Jogja darurat sampah. Hal itu dampak Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) atau TPA Regional Piyungan diblokade oleh warga sekitar yang tergabung dalam aksi 'Banyakan Menolak Banyakan Melawan'.
Kondisi wilayah Jogja dirundung sampah terjadi hampir sepekan, beberapa waktu lalu. Sampah-sampah menggunung di sejumlah titik. Berikut ini fakta-fakta persoalan yang kerap terulang di Jogja tersebut.
TPST Piyungan diblokade
Warga dari berbagai pedukuhan di sekitar TPST Piyungan, Pedukuhan Ngablak, Kalurahan Sitimulyo, Kapanewon Piyungan, Bantul, memblokade akses menuju TPST.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga menggelar aksi di simpang tiga jalan masuk utama TPST Piyungan. Dalam tuntutannya, mereka mengeluhkan pencemaran lingkungan dan meminta TPST ditutup permanen.
Koordinator aksi, Herwin Arfianto mengatakan peserta aksi berasal dari warga yang terdampak limbah pembuangan sampah TPST Piyungan. Yakni dari Pedukuhan Banyakan III, Ngablak, Watugender, Ngkengkong, Bendo dan perwakilan dari Banyakan I dan Banyakan II.
"Kita menolak (transisi pembuangan sampah ke lahan baru) dan menutup (akses ke TPST Piyungan) karena dampak lingkungan tidak pernah diperhatikan," kata Herwin kepada wartawan di kawasan TPST Piyungan, Bantul, Sabtu (7/5/2022).
Penolakan itu, kata Herwin, terkait transisi pembuangan sampah ke lahan baru di sebelah utara TPST Piyungan dengan luasan 2,1 hektare. Selain itu, pihaknya menolak adanya pembebasan lahan dan sepakat untuk menutup permanen TPST Piyungan.
Sampah menggunung
Dampak blokade warga di TPST Piyungan, tumpukan sampah menggunung di mana-mana. Salah satunya kawasan wisata, di Pantai Parangtritis.
"Untuk sampah yang menumpuk di TPSS Pantai Parangtritis saat ini jumlahnya sekitar 15 ton, dan itu sampah kering," kata Koordinator Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Sampah Pantai Parangtritis, Suranto saat dihubungi wartawan, Rabu (11/5/2022).
Dia menyebut terakhir kali mengirim sampah ke TPST Piyungan pada H-4 lebaran. Selanjutnya, produksi sampah meningkat saat lebaran namun pengelola sudah tidak bisa mengirimkannya lagi ke TPST Piyungan.
"Dan kemungkinan besar jumlahnya akan terus bertambah karena kan tidak bisa dibuang ke TPST Piyungan," ucapnya.
Sampah juga menggunung di depo pembuangan sampah Pasar Bantul. Salah satu petugas kebersihan Pasar Bantul, Agus (48) menyebut tumpukan sampah itu menggunung sejak Sabtu (7/5) karena tak kunjung diambil. Padahal, kapasitas depo tersebut terbilang sudah overload atau melebihi kapasitas.
"Jadi sudah 4 hari ini sampahnya tidak diambil. Ini juga sengaja belum ambil sampah di 8 titik pasar karena deponya overload," kata Agus saat ditemui di depo pembuangan sampah Pasar Bantul, Selasa (10/5/2022).
Sampah juga menggunung di Kota Jogja. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja Sugeng Darmanto menjelaskan tiap hari volume sampah di Kota Jogja mencapai 370 ton sampah. Jumlah itu meningkat sekitar 15 persen dari hari-hari biasa, akibat arus kunjungan pemudik atau wisatawan.
"Karena ada kenaikan 15 persen, serta sudah tiga hari ini sampahnya tidak mampu terbuang (menuju TPST Piyungan). Makanya, tinggal dikalikan saja itu, ya, kita sekarang harus menangguhkan 370 ton kali tiga hari, mendekati darurat sampah," ungkap Sugeng, Selasa (10/5/2022).
Pemkot Jogja, lanjut dia, hanya dapat berupaya meminimalisir potensi luberan sampah ke jalanan. Seluruh armada truk telah disiagakan agar mampu menampung sampah dari warga masyarakat. Tetapi, dirinya berharap supaya penduduk bisa menahan sampahnya.
![]() |
Keluhan warga
Warga keluhkan tumpukan sampah di depo, seperti di depo atau tempat pembuangan sampah sementara (TPS) di Jalan Hayam Wuruk, selatan Stasiun Lempuyangan, Kota Jogja. Beberapa pemilik warung makan di sekitar depo itu memilih menutup sementara usahanya gegara bau menyengat dari timbunan sampah.
