Sukarno Pengukir Jepara Tetap Eksis di Tengah Minimnya Regenerasi

Sukarno Pengukir Jepara Tetap Eksis di Tengah Minimnya Regenerasi

Dian Utoro Aji - detikJateng
Selasa, 15 Apr 2025 16:00 WIB
Bengkel ukir milik Sukarno yang ada di Desa Senenan Kecamatan Tahunan Jepara, Selasa (15/4/2025).
Bengkel ukir milik Sukarno yang ada di Desa Senenan Kecamatan Tahunan Jepara, Selasa (15/4/2025). (Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng)
Jepara -

Sukarno (48) menjadi salah satu perajin ukir yang masih eksis Jepara. Bengkel ukir Sukarno di Desa Senenan, Kecamatan Tahunan, bertahan di tengah minimnya regenerasi.

Saat detikJateng berkesempatan berkunjung langsung ke bengkel ukir milik Sukarno. Sukarno ditemani tiga pekerja sedang membuat ukir relief pertanian dan corak epos Ramayana.

Di atas kayu jati berukuran 4 meter x 1 meter dan 2 meter x 50 sentimeter, para pekerja sibuk mengerjakan ukiran. Terlihat lihai tangan mereka mengukir relief sesuai dengan pesanan pembeli.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang ada pesanan ukiran tentang pertanian dan Ramayana. Ukuran 4 meter sama 2 meter," kata Karno sapaan akrabnya saat berbincang dengan detikJateng ditemui di lokasi, Selasa (15/3/2025).

Karno menjelaskan proses pekerjaan ukir dengan ukuran 4 meter x 1 meter ini hanya dikerjakan dua orang saja. Tak ayal kata dia proses pekerjaan mengukir sampai 1 tahun baru jadi.

ADVERTISEMENT

"Proses satu ukiran empat meter ini dikerjakan 1 tahun," ujarnya.

Sedangkan pesanan relief Ramayana di atas kayu berukuran 2 meter dikerjakan dua orang. Waktunya diperkirakan 6 bulan baru jadi. Saat ini, kedua pesanan itu baru mencapai sekitar 30 persen.

"Yang ukiran Ramayana dengan ukuran 2 meter itu dikerjakan 2 orang. Waktunya sekitar 6 bulan," ujarnya.

Adapun proses pekerjaan mulai dari membuat sketsa relief yang dipesan. Lalu memahat atau mengukir di atas kayu jati.

"Paling cepat satu bulan ukuran 1 meter x 50 sentimeter. Relief seperti pertanian dan Ramayana, dan pedesaan. Itu paling banyak dipesan," ungkap dia.

Karno menjelaskan ukir yang dia buat dijual ke seluruh Indonesia. Bahkan pernah ekspor ke Australia pada tahun 2022 silam.

Harga ukiran karyanya dijual kisaran Rp 5 juta sampai Rp 80 juta. Tergantung relief dan ukuran yang dipesan.

"Yang dipesan sampai ke mancanegara motif hewan, itu dikirim ke Australia," ujarnya.

Sukarno mulai menekuni seni ukir sejak dia masih duduk sekolah dasar. Tidak ada sekolah atau kursus mengukir. Dia mendapatkan keahlian mengukir secara turun temurun dari sang kakak.

"Mulai ngukir sejak tahun 1993. Tahun 1993 itu saya belajar ngukir karena saat itu masih sekolah dasar. Waktu itu kakak saya sudah pintar ngukir terus saya belajar sama kakak. Turun temurun," jelasnya.

Bengkel ukir milik Sukarno yang ada di Desa Senenan Kecamatan Tahunan Jepara, Selasa (15/4/2025).Bengkel ukir milik Sukarno yang ada di Desa Senenan Kecamatan Tahunan Jepara, Selasa (15/4/2025). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng

2015 silam, dia memutuskan untuk membuka usaha ukir relief. Usaha ukir ini ditekuninya sampai sekarang.

Hanya menurutnya beriringan waktu, perajin ukir mengalami beberapa kendala. Seperti modal, bahan baku, hingga tukang ukir yang mulai jarang.

"Tukang ukir juga sekarang lumayan susah. Karena sudah berkurang untuk belajar ukir. Karena belajar ukir relief itu tidak mudah dan lama," jelasnya.

Karno mengaku karena keterbatasan pekerja ukir sehingga mengejarkan pesanan dengan jumlah orang seadanya. Tak ayal proses ukir membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

"Solusi otomatis dikerjakan seadanya. Mungkin saya sendiri dan mencari beberapa orang," ujarnya.

Karena pekerjaan lama hingga setahun baru jadi, maka bagi Karno modal usaha untuk keberlangsungan hidup menjadi kendala. Tak jarang, kata dia, ada pembeli yang keuangannya macet. Sehingga Karno harus memutar otak mencari modal.

"Itu biasanya keuangan itu kan macet otomatis ambil teman untuk kerja otomatis kita tanggung jawab. Mau nggak mau kita harus cari modal," ujarnya.

Karno mengaku biasanya memanfaatkan program Kredit Usaha Rakyat atau Bank Rakyat Indonesia (BRI) karena bunganya relatif kecil. "Biasanya Rp 10 juta, Rp 20 juta dan Rp 50 juta yang paling besar," ujarnya.

Menurutnya KUR lebih membantu bagi dirinya dan pengukir lainnya. Karno sendiri sampai sekarang masih memanfaatkan KUR BRI.

"Angsuran per bulan dan sekarang masih tinggal sedikit lagi," jelasnya.

Karno berharap agar usaha ukir di Jepara kembali berjaya kala dirinya masih kecil. "Harapannya biar lebih eksis dan lancar waktu saya kecil," harap Karno.

Di kesempatan yang sama, Ketua DPRD Jepara, Agus Sutisna menjelaskan, beberapa bengkel ukir di Jepara tetap eksis. Menurutnya seni ukir Jepara harus dipertahankan karena merupakan warisan budaya.

"Kami sudah beberapa kali mengunjungi tempat seperti ini yang kita menamakan Jepara ini adalah Kabupaten Kota Ukir. Tetapi pada kenyataannya pengukir ada permasalahan eksistensi hampir punah," kata Agus kepada detikJateng di lokasi.

Menurutnya ada beberapa kendala dialami oleh perajin ukir. Seperti minimnya pekerja anak muda yang belajar mengukir, lalu modal, bahan baku, hingga pemasaran.

"Pengukir ini tidak ada kesejahteraan padahal untuk mempertahankan ikonnya Jepara. Ketiga masih kesulitan tentang permodalan dan bahan baku. Baik itu juga operasional selama melaksanakan tugas kegiatan ini," ungkap dia.

Oleh karena itu, Agus mendorong supaya ukir Jepara bisa diakui di UNESCO sebagai warisan tak benda. Tujuannya kalau ukir Jepara diakui sebagai warisan tak benda maka ini nilainya akan naik.

"Kedua kita akan mendorong pada pameran internasional. Ini upaya kita untuk menghadirkan ukir di event internasional kalau serta merta pemasaran bagus dengan harga tinggi kami yakin perajin atau tukang ukir akan mendapatkan kesejahteraan," jelas Agus.




(aku/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads