Pande besi yang dulu menjamur di Desa Watesumpak, Trowulan, Mojokerto, kini nyaris punah. Terlepas dari masalah tersebut, kampung ini mempunyai mitos terkait Mpu Supo dan pande besi yang ditakuti warganya.
Petilasan Mpu Supo terletak di tengah makam umum Dusun Watesumpak. Konon, Supo merupakan pembuat keris pusaka zaman Kerajaan Majapahit akhir atau sekitar abad 14 masehi. Warga setempat menggunakan petilasannya untuk doa bersama setiap bulan.
Sosok ini melahirkan mitos yang dipercaya warga Desa Watesumpak hingga era modern. Yaitu warga setempat tidak berani menjadi pande besi di Dusun Watesumpak. Oleh sebab itu, sekitar 50 orang pande besi masa 1970-1990an, semuanya berada di Dusun Jatisumber.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Termasuk Sulkan (66), satu-satunya pande besi tradisional yang masih bertahan di Dusun Jatisumber. Menurutnya, mitos tersebut diyakini benar adanya. Sebab pande besi yang melanggarnya bakal berakhir tragis. Tak hanya usahanya gulung tikar, nyawa mereka juga melayang.
"Konon katanya karena Mpu Supo ada di Dusun Watesumpak, tidak boleh menyaingi beliau. Dari zaman dulu (Para pande besi) di Dusun Jatisumber semua. Sudah sering kejadian, tidak lama habis sekaligus orangnya," jelasnya kepada wartawan, Jumat (10/1/2025).
Di era 1970-1990an, Dusun Jatisumber terkenal sebagai gudangnya pande besi. Produk mereka dipasarkan mulai dari Jatim, hingga Kalimantan dan Sumatera. Perlahan profesi ini nyaris punah karena generasi penerusnya beralih menjadi pemahat patung batu andesit dan pekerjaan lainnya.
Karena upah yang mereka dapatkan lebih tinggi daripada menjadi pande besi. Oleh sebab itu, kini menjamur pengusaha patung batu di Desa Watesumpak. Kondisi ini dibenarkan Kepala Dusun Jatisumber Wawan Ariyanto.
"Dulu banyak (pande besi), sampai saya SMA masih ada. Begitu pande besi pudar, beralih ke patung," terangnya.
Wawan menuturkan, Mpu Supo merupakan pembuat keris pusaka pada zaman kerajaan. Tempatnya menempa keris menjadi petilasan yang terus dilestarikan di Dusun Watesumpak. Petilasan yang diperbaiki sekitar 3 tahun lalu itu rutin menjadi tempat doa bersama warganya.
Namun, terkait mitos Mpu Supo, Wawan mengaku belum pernah mendengarnya. "Mitos seperti itu saya tidak pernah dengar, tapi kenyataannya dari dulu tidak ada (pande besi di Dusun Watesumpak), hanya di Jatisumber," tandasnya.
Sulkan menjadi pande besi sejak 1971. Di usianya yang baru 13 tahun, pria kelahiran 1958 ini belajar ke para pande besi di Dusun Jatisumber. Termasuk kepada mendiang bapaknya. Sebab pada masa itu, terdapat sekitar 50 pande besi di kampung ini.
Kini, Sulkan satu-satunya pande besi tradisional yang masih bertahan di Desa Watesumpak. Padahal tahun 1970-1990an, kampung ini terkenal sebagai gudangnya pande besi. Produk mereka dipasarkan mulai dari Jatim, hingga Kalimantan dan Sumatera.
Perlahan profesi ini nyaris punah karena generasi penerusnya beralih menjadi pemahat patung batu andesit dan pekerjaan lainnya. Sebab upah yang mereka dapatkan lebih tinggi daripada menjadi pande besi.
(hil/fat)