Salah satu pemilik warung makan di samping depo Jalan Hayam Wuruk yang masih buka, Purwanti (50), mengatakan bau menyengat dari sampah itu membuat usaha sehari-harinya terganggu.
"Baunya, aduh. Biasanya sudah ramai pembeli, ini nggak ada orang beli," kata Purwanti saat ditemui di warungnya, Rabu (11/5/2022).
Purwanti menduga pembeli enggan ke warungnya karena adanya timbunan sampah di depan yang berbau menyengat.
"Kalau ada pembeli paling minta dibungkus, dibawa pulang," kata pedagang nasi rames itu.
Tak hanya bau sampah yang mengganggu usahanya, makanan yang dia jual pun rawan dihinggapi lalat.
"Lha gimana sampahnya kayak gitu, (meluber) sampai badan jalan," kata Purwanti yang membuka warung sejak 2012 itu.
Demi menjaga dagangannya tetap steril dari lalat, Purwanti pun memilih untuk menutupi semua dagangannya.
"Mudah-mudahan (TPST Piyungan) segera dibuka juga. Agar sampah tidak terus seperti itu (meluber)," katanya.
Sementara Purwanti masih bertahan membuka warung, salah satu warga sekitar depo sampah Hayam Wuruk, Sigit Prasetyo (43), mengaku keluarganya terpaksa mengungsi.
"Anak dan istri saya terpaksa mengungsi dulu karena tidak tahan dengan bau sampah," kata Sigit yang rumahnya berada di utara depo sampah Hayam Wuruk.
Sigit mengatakan, timbunan sampah itu juga mengeluarkan cairan yang tak sedap baunya.
![]() |
Walhi kritik pengelolaan sampah
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jogja menyoroti darurat sampah sebagai imbas ditutupnya TPST Piyungan. Dari catatan Walhi, darurat sampah ini terjadi karena realisasi pengelolaan sampah tak sesuai konsep awal.
"Persoalan sampah yang ada di TPA Regional Piyungan, dimulai sejak tidak sesuai konsep pengelolaan yang direncanakan sanitary landfill," kata Direktur Walhi Jogja, Halik Sandera, melalui keterangan tertulis, Rabu (11/5/2022).
Halik menegaskan pengelolaan sampah dengan sistem open dumping di TPA Regional Piyungan saat ini memberikan dampak yang lebih besar terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satunya air lindi yang menjadi keluhan warga.
"Pengelolaan sampah menjadi open dumping atau kontrol landfill berdampak pada lingkungan sekitar pasti akan tercemar. Salah satunya ya air lindi akan mencemari," jelasnya.
Dari catatan Walhi, lanjut Halik, masalah sampah di DIY ini terjadi sejak tahun 2013 silam. Saat itu, Kementerian Lingkungan Hidup sudah mengisyaratkan pengelolaan sampah dengan teknologi sanitary landfill yaitu membuang sampah di tempat cekung, kemudian dipadatkan baru ditimpa dengan tanah.
Hal itu adalah salah satu syarat sebuah kota dan kabupaten mendapatkan penghargaan Adipura atau level tertinggi dalam bidang lingkungan hidup.
Di sisi lain, tak adanya penerapan teknologi terbaru membuat TPA Regional Piyungan terus bermasalah. Halik menyoroti persoalan pencemaran udara, air, dan tanah di sekitar TPA yang tidak pernah ditangani dengan baik.
"Sehingga wajar warga saat menutup kembali akses ke TPA Regional Piyungan," katanya.
Blokade di TPST Piyungan dibuka
Blokade di TPST Piyungan akhirnya dibuka, Kamis (12/5/2022), setelah warga bertemu dengan Pemda DIY.
"Bahwa mulai besok pagi TPST Piyungan bisa digunakan lagi. Warga secara sukarela membuka, tidak ada yang memaksa," kata Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Kadarmanta Baskara Aji, saat jumpa pers usai pertemuan di Gedung Pracimosono, Kompleks Kepatihan, Kota Jogja, Rabu (11/5/2022).
Koordinator aksi 'Banyakan Menolak Banyakan Melawan', Herwin Arvianto mengatakan pihaknya membuka akses ke TPST Piyungan setelah tercapai kesepakatan antara dengan Pemda DIY.
"Untuk saat ini mau kita buka pos ini untuk akses jalan karena kita sudah ada kesepakatan dengan pemerintah. Tuntutan kita kemarin sudah ada win win solution dan kita sudah sepakati antara pemerintah dan warga dan kita bersedia membuka akses jalan ini," kata Herwin di lokasi TPST Piyungan.
(rih/rih)