Makna Tradisi Ancakan Demak, Mulai dari Ingatkan Zakat hingga Salat

Makna Tradisi Ancakan Demak, Mulai dari Ingatkan Zakat hingga Salat

Mochamad Saifudin - detikJateng
Minggu, 10 Jul 2022 09:23 WIB
Nasi ancak dalam tradisi Ancakan di Demak, Minggu (10/7/2022).
Nasi ancak dalam tradisi Ancakan di Demak, Minggu (10/7/2022). (Foto: Mochamad Saifudin/detikJateng)
Demak -

Ahli waris Sunan Kalijaga atau Pengurus Yayasan Sunan Kalidjogo Kadilangu, Demak, Jawa Tengah rutin menggelar tradisi ancaan pada malam Hari Raya Idul Adha. Ancaan merupakan bentuk sedekah ahli waris kepada para peziarah atau masyarakat luas yang merupakan tradisi sebelum penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga.

Juru Kunci Makam Sunan Kalijaga, Raden Edi Mursalien, mengatakan penyelenggaraan ancaan tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya lantaran pandemi COVID-19 yang melandai. Masyarakat antusias berebut nasi ancak yang berisi nasi gudangan lauk ikan asin yang tempatnya terbuat dari ancak, atau susunan bambu dan daun jati.

"Setelah kita mengalami PPKM dan pandemi ini alhamdulillah pada acara penjamasan Sunan Kalijaga ini berjalan dengan baik walaupun besok masih ada acara inti yaitu penjamasannya. Tadi pada saat ancaan ini masyarakat sangat antusias sekali untuk menyaksikan sehingga ini suatu kebangkitan kembali setelah kemarin adanya pandemi COVID-19," kata Edi di Gedung Kasunanan Kadilangu, Sabtu (9/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Edi menerangkan pihaknya membagikan 400 nasi ancak dalam acara tersebut. Terdiri dari 350 untuk masyarakat umum dan 50 untuk panitia dan ahli waris.

Nasi ancak dalam tradisi Ancakan di Demak, Minggu (10/7/2022).Nasi ancak dalam tradisi Ancakan di Demak, Minggu (10/7/2022). Foto: Mochamad Saifudin/detikJateng

"Inti ancaan ini adalah pasugoto kita suatu sodaqoh kita berupa nasi ancak," imbuh dia.

ADVERTISEMENT

Nasi ancak terdiri dari nasi putih dan gudangan yang disajikan dengan bambu yang dialasi daun jati.

Bentuk wadah nasi ancak berbentuk segi empat yang tersusun dari sejumlah tusuk atau bambu. Masing-masing bambu tersebut memilki panjang 45 cm yang setiap ujungnya bersinggungan menyisakan 2,5 cm. Yakni hal tersebut menggambarkan besaran zakat fitrah.

"Sisanya yang 40 cm ini melambangkan bahwa Kanjeng Nabi Muhammad itu diangkat jadi Rasul pada usia 40," paparnya.

Simbol lain jumlah bambu yang tersusun dalam wadah nasi ancak tersebut berjumlah 5. Angka itu mengingatkan pada waktu salat wajib umat muslim.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya...

Makna bambu atau pring dalam bahasa Jawa dan daun jati, lanjut Edi, mengingatkan agar hidup senantiasa prihatin dalam artian yang luas.

"Bahwa sebetulnya hidup ini memang prihatin. Prihatin dalam arti yang luas. Prihatin ini harus ada ilmunya, yaitu ilmu sejati. Makanya ada daun jati sebagai alasnya. Ilmu sejati itu ya Al-Qur'an dan Hadis," ujarnya.

Sementara prosesi acara tersebut dimulai dengan doa dan pembagian nasi ancak. Masyarakat tak hanya berebut nasi ancak melainkan juga bambu dan daun jati untuk dibawa pulang.

"Kita tahu masyarakat pada antusias memperebutkan ini karena beliau punya niatan tertentu. Di samping untuk mengalap berkah ini juga sebagai sarana memohon kepada Allah untuk pengobatan, bercocok tanam, dan sebagainya," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Sudah Izin Seskab, Gus Miftah Temui Guru di Demak yang Viral"
[Gambas:Video 20detik]
(sip/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads