang lain itu kan kadang naik, katanya kadang turun. Tapi kalau mereka bisa mengolah produk mereka itu harganya lebih stabil dan juga meningkat ya," kata Ilham.
Ilham menyebutkan dalam pertanian harus adanya teknologi permesinan. Menurutnya para petani akan berkembang dengan dibantu adanya teknologi.
"Mungkin bukan para petani yang buat mesinnya, tapi ada perusahaan lain di Jawa Barat yang bisa membuat itu, tapi yang pasti pengoperasian dan juga perawatan bisa harus dilakukan setempat," ucap Ilham.
"Tapi tidak terlalu rumit, tapi dalam apa prakteknya, kalau kita menerapkan itu tentunya harus ada pendidikan. Jadi, yang penting dalam hal ini juga adalah SDM yang sesuai dengan apa yang diperlukan," tambahnya.
Ilham pun turut mengomentari terkait petani yang sulit mengambil keuntungan. Kata dia, perlu adanya perusahaan dagang yang bisa membeli secara langsung produk dari para petani.
"Jadi dia (perusahaan) beli produk-produk hasil bumi itu dalam keadaan lagi panen. Sehingga harganya tidak terlalu naik, tapi dia juga melepaskan itu di masa lagi enggak ada barang. Sehingga harganya tidak terlalu jatuh," tuturnya.
Ilham menambahkan terkait kurangnya petani muda adalah keluhan di seluruh Indonesia. Menurutnya banyak masyarakat pindah dari desa ke kota karena mereka mencari lapangan pekerjaan.
"Jadi tren itu sudah berlanjut cukup lama dan itu juga di antaranya merupakan alasan kenapa tidak banyak anak muda mau masuk ke petani. Karena memang anak mudanya banyak yang sudah pindah ke kota," ucap Ilham.
Menurutnya salah satu upayanya adalah dengan melakukan industri pertanian. Salah satunya dengan adanya hilirisasi.
"Itu mungkin menjadi sektor itu lebih atraktif bagi kaum muda. Tapi itu tren di negara-negara maju itu kelihatan yang kita sebut sebagai urban farming atau pertanian urban, itu bisa saja menjadi peluang baru, misalnya di bidang hortikultura. Kalau kita bayangkan adanya kebanyakan kita kan ada diantara kita dia membuat cabenya sendiri ya. Tapi bayangkan itu menjadi satu industri," pungkasnya.
(dir/dir